Dear Us 2: Tentang Kepastian ✔

1.6K 278 57
                                    

Mau double up gak?

Ramaikan dulu ^^

Jovanna Suh duduk melamun usai menyiapkan makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovanna Suh duduk melamun usai menyiapkan makan siang. Bukannya makan, dia malah diam saja di ruang tengah sambil memikirkan hal-hal yang mengganjal. Biasanya Vanna seperti ini kalau sudah soal pekerjaan. Namun, kali ini bukan karena pekerjaan yang membuatnya tidak tenang, melainkan karena laki-laki yang lamarannya ditolak oleh Jovanna Suh minggu lalu. Ya, Darren.

Lamaran sederhana meski harus mengorbankan pelanggan hingga menunggu di luar restoran selama beberapa waktu, tidak membuahkan hasil yang baik karena penolakan Vanna. Well, itu tidak sepenuhnya dikatakan penolakan karena Vanna beralasan meminta waktu. Namun, apa yang paling membuat Vanna tidak berhenti memikirkan kejadian itu adalah ulahnya sendiri yang gegabah.

Vanna sempat tidak memberi reaksi, berpikir apakah dia harus menerima atau tidak. Begitu mengatakan kalau dia butuh waktu untuk menjawab, Vanna malah pergi dengan pamitan yang terbilang singkat tanpa menunggu Darren membalasnya.

Ya, itu adalah kesalahannya yang fatal. Vanna tidak tahu harus bertingkah seperti apa di posisi seperti itu, hingga akhirnya dia malah menghindar karena hampir tidak bisa mengendalikan diri. Sialnya lagi, Vanna sempat menghindari Darren dan tidak memberi kabar atau menanyakan kabar sedikit pun. Barulah beberapa hari kemudianㅡyang lebih tepatnya kemarinㅡVanna baru berani bertanya kabar Darren melalui chat. Kalau dari isi chat-nya, Darren santai saja dan tidak ingin membahas-bahas kejadian lalu setelah Vanna meminta maaf. Namun, itu tidak menyelesaikan masalah begitu saja.

Pasalnya tidak ada kejelasan apakah Darren marah atau tidak pada Vanna. Kalau memang Darren ingin marah karena merasa diberi harapan palsu dan digantung, Vanna akan menerima mengingat ulahnya keterlaluan. Sayang, Darren tetap tidak ingin membahas saat Vanna berusaha membicarakan soal kejadian di restoran. Darren pasti menghindar dengan mencari topik lain yang lebih santai.

Astaga! Vanna tidak menyangka memikirkan laki-laki bisa serumit ini daripada pekerjaan. Memang benar kalau cinta itu menyusahkan, apalagi di saat-saat seperti ini.

"Nak, kok nggak makan?"

Johnny yang akan ke ruang makan, bergabung dengan Vanna ketika melihat putrinya yang malah diam di ruang tengah dengan isi pikirannya yang membebani.

"Pasti kerjaan sibuk, ya?" Johnny menebak ketika ia melihat wajah kusut Vanna. "Coba cerita ke Ayah. Siapa tahu bisa ngasih solusi."

"Ini di luar kerjaan."

Johnny mengernyitkan dahinya, heran. "Tumben. Apa Vanna nggak punya uang?"

"Ayah, I have money."

"Glad to hear that," gurau Johnny, "soalnya Ayah nggak punya, jadi nggak bisa ngasih jajan. Yang punya uang banyak sekarang Mama tuh."

Johnny pikir, gurauannya bisa membuat Vanna tertawa. Sayangnya, gurauannya yang garing tidak berhasil membuat Vanna tertawa. Bukan karena gurauannya yang garing memang tidak patut ditertawakan, melainkan karena Vanna sedang tidak mood bergurau. Sadar bahwa ada yang salah dan harus segera diselesaikan, Johnny segera memancing Vanna untuk menceritakan apa pun yang mengganjal di hatinya.

Dear Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang