"Pulang sekolah nanti bisakan pulang sendiri?"
Kembali ke rutinitas sekolah setelah melewati hari minggu ke senin yang terasa cepat sekali berlalu, tak seperti senin ke minggu yang rasanya lama sekali dirasakan.
Tak lagi berangkat atau pulang bersama Raman sekarang Mika bersama Evan. Raman mengiyakan terpenting Mika senang berboncengan dengan cowoknya.
"Ngga apa. Memang kamu mau kemana nanti?"
"Ehm...ada acara,"
Mengangguk Mika tak ingin tahu acara apa yang Evan maksud, pun Mika tak mau terlalu mengikat Raman dengan segala keingintahuan masing-masing punya privasi yang harus dihargai.
"Oh, oke."
"Kamu duluan aja, nggak apa kok."
Evan tak mau repot membeberkan hubungannya bersama Mika, maka dengan manarik nafas Mika kembali mengangguk dan mulai meninggalkan Evan yang masih berdiri di parkiran sekolah.
Manapaki tiap ubin menuju lorong dimana kelasnya berada Mika menoleh sepertinya belum ada tanda-tanda Karin datang.
***
"Aduhh! Topi pake ketinggalan segala lagi, gimana dong?"Melihat kekacauan sahabatnya di pagi hari membuat Mika tak habis pikir, kelopak mata yang masih membengkak karena menangis lagi semalaman tak bosan Karin lakukan, jelas masih banyak cowok yang lebih baik dari Rendi yang hanya modal tampang.
"Udahlah Rin tunggu dihukum aja." Tertawa puas melihat kepanikan Karin yang pasti dihukum oleh osis karena tak mentaati peraturan upacara, Karin berdecak melihat tawa puas Mika.
Beberapa menit lalu upacara dimulai, Karin dan Mika yang memilih baris dibagian tengah agar tak terlalu mencolok karena terhimpit banyak siswa disekolah ini, selain itu Karin mencari aman saat anggota osis berkeliling ditiap barisan, tentu saja Karin memilih menyempil dikerumunan barisan.
Mika kira Karin akan dihukum, tak sampai lima menit gadis itu malah agak berjongkok sambil memeluk perut. Ingin tertawa melihat tipuan Karin saat satu anggota pmr yang selalu berjaga dibelakang menghampiri Karin dan mencoba memapah dengan alasan sakit.
"Anjir beneran sakit gak tuh si Karin?" Kia salah satu teman sekelas mereka berbisik. "Gak bawa topi kan dia? Eh tapi pucat kali wajahnya, Mi." Lanjutnya sambil menatap Karin curiga yang sudah dibawa.
Meringis membenarkan ucapan Kia yang ada di sampingnya, wajah Karin beneran pucat, tapi kenapa? Masa iya sakit beneran pasti bohongankan demi bisa tiduran di uks pasti dan Mika yakin itu.
"Mau deh sekali aja pura-pura sakit biar gak bisa ikut upacara, tapi kok gue gak bisa ya, Mi?"
"Ayo cepet pura-pura pingsan! Biar sekalian aku lempar ke kamar mandi."
"Ah Mika!" Selain konyol Kia ini cerewet, tak salah ia dijadikan bendahara kelas yang selalu membagi kecerewetannya saat ada yang tidak bayar uang kas, seperti Mika dan Karin yang cukup bebal mendengar suara nyaring ala Kia saat menagih uang kas.
Begini juga Mika mencicil uang kas agar tak terlalu banyak menunggak, dibanding Karin yang sama sekali malas bayar uang kelas sama seperti para cowok dikelasnya.
Kia pernah memyampaikan perandaian begini di depan kelas. Nanti pas kenaikan kelas kalau uang kas lebihan, kita makan-makan atau kita adain acara disalah satu rumah sambil bakar-bakaran pakai uang sisa ini kita ajak wali kelas juga kan seru tuh. Ucapan Kia menggebu sekali saat itu seolah benar akan terjadi.
Kian berlalu bukannya bertambah uang kelas malah semakin berkurang karena banyak yang nunggak, tak apa rencana itu akan selalu jadi angan untuk kami sekelas. Mendekati pergantian kelas akhirnya Kia sadar. "Woiilah gajadi ini mah makan-makan pakai uang sisa kelas. Eh tapi tenang kita tetap bakal ngadain bakar-bakaran di rumah Mika, biar dia yang nanggung. Benar kan Mi?"
Kampret kan emang? Dan mulai saat itulah sebisa mungkin Mika hindari spesies seperti Kia yang menyebalkan.
***
"Udah lapar ini, cepat jalannya Mi.""Ishh,,Karin!" Menggeret langkah bersamaan membuat Mika tak leluasa berjalan, hampir saja Mika tersandung jika tak sigap mengeratkan pegangan Karin.
Sampai di kantin yang sudah ada Raman dengan pesanan yang mereka mau Karin mendudukan Mika dengan tergesa duduk disampingnya.
"Gila ya lo udah kek emak emak nyeret bocah yang susah mandi pas asik main tanah." Mendelik tajam Mika mendengkus, "tauk nih gak sabaran banget!"
"Berisik!" Menggeser mangkuk yang berisi mie ayam yang sebelumnya sudah Raman pesan atas titah dari dua cewek yang hobinya memberi perintah pada cowok satu-satunya diantara mereka tanpa ada penolakan, bersyukur Raman baik hati dan tidak sombong.
"Lapar banget ya?" Menggeleng melihat kerakusan sahabatnya Mika bergidik.
"Dari kemarin gue gak nafsu makan tauk! Makanya tadi pagi perut gue mulas dan sekarang baru lapar."
"Lagian lo galau dipelihara! kalau putus enjoy aja kali. Ibaratnya, mati satu tumbuh seribu." Karin mendelik.
"Jadi,waktu pagi beneran sakit?" Mengangguk sambil merona. "Mulasnya sebentar kok tapi gue malas ikut upacara, kan gue gak pakai topi juga bisa dihukum gue kalo gak izin sakit."
Raman menjitak kepala Karin dan kembali mencipta gaduh ketiga sahabat itu.
******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...