Dear Us 2: Tidak Boleh Kosong ✔

3.4K 561 233
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Kamu nggak bosan?"

Pertanyaan singkat Johnny itu berhasil sedikit membagi atensi Keandra yang tengah melepas dasinya. "Bosan apa?"

"Pakein dan lepasin dasi aku selama dua puluh tahun lebih. Kamu nggak bosan?"

Keandra menggeleng sambil tersenyum kecil. "Justru aku seneng. Setiap harinya makin seneng."

"Oh, ya?"

Setelah dasi Johnny terlepas, Keandra menatapnya yang sudah sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengannya. "Aku paling suka kalau lagi kayak gini. Soalnya kita bisa dekat banget, aku bisa lihat muka kamu dengan jelas, dan kalau lagi berantem, kita bisa baikan lebih cepat pas lagi lepas atau makein kamu dasi."

Setelah menjawab pertanyaan Johnny, Keandra memberikan sebuah kecupan singkat di bibir Johnny, kemudian menjauh untuk merapikan barang-barangnya setelah pulang kerja. Johnny tersenyum, tetapi senyumnya hanya bertahan sesaat karena berikutnya lenyap tak bersisa. Johnny senang dengan jawaban yang Keandra berikan, tetapi ada perasaan lain yang mengusiknya dan itu membuatnya tidak nyaman.

"Kamu nggak perlu pakein atau lepasin dasi aku lagi juga nggak masalah," ujar Johnny sambil melepas kancing kemejanya satu per satu.

"Kenapa? Kamu udah mulai bosan aku gitu terus selama dua puluh tahun lebih?"

"Bukan gitu." Johnny mengoreksi, "Aku sadar kalau soal dasi itu hal yang kecil banget dan aku bisa lakuin sendiri. Tapi selama kita nikah, aku bergantung banget sama kamu yang selalu pakein aku dasi setiap mau pergi kerja, dan lepasin dasi pas aku pulang kerja. Aku cuma nggak mau kamu ngerasa punya kewajiban hanya karena hal kecil soal dasi."

Keandra menatap Johnny bingung. Ucapan Johnny justru terasa ada yang aneh, tetapi dia tidak tahu apa yang membuatnya bicara begitu. Seperti yang baru saja Johnny katakan kalau dasi adalah hal kecil, dan tidak biasanya dia membicarakan hal sederhana soal dasi yang seolah menjadi masalah besar untuknya.

"Kamu lagi ada masalah di kantor? Mau cerita?"

Johnny menggeleng dan menjawab, "Enggak ada. Keadaan kantor baik-baik aja, dan keadaan rumah pun baik-baik aja."

"Terus ada yang bikin kamu keganggu? Habisnya aneh banget lho kalau kamu bisa bahas-bahas soal dasi yang emang hal kecil banget. Biasanya juga kamu paling semangat kalau aku pakein dan lepasin dasi kamu."

Johnny menghela napas panjang dan kerkacak pinggang. Keadaan kantor sangat baik dan keadaan di rumah pun begitu terjaga kedamaiannya, tetapi tetap membuat Johnny terusik dan itu membuat perasaannya jadi tidak tenang. Obrolan soal dasi hanyalah sebuah pengalihan dari perasaan yang membuatnya terusik itu, karena sesungguhnya ada hal lain yang ingin disampaikan, tetapi tak berani ia ucapkan.

"Kalau belum mau jawab, kamu bisa mandi dulu biar tenang. Kamu terlalu capek karena lembur, makanya ngomong yang nggak-nggak."

Johnny menurut. Ya, mungkin mandi bisa sedikit membantu dari perasaan ganjil yang ia rasakan cukup lama. Johnny masuk ke kamar mandi, sementara Keandra menyiapkan piyama yang akan ia kenakan. Keandra memilih yang paling nyaman agar pikiran Johnny pun bisa lebih tenang ketika memakai sesuatu yang nyaman dan menjadi kesukaannya. Keandra jadi penasaran apa yang sudah membuat Johnny berpikir aneh-aneh. Semoga saja benar-benar tidak ada masalah yang sedang ia hadapi. Apalagi kalau sampai masalah itu sudah terjadi cukup lama, tetapi Johnny baru mau mengatakannya sekarang karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya.

Dear Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang