Dear Us 2: Surat Cinta ✔

3.3K 500 181
                                    

Sebelum memulai, silakan streaming dulu ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum memulai, silakan streaming dulu ^^





Jovano Suh belum pernah segugup ini ketika masuk sekolah. Dia juga tidak semangat untuk masuk sekolah dan rasanya ingin bolos dengan alasan sakit. Namun, itu sudah terlambat karena sekarang dia sudah tiba di sekolah dan terpaksa harus ikut kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

Sebenarnya yang membuat Jovan gugup bukan karena dia ada ujian dadakan di sekolah sampai enggan untuk masuk, melainkan ada hal lain di luar kegiatan belajar dan cukup mengganggunya selama satu bulan ini. Oh, tenang. Bukan sesuatu yang membahayakan mental Jovan, tetapi memang sangat mengganggu.

Jovan mencoba biasa saja ketika masuk ke kelasnya dan tidak ingin tampil buruk di depan orang-orang. Jovan tetaplah Jovan yang ingin tampil prima, meskipun dia sangat gugup dan rasanya ingin segera kabur agar dia bisa selamat. Ketika dia masuk ke kelasnya, suasana familiar begitu terasa dan tidak ada apa-apa yang akan menghambatnya. Atau lebih tepatnya, belum ada yang menghambatnya.

Jovan berjalan menuju kursinya dan menghampiri teman satu bangkunya yang sedang sibuk membaca. Laki-laki berkacamata itu terkejut ketika Jovan meletakkan tasnya di atas meja, kemudian duduk di sampingnya. Natta, teman satu bangku Jovan, menoleh dan mendapati temannya yang terlihat was-was. Meskipun kutu buku, Natta tahu apa yang membuat Jovan was-was di sekolah karena dia selalu menjadi salah satu saksinya.

"Jo, ada surat."

Jovan yang sejak tadi mengedarkan pandangannya di sekitar kelas, seketika menoleh dan melotot pada Natta yang membetulkan posisi kacamatanya.

"Serius?"

Natta mengangguk. "Tuh. Ada di laci meja. Kamu ambil aja sendiri."

Jovan menggeleng. "Kamu aja, deh. Aku nggak mau."

"Santai aja kali, Jo. Selama ini 'kan isi suratnya nggak pernah aneh-aneh. Daripada suratnya malah makin banyak di laci karena nggak diambil, mending diambil sekarang aja."

"Lebih percuma juga, Ta. Aku nggak akan baca suratnya. Aku takut ah."

Natta berdecak dan geleng-geleng melihat tingkah sobatnya. Jovan terlihat enggan untuk bersentuhan dengan surat yang sudah menghantuinya selama satu bulan ini. Oke, sebenarnya yang paling menghantui Jovan itu pengirimnya, bukan suratnya. Namun, segala hal yang berhubungan dengan pengirimnya jadi ikut menghantui Jovano Suh.

"Kamu bawa aja, terus suruh mama atau ayah kamu baca."

"Lebih nggak mau lagi. Ayah aku jangan sampai tahu kalau aku dapat surat terus."

Dear Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang