Aku yang terus mengejar
Dan,
Kamu yang selalu menghindar.~~~
Memperhatikan Dewi yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, Dewi menoleh dan tersenyum ke arah anaknya. "Udah lapar?" Dewi kembali menyajikan hidangan itu ke meja makan setelah mendapat anggukan dari Mika.
Mengambil air dingin di lemari pendingin, Mika menduduki salah satu kursi di meja makan lantas mengambil gelas yang ada di sana lalu menuangkan air dingin ke gelas dan menenggak hingga separuh.
Aroma sup ayam yang khas membuat perut Mika tak kuat menahan lapar lagi, segera Mika menaruh sup itu ke dalam mangkuk, lantas menggunakan sendok dan menyesapnya perlahan karena sup yang masih panas.
"Tadi siang tante Aisyah kesini loh bawa puding cokelat kesukaan kamu." "Oh ya?" Mika menatap Dewi dan tersenyum senang.
Dewi memelankan suaranya, "Sekaligus permintaan maaf atas kejadian kemarin."
"Mama udah tahu?" Mika menatap manik mata sang mama saat Dewi mengangguk perlahan."Tante Aisyah yang cerita." Mika berusaha memberikan senyum terbaiknya di hadapan Dewi, menyembunyikan segala resah dan luka saat lagi lagi Mika mengingat bahwa Evan tak lagi mengenalnya.
***
Setelah menghabiskan puding yang ia bagi dua dengan sang mama, Mika mengambil payung yang sudah dirinya siapkan di teras depan rumah.Gerimis yang turun sedari sore, tak menghentikan langkah Mika untuk menemui seseorang, yang rumahnya hanya beda beberapa blok dari rumahnya. Dewi yang baru saja selesai membereskan dapur lantas menghampiri Mika yang bersiap akan pergi.
"Gerimis loh ini, besok kan bisa buat ke sana, selesai pulang sekolah mungkin?"
"Mika bawa payung,Ma." Memperlihatkan tatapan memelas, Mika berharap Mamanya mengerti hingga akhirnya luluh dan memperbolehkan Mika pergi.
"Udah malam juga loh ini, ayo masuk gabaik anak gadis keluar malam-malam, besok masih bisa, sayang." Dewi yang keukeuh segera memegang pergelangan tangan Mika, saat tangan Mika yang lain memegang payung yang sudah terbuka.
Terkekeh melihat Dewi memegang tangannya, Mika kembali membuka suara "Cuman sebentar ini loh,Ma." Mengedip lucu yang malah membuat Dewi ikutan terkekeh. "Dasarr hulu batu!" Menggerutu kesal Dewi kembali melanjutkan ucapannya.
"Sebentar aja, udah malam soalnya, ya?" Mengangguk Mika memberi acungan jempolnya "Oke,"
***
Dinginnya cuaca malam ini diiringi gerimis yang tak juga berhenti, belum lagi semilir angin yang mampu menembus sweater yang Mika pakai hingga kulitnya sedikit meremang merasakan dinginnya angin dan tetesan air yang turun.Duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu yang diukir di teras samping rumah,hening.
Hingga suara cowok itu memecah keheningan diantara mereka berdua, yang sedari tadi Mika perhatikan wajah itu dari samping, lantas tak membuat cowok itu balas menatap bahkan untuk sekedar menoleh pun tidak cowok itu lakukan, Evan. "Jadi, lo yang nempelin kertas gak guna itu di kamar gue?"
"Gue udah buang semua kertas yang lo tempel di sana termasuk yang ada di laci meja belajar,sampah!" Bagai ada benda tak kasat mata melukai hatinya, Mika merasakan nyeri itu, tepat di dalam hatinya. Harusnya Evan tidak bicara seperti itu kan?
Tak membiarkan Mika bersuara, Evan dengan segera melanjutkan apa yang memang perlu dirinya katakan tanpa peduli bahwa apa yang keluar dari mulutnya sudah menyakiti hati si lawan bicaranya, Mika.
"Dan lo gak usah lancang masuk ke kamar orang dengan seenak lo sendiri, ngerti kan?"
"Mendingan sekarang lo balik!" Mika menatap Evan sekalipun hanya sisi wajahnya saja yang bisa Mika lihat, bahkan sampai detik ini Evan tak mau menolehkan wajahnya, pandangannya hanya lurus, menatap rinai air yang turun membasahi bumi.
"Kalo lo berharap gue bakal antar lo balik, lo salah! Gue gak ada niatan sedikit pun untuk itu." Setelah mengatakan kalimat yang Mika tahu sebuah pengusiran akhirnya Evan menolehkan pandangannya ke arah Mika, menatapnya sebentar hingga akhirnya dia berdiri dan melangkah meninggalkan Mika yang masih diam,seorang diri~
Sedari tadi Mika hanya diam mendengarkan apa yang Evan katakan walau nyatanya apa yang keluar dari mulut Evan malah menyayat hati Mika, namun tak satupun kata yang keluar dari tenggorokannya, entah kenapa lidahnya terasa kelu, bahkan suaranya tiba-tiba hilang entah kemana.
Duduk berdua yang bahkan tak Mika sangka akan terjadi setelah kejadian pertama mereka bertemu yang berakhir tak mengenakkan, sama seperti sekarang, menyesakkan hatinya,lagi.
Evan yang terpaksa menemani Mika duduk, ya tante Aisyah yang meminta saat Mika datang untuk berterimakasih. Tante Aisyah yang tahu bahwa Evan butuh waktu berdua bersama Mika dan berharap bisa hangat kembali seperti saat mereka kecil lantas menyuruh, lebih tepatnya memaksa Evan untuk berbicara dan tak mengacuhkan gadis itu lagi.
Evan yang saat itu tahu bahwa dirinya diminta untuk menemani Mika duduk jelas langsung menolak. Hingga tak lama Evan datang dengan tatapan dingin seperti udara malam ini,dingin. Dan, semuanya kembali sia-sia,setelah mengatakan apa yang memang ingin Evan utarakan yang sengaja untuk menyakiti Mika tanpa mau mendengar Mika berbicara.
Setelah menyakitinya, tak membuat Evan berhenti kembali jahat setelah mengatakan pengusiran lalu meninggalkannya sendiri merasakan hembusan angin yang kian menusuk kulit dan gerimis yang semakin cepat turun.
***
Haii,
Kalo kalian suka sama cerita ini,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaaaa:))
Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...