Bagian 19

7 0 0
                                    

Raman diam Rasanya aneh sekali biasanya Raman tak pernah berhenti bicara walaupun mereka masih berada di atas motor tapi sekarang Raman rasanya enggan untuk membuka suara.

Mencoba mengeratkan pegangan pada pinggang Raman yang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang Mika sedikit meninggikan suara agar terdengar oleh cowok itu. Berdeham sebentar sebelum bicara. "Kak?" Raman memelankan lajunya sambil menjawab dengan gumaman yang masih terdengar dengan samar oleh Mika.

"Kenapa diam sih kan biasanya banyak bicara?" Diakhiri dengan kekehan ringan Mika tak menyadari jika Raman mengetatkan rahang menahan emosi yang entah kenapa melingkupi dada lalu melampiaskan dengan mempercepat laju motornya.

"Lo bisa diam kan, Mi?!"

Baru kali ini Raman bicara sedingin itu pada Mika dan Mika masih belum menyadari telah melukai perasaan Raman, lagi.

"Oh, oke." Tersenyum getir Mika akhirnya memilih diam dan tak lama motor Raman sudah sampai di komplek rumahnya.

Motor itu berhenti tepat di depan pagar rumahnya yang terbuka dan menampilkan Dewi yang sedang merapikan tanaman hias.

Turun dari motor Mika merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Raman berdeham sebentar. "Kalo lo mau balik bareng dia nggak apa kok, Mi."

Raman tak berucap sedingin tadi kali ini cowok itu memberi senyum, Raman memang seaneh ini tadi begitu dingin pada Mika tapi tak lama seolah tidak terjadi apapun Raman bisa kembali sehangat itu padanya.

"Harusnya lo balik bareng dia tadi, bukannya lo senang dekat dia?" Mika malah merasa Raman sedang menyindirnya, "loh aku kan terbiasa bareng kamu, Kak." Mika mencoba menggoda Raman rasanya Mika merasa tak nyaman tiap kali cowok ini membahas Evan, seperti ada yang aneh dalam hatinya.

Raman menanggapi dengan kekehan sebelum kembali bicara. "Dia cowok lo kan?" Tiba-tiba tenggorokannya tercekat Mika hanya memandang manik Raman. "Gue senang kalo lo bahagia, Mi." Raman mengacak rambut Mika sebelum pergi. "Gue balik?"

Menampilkan senyuman kaku Mika mengangguk. "Emm--makasih ya, Kak." Raman kembali melajukan motornya.

***
Berbalik mempercepat langkah ke arah Dewi yang baru selesai merapikan tanaman Mika langsung memeluk ibunya sambil mengayunkan tubuhnya ke kanan dan kiri. "Ehh apaan sih ini?" Dewi tertawa saat Mika malah mengeratkan pelukan.

Baru saja Mika merasa bersalah pada Raman detik kemudian seolah secepat kilat lupa pada cowok itu sekarang Mika malah ingin memberi kabar bahagia yang lama sudah dinanti pada ibunya. Lupa bahwa Mika sudah menyakiti Raman.

"Mama tahu? Hari ini aku bahagiaa banget." Mika makin gemas memeluk Dewi yang heran dengan tingkah anaknya lalu dengan menekan rasa penasarannya Dewi terpaksa melepas pelukan Mika. "Udah ah nanti ceritanya, sekarang masuk gih mandi dulu."

Menampilkan deretan giginya Mika mengangguk semangat seperti anak kecil lalu mengecup pipi Dewi yang kembali menularkan senyum pada wanita paruh baya ini. "Oke!"

***
Di luar hujan dan udara semakin dingin. Duduk memperhatikan Dewi yang memindahkan sup kentang dari panci ke mangkok besar semakin membuat perut Mika bunyi karena lapar.

"Ma?" Dewi menoleh, "ya?" Mika kembali menampilkan senyuman. "Hubungan Mika sama Evan udah baik, Ma." Perhatian Dewi kini sepenuhnya teralih ke arah anaknya setelah sup itu dipindahkan ke mangkok, jujur Dewi sedikit terkejut mendengarnya. "Maksudnya?" Saat Mika memberi tatapan penuh arti wanita itu mengerti maksudnya langsung kembali bicara.

"Kamu pacaran sama Evan?" Dewi mengangkat sebelah alisnya saat Mika mengangguk tatapan Dewi melengos, "Raman?"

Dewi mengusap pelipis, anaknya ini pasti lupa pada Raman yang selama ini selalu ada di sisinya dan saat Mika terlihat bingung Dewi menghela nafas. "Hah?"

Membawa mangkok berisi sup ke meja makan dan menatanya di sana Mika kembali bersuara. "Raman nggak masalah kok Ma," bagaimana tak masalah jika Raman saja bahkan menahan marah saat tahu Evan sudah mendapatkan Mika.

Menduduki kursi yang berhadapan dengan Mika, Dewi memperhatikan anaknya yang kini mengambil sup ke mangkok miliknya. "Oh ya?"

"Heem,"

"Kamu gak lupa kalo Raman sudah begitu perhatian ke kamu kan, Mi?" Meniup sup di sendok yang masih panas Mika menyesapnya pelan, "Maksud Mama apaan? Mika bahkan gak lupa loh kalo Raman adalah cowok terbaik yang aku kenal." Dewi mengerjap.

"Aku cuman ngasih tahu Mama kalo ternyata aku nggak sia-sia menunggu Evan selama ini,Ma."

"Mama senang," Dewi tersenyum walau dalam hatinya terasa mengganjal. "Tapi kenapa tiba-tiba?"

"Pertama kembali dia bahkan melupakan, kamu gak lupa itu kan? Mama masih ingat saat kamu pulang dari rumahnya lalu kehujanan dan menangisi Evan. Mama kira kamu sadar kalo gak ada cowok sebaik Raman yang tega nyakitin kamu seperti dia."

"Ma aku--"

"Tapi kalo ini yang menurut kamu baik, Mama ikut senang." Dewi pasrah semua ini adalah pilihan Mika walau Dewi tahu bahwa ada Raman yang selalu mencintai Mika dengan tulus namun tak bisa anaknya balas perasaan itu karena di hati Mika masih ada Evan yang bahkan Dewi ragu hubungan baru antara Mika dan Evan.

******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.

Salam,

MIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang