Lantas, inikah akhirnya?
Kamu melupa,
Dan aku sang pengingat.~~~
Minggu pagi selalu ramai, selain orang-orang ingin lari pagi atau sekedar mengisi perut oleh beberapa makanan yang dijajakan dipinggir jalan dekat Alun-Alun kota ini, setelah lelah jogging mengelilingi lapangan alun-alun. Kini, Mika duduk di kursi panjang dari kayu yang tersedia didekat para pedagang yang ramai dipinggiran jalan, sambil menikmati satu cup es durian yang baru dia beli dan ditemani earphone yang menyumpal telinganya.
Matanya mengedar, memerhatikan jalanan yang selalu ramai oleh orang-orang yang lalu lalang di hari minggu yang cerah ini.
Setelah satu suapan kembali masuk ke mulutnya, kursi kayu yang saat ini di duduki sedikit bergerak, Mika menoleh dan terkejut melihat siapa yang kini duduk di sampingnya.
Menyodorkan botol air mineral, lantas Mika melepaskan earphone di telinga dan menaikkan sebelah alisnya. "Ini masih pagi dan lo udah makan es durian?apa gak sakit nanti perut lo?"
Terkekeh, Mika kembali menyuapkan es durian itu ke mulutnya. "Apasih! Kak Raman lebay deh." Raman yang ada disebelahnya,langsung menaruh air mineral yang tadi ia sodorkan itu ke pangkuan Mika, sontak Mika langsung memegang botol dengan sebelah tangan saat botol itu akan jatuh.
"Setelah itu, lo langsung minum air mineral biar gak batuk."
"Dikira Mika anak kecil apa? Abis makan es, langsung batuk." Raman terkekeh. "Lah emang, Lo kan masih bocah!" Mika mendengkus.
"Lagian ngapain sih di sini?" Mika menyuapkan suapan terakhir,lantas menyimpan cup itu di tengah-tengah mereka. "Ya jogging lah, mau ngapain lagi emang kalo ke sini?" Mika hanya mengangguk.
Mengambil cup bekas Mika tadi, lalu beranjak membuang ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk. Mika tersenyum, sebenarnya ia tidak sengaja menaruh bekas cup itu di antara mereka, awalnya Mika akan membuang saat Raman sudah beranjak dari sini, mana tahu malah Raman yang langsung membuang yanpa disuruh pula.
"Double thanks, ya." Duh Mika baru menyadari, Raman terlihat sangat tampan pagi ini, mengenakan kaos hitam polos dipadu dengan celana training hitam dan memakai sneakers, apalagi rambutnya yang sedikit berantakan, menambah kesan tersendiri untuk Mika, bahkan Mika tak berhenti tersenyum menatap Raman.
"Iya tahu gue emang ganteng." Duh, itu pertanyaan atau pernyataan sih?
"Apasih, Kak?!" Pliss jangan merah, jangan merah,jangan pokoknya jangan sampe merah pipi Mika.
"Cie pipinya merah." Nahkan, Mika bilang apa tadi, jangan merah kok malah merona gini sih.
******
Satu jam yang lalu Raman mengantar Mika pulang, tak lama Mika langsung pamit pada sang Mama. Hari ini Mika akan pergi ke rumah Evan,lagi.
Sebelum melewati pagar rumah, Mika berhenti. Ada bunga bougenville yang kini tumbuh lebat, Mika menyukai warnanya, merah. Memetik beberapa tangkai lalu menyusun dan mengikatnya dengan tangkai yang masih muda. Setelah terikat menjadi buket kecil, lantas tersenyum. Memang tidak seperti bunga mawar,tapi bunga kertas yang sudah dibuat buket ala Mika terlihat biasa apalagi tangkainya yang kecil,tapi Mika tetap menyukainya.
******
Di hadapan rumah berlantai dua yang terlihat asri, Mika lantas melewati pagar rumah ini yang kebetulan terbuka yang selalu Mika datangi hampir setiap hari.
Baru kakinya menginjak lantai rumah ini, pintu sudah terbuka dan seseorang muncul. Mika mendongak.
Yaampun,benarkah? Bunga yang tadi Mika bawa jatuh, matanya berkaca, bibirnya bergetar antara ingin tersenyum atau menangis. Melihat tatapan tajam dan dingin sekaligus di hadapannya. Ya Tuhan,Ia harus apa sekarang?
"Mikaa?!" Dirinya kira orang yang memanggil namanya itu adalah orang yang ada di hadapannya, nyatanya Mika salah. Itu adalah Aisyah yang berdiri tepat di samping orang itu, Evan.
Mika melihat dengan jelas tatapan dingin yang masih disorotkan oleh lelaki yang ada di hadapannya, Evan.
Apalagi setelah sang Mama memanggil namanya. Sebelah alis Evan terangkat, seolah bertanya pada Aisyah."Dia---" Aisyah yang akan menjawab rasa penasaran putranya,langsung terhenti saat Evan kembali menatap Mika. Tak ada yang berubah dari sorot matanya.
"Lo siapa?!"
Deg!
Mika melangkah mundur,menatap lekat pada sepasang manik mata Evan.Bunga yang tadi jatuh, tak sengaja Mika injak. Matanya berkaca, apa tadi dia bilang?
"Lo siapa?"
Yaampun, benarkah dia Evan? Mengapa berbeda? Mengapa Mika tak mengenalnya sama sekali? Ini bukan Evan yang dulu Mika kenal. Evan tak pernah menatap Mika sedingin ini,dulu. Ya,dulu~
Dan apa ini? Dia tak mengenal Mika? Sekali kedipan saja,cairan bening itu meluncur bebas.
"Lo siapa sih? Gak sopan langsung buka pagar rumah orang!"
Dia kembali,
Tapi bukan ini awal pertemuan yang Mika inginkan.
Terlalu banyak angan yang dia harapkan.
Sampai akhirnya realita menampar habis ekspetasinya selama ini.***
Haii,
Kalo kalian suka sama cerita ini,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaaa.
Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Подростковая литератураUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...