Bagian 10

24 0 0
                                    

Bagaimana caranya agar hatiku bisa berpindah? Jika aku bisa aku ingin jatuhkan hatiku padamu bukan pada dia yang tak menginginkan aku sebesar aku menginginkan dia.

~~~

Hanya dalam waktu sehari Mika bisa melupakan Evan, dimana ia tak benar-benar ingat bahwa kemarin malam Evan sudah mematahkan hatinya, yang sudah membuat Mika kehujanan hingga akhirnya demam karena meninggalkan Mika sendiri dengan hati yang tidak baik-baik saja.

Begitu tak berartinya kah Mika di hadapan Evan? Tak begitu penting kah perasaan tulus Mika di mata Evan?

Seketika otak Mika langsung buyar kala sebuah tepukan mengenai tangannya.

"Lo kenapa? Sakit lagi? Mau gue izinin biar lo bisa ke uks?" Karin langsung mencecar dengan pertanyaan saat mendapati Mika yang terdiam tidak memperhatikan mata pelajaran yang masih berlangsung.

Menggeleng cepat Mika menyunggingkan senyum, "gak perlu, udah baik kok." Karin menghela nafas lega.

Mika kembali mengalihkan tatapannya ke depan, memperhatikan Bu Iin yang menjelaskan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang masih berlangsung.

Tatapannya memang ke depan tapi otaknya melanglang buana kemana-mana. Kesal karena tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran yang Mika sukai, dengan kesal Mika mencoret-coret penanya di bagian belakang buku tulis hingga membentuk pola abstrak.

Kembali menoleh pada Mika, sahabatnya. Karin menggelengkan kepala dengan tatapan bingung, "bener-bener gak waras nih anak!"

***
Baru saja melangkah keluar kelas saat suara seseorang langsung mengagetkan kedua sahabat ini. "Haii,"

Raman tersenyum lebar di hadapan mereka, "apaan dah, kok lo udah ada di sini sih,Kak?" Mendelik berusaha mengabaikan Karin hingga gadis itu berdecak kesal.

"Mau ke Kantin?" Tanyanya pada Mika yang masih diam, "ya iya lah masa mau ke Kandang ayam!" Karin yang gemas langsung menjawab walaupun pertanyaan itu ditujukan pada Mika.

Mika tertawa, ini kenapa sih Raman dan Karin memasang wajah permusuhan?

"Idih! Gue bukan nanya ke lo tapi ke Mika."

"Lagian bego banget sih lo,Kak. Kalo jamnya istirahat ya buat ke Kantin. Pakek nanya lagi!"

Mika kembali menatap Raman yang wajahnya sudah memerah menahan kesal pada Karin. "Diem lo!" Karin hanya memutar bola matanya.

Sebelum mereka berdua kembali beradu mulut Mika segera menengahi mereka berdua. "Udah ah, ini kapan ke kantinnya kalo kalian berantem terus." Berusaha menatap bergantian kepada mereka, sekali lagi Karin hanya mendengkus.

"Aku bisa ke kantin sendiri ya kalo kalian diem aja," baru akan melangkahkan kakinya, Karin segera memegang tangan Mika sedangkan Raman terbelalak, "ehh?"

***

Menyisakan Raman dan Mika yang masih asik menyantap bakso di kantin. Sedangkan Karin yang sudah kembali setelah membeli air mineral dan roti yang segera gadis itu habiskan dan langsung kembali ke kelas setelahnya dengan alasan ingin melanjutkan membaca novel yang Mika pinjamkan kemarin.

Walaupun sebenarnya Karin mengerti, Raman ingin berdua dengan Mika dan tak mau di ganggu, Karin tahu itu. Makanya, dengan beralasan ingin membaca novel, Karin memberi waktu berdua untuk Mika dan Raman.

"Susah ya kalo kita udah suka sama orang."

Mika mengalihkan pandangan dari mangkuk bakso ke arah Raman yang duduk di badapannya, "maksudnya?"

"Gue rasa nunggu orang bertahun-tahun itu gak mungkinkan bisa buat kita stuck disitu aja,gue sih mikir perasaan orang pasti bisa berubah kan?

Apa gak bosan ya nunggu selama itu?" Raman memiringkan kepalanya seolah mengejek gadis itu.

"Bisa gak jangan mulai bahas itu?"

Mengendikkan bahu dengan santai, Raman kembali berucap, "Kenapa? Gue cuman nyampein pendapat gue,ada masalah?"

Mika benar-benar geram mengapa Raman sangat senang membahas hal yang membuat hati Mika kembali merasa sesak. Tak bisakah cukup diam saja? Ini urusan hati dirinya, mengapa harus ikut campur?

"Bisa diam kan?" Raman terkekeh mendengar pertanyaan Mika. "Kenapa harus diam saat gue mau mengutarakan pendapat gue sendiri?"

Mika berusaha mengendalikan dirinya dengan meneguk minuman yang tadi di pesan dengan cepat.

"Sekuat itu ya lo nunggu dia?"

Lagi, Raman kembali mengucapkan kalimat itu.

Mika menghembuskan nafasnya lelah, "mau kamu apa sih, Kak?"

"Gue cuman mau nanya satu hal." Raman menatap tepat di manik mata Mika, sedangkan Mika balik menatap dengan tatapan sayu.

"Lo beneran cinta dia?"

Mendengar pertanyaan itu Mika hanya mampu mengerutkan dahi dengan bibir yang sedikit terbuka, karena Mika tak mau ambil resiko jika bibirnya terbuka lebar maka bukan saja udara yang masuk tapi lalat pun ikutan masuk. Tidak Mika tidak mau.

Dan mengenai Raman,pertanyaan macam apa itu? Sudah jelas Raman mengetahui jawabannya tanpa Mika sendiri yang memberi tahu.

"Kamu tahu jawabannya."

Menggeleng cepat, Raman segera menimpali "gue mau denger langsung,bisa?"

Memejamkan mata sebentar sambil berusaha menghirup udara dengan rakus yang Mika rasa malah semakin menyesakkan dada dan Mika mengangguk pelan,

"Aku cinta dia. Banget."

Kini giliran Raman yang merasakan sesak. Dia tahu bahwa Mika memang mencintai Evan, lalu mengapa hatinya seperti tercubit mendengar langsung ucapan cinta yang Mika miliki untuk Evan?

Memandang heran ke arah Raman yang kini hanya diam dengan tatapan lurus. Bukan, tatapan itu bukan tertuju padanya tapi tepat di belakang Mika.

"Kenapa?"

Mika memicingkan mata kala ekor mata Raman bergerak seolah memberi tahu Mika untuk menoleh ke belakang dan dengan ragu Mika pun menoleh.

Dan Mika menyesal. Pemandangan yang hanya semakin menambah pedih hatinya dan kini,sesak itu makin menjadi.

Kembali ke posisi awal,Mika malah melihat Raman yang sudah berdiri dengan tangan yang ia masukkan ke saku celana.

Dan dengan santai Raman mengatakan apa yang membuat Mika malah ingin menangis saja rasanya. Benar-benar tepat mengenai sasaran.

"Itu cowok yang lo cintai. Banget!"
Setelahnya Raman pergi begitu saja saat tatapannya kembali bergantian melirik Mika lalu ke arah dua orang yang sedang mengobrol dan terlihat jelas senyuman mereka sematkan, dan semua yang melihatnya yakin bahwa mereka sedang berusaha mendekatkan diri.

'Mengapa,Van?'

***

Haii,
Kalo kalian suka sama cerita ini,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaaaa:))
Terimakasih.

Salam,

MIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang