Bingung. Lalu resah merambati hatinya. Suara tawa di hadapannya bahkan tak dihiraukan, terlalu larut dalam tatapan kosong yang menimbulkan kernyit pada gadis di sampingnya.
"Van?" Merasa tatapan lurus yang Dita kira memperhatikan Rendi dan Afita yang tertawa, Dita kembali memusatkan netranya pada Evan.
Akhir-akhir ini mereka sering nongkrong sekedar menghilangkan penat saat pulang sekolah.
Tersentak saat sebuah tepukan halus mendarat di lengan. Evan berdeham singkat. "Ya?" Tak lupa senyuman kaku Evan sematkan.
"Ada masalah? Kok melamun."
Rendi dan Afita yang mendengar obrolan mereka langsung memusatkan perhatian pada Evan dan Dita. "Kenapa?" Merasa tak ada masalah apapun Rendi kembali fokus pada Afita.
Mengalihkan dari tatapan Dita yang masih bingung Evan segera mengambil ponsel dan membuka ruang chat yang ternyata tak mendapati satu pun chat dari---
Mika? Astaga! Kenapa dirinya malah berharap gadis itu mengirimnya pesan.
Mi?
Belum ada balasan. Evan kembali menutup ponselnya.
***
Ternyata Evan masih sering jalan bersama Dita ya?Pandangannya meredup saat tiba di lantai satu Netranya menemukan cowok yang sudah mengambil hatinya duduk berdampingan bersama Dita.
Tidak. Evan tidak tahu Mika yang kini melihatnya, juga Raman dan Karin yang berjalan di depan Mika masih terus berdebat karena Karin ingin lebih lama pulang sedang Raman memaksa segera pulang karena menurutnya sudah terlalu sore.
Agak terlalu jauh langkahnya tertinggal tanpa Mereka berdua sadari lalu dengan senyum tipis hanya untuk mengingatkan hatinya. Bahwa Evan memang mencintainya kan?
Mencintai ya? Kenapa Mika malah ragu.
Bahkan sampai sekarang Evan belum mengungkapkan kata itu.
Sayang. Ya Evan hanya mengatakan sayang padanya. Ah! Lalu apa bedanya?
Melihat ponsel yang tadi bergetar di genggaman Mika segera membuka chat masuk yang hanya berisi dua huruf dari Evan . Dan di depan sana cowoknya sedang asik bicara, rasanya tak perlu kan membalasnya? Toh Mika tak ingin mengganggu--Evan.
Tak paham dengan hatinya yang kian berdenyut Mika mempercepat gerak kaki demi mensejajarkan langkahnya yang tertinggal oleh mereka berdua. Ya, Karin dan Raman. Kenapa mereka tega meninggalkan Mika tanpa menoleh padanya yang tertinggal?
***
Mereka berempat memilih duduk di salah satu resto lantai bawah dekat dengan pintu mall.Menyeruput minuman yang sudah di pesan. Evan menoleh pada Dita. "Pulang?"
Dita yang akan menyuap cake ke mulutnya terhenti. "Hah?"
"Kenapa buru-buru, Van?" Lanjutnya.
"Ada lagi yang ingin lo beli?" Menggerutu karena Evan malah balik bertanya, Dita segera menyambar tas sekolahnya. Rendi dan Afita tak mempermasalahkan, toh mereka ke sini dengan kendaraannya masing-masing.
"Ayokk!"
"Gue balik." Yang dibalas anggukan oleh Rendi dan Afita.
Dita malah merasa ada yang tak beres pada Evan. Biasanya ketika mereka pergi bersama Evan selalu enjoy, lalu kenapa sekarang lebih banyak diam. Mengendikkan bahu, Dita menautkan jari pada jemari Evan.
Lantas cowok itu menoleh pada gadis yang dikuncir satu. "Ta?" Mencoba melepaskan kaitan jemari mereka Evan menghela nafas berat.
"Lo kenapa sih Van? Ada masalah ya?" Evan kembali melangkah ke arah parkiran. "Seharusnya kalo sedari awal lo nggak nyaman kita pergi. Lo cukup bilang sama gue."
Mendengkus Evan malah kembali mempercepat langkah. Entahlah Evan sendiri bingung dengan dirinya yang merasa tiba-tiba tak nyaman, belum lagi chat yang belum Mika balas.
Ah kembali mengingat Mika, lalu sebelum benar-benar menyalakan mesin motornya Evan membuka ponsel dan bodohnya malah membuka room chat bersama Mika, lagi.
Kenapa tak ada balasan? Padahal centang biru sudah terpampang dilayar ponselnya. Tapi kenapa hanya di read saja?
Ah! Masa bodoh. Kenapa harus mempermasalahkan hanya karena Mika tak membalas chatnya?
Jauh dari dalam hatinya Evan kenapa merasa begitu---penasaran?
Menoleh ke samping saat Dita masih belum naik ke motornya dengan mengangkat sebelah alis saat cowok itu fokus pada ponsel.
"Naik!"
Dan Dita langsung menurut. Biar begini saja dulu, mungkin Evan sedang tidak mood. Dengan diam Dita menyembunyikan rasa penasarannya.
******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen. Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...