Bagian 28

10 0 0
                                    

Melewati malam dengan mencicipi kuliner yang dijual di pinggiran jalan. Setelah makan seporsi ayam tulang lunak dengan sambal ijo yang rasanya begitu enak dan pedas di lidah membuat mereka berdua tak salah memilih tempat langganan mereka.

Menghabiskan sepotong paha ayam yang tak tersisa hingga ke tulang yang rasanya sangat lunak juga diberi taburan krispi diatasnya membuat Mika dan Evan puas setelah perut mereka terisi. Kembali berjalan beberapa langkah hingga berhenti di depan gerobak penjual es duren.

"Ini bener kita beli es duren?" Mendongak melihat Evan sambil mengernyit karena tinggi cowok itu.

"Kenapa? Lo lagi diet?" Evan selalu saja serius. Menggeleng cepat Mika segera menimpali. "Nggak kok. Kamu belum ehm--kenyang?"

Tak lama Mika mendapati senyum cowok itu walau sedikit nyaris bukan seperti senyuman malah. "Belum."

Menghampiri penjual es duren untuk memesan lebih dulu Mika hanya berdiri menyaksikan Evan yang luwes berbicara dengan Mang Ocid~penjual es duren. Selesai memesan Evan menghampiri Mika dengan kembali menggandeng tangan dan duduk di kursi pelastik yang tersedia.

"Ini es duren yang sering lo beli di alun-alun kalau habis jogging kan?" Mang Ocid ini memang mangkal di alun-alun saat minggu pagi lalu ketika malam hari mangkal di sini. "Heem."

Tak lama, dua mangkuk es duren yang diberi sirup tjampolay rasa stroberi khas kota Cirebon yang legendaris juga ada potongan duren di atasnya. Jangan tanya betapa segarnya es duren ini, Mika saja tak pernah bosan menyantapnya apalagi diberi sirup stroberi yang enak sekali.

Mereka menikmati dengan khidmat, Evan menghabiskan lebih dulu. "Mau makan apalagi?" Menyeka sudut bibir dengan tisu, Mika tak berharap Evan melakukan hal yang ada di sinetron saat selesai makan berdua lalu tak sengaja ada sisa makanan disudut bibir saat itu si cowok dengan sok romantis menyekanya dengan tisu atau tangannya langsung.

Ah klise sekali itu! Mika bisa sendiri menyeka sisa es yang menempel tanpa Evan yang melakukannya, Mika sendiri pun menyadari ada sisaan durian mana mungkin Mika pura-pura tak menyadarinya. Evan bahkan masih terlalu kaku padanya jadi jangan harap Evan mau melakukannya pada Mika.

"Aku udah kenyang, Van." Mika benaran tak kuat jika perutnya kembali terisi. "Atau kalo kamu masih lapar, kita bisa cari lagi makanan. Tapi aku gak ikut makan hehe." Menampilkan deretan giginya sambil terkekeh membuat Evan tersenyum lebar, Mika baru mendapati senyuman itu lagi tentu saja membuat hatinya bergetar.

"Kita beli martabak aja gimana? Buat di bawa pulang." Mika mengiyakan "Oke!"

***
Memegang tangan Mika dengan lembut saat akan menyebrang bahkan Mika merasakan jari Evan mengusap punggung tangan Mika dengan amat lembut seperti buaian kapas, kembali membuat buncahan bahagia meliputi dadanya.

Ketika Evan menengokan kepala ke kanan dan kiri jalan yang lumayan ramai hilir mudik kendaraan menjadikan kesempatan Mika untuk menatap wajah Evan dari samping dengan diam.

Samar Mika mendengar Evan yang berdecak sebal karena kendaraan yang kian ramai menyulitkan mereka menyebrang. "Ganteng sekali sih pacarku." Menggumam pelan Mika terkekeh saat Evan menoleh padanya tentu saja Mika menjadi salah tingkah.

Mengedik bahu Evan kembali fokus ke arah jalanan. Setelah agak lenggang Mika merasa pegangannya tertarik lalu tersadar saat Evan satu langkah di depannya dengan tangan yang masih tertaut. "Ayo!" Dan Mika menyamakan langkah mereka saat menyebrang.

***
"Gue pulang?" Sampai di depan pagar rumah Mika menolak saat Evan ingin mengantarnya sampai pintu rumah. Kian larut Mika tak ingin membuat Evan terlalu lama pulang walaupun rumah mereka terpisah gang saja.

Mika tersenyum. "Makasih ya kulineran malamnya hehe. Oh iya makasih juga martabaknya loh, Van." Mengacungkan bungkusan berisi martabak telor karena Mika tak terlalu suka martabak manis, Mika selalu punya cara membuat Evan gemas hingga rasanya ingin sekali cowok itu acak rambutnya lalu memeluk tubuh mungil Mika, namun Evan tak bisa. Cowok itu masih memiliki gengsi tinggi hingga setelahnya Evan merasa menyesal sendiri sudah sebegini jauh.

Evan hanya mengiyakan lalu sebelum pergi kembali menatap wajah bulat Mika. "Lo gak perlu lagi cemburu sama Dita." Menatap maniknya dengan lekat setelah Evan kembali menerbangkan perasaan Mika. "Gue sayang lo." Sebelum nantinya Evan jatuhkan semuanya ke dasar yang Mika tak ketahui harus bagaimana lagi.

******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.

Salam,

MIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang