"Demi apa lo udah jadian sama dia, Mi?" Tentu saja Karin terkejut mengetahui kabar ini, lalu Raman bagaimana? Tetapkah Mika menganggap perasaannya tidak lebih dari seorang sahabat?
Mika menampilkan cengiran lalu mengangguk mantap. "Heem,"
"Kapan?kok gak cerita, jahat banget sih, Mi." Karin ini memiliki sifat lebay yang berlebihan dan tentu saja Mika merasa jengah pada gadis ini.
Memutar bola mata Mika mencoba mengingat. "Emm, kemarin lusa, mungkin?" Tebaknya, payah sekali Mika jika soal mengingat, rasanya baru-baru ini ya mereka jadian dan sekarang sudah lupa.
"Tuhkan gak cerita,,"
"Udah ah ngapain jadi bahas itu," memasukkan buku ke tas saat jam sekolah selesai sepuluh menit lalu saat tadi Mika mengecek ponsel yang menampilkan pop-up chat masuk dari Evan yang memberi tahu jika dirinya menunggu di parkiran sehingga mengundang penasaran Karin tentang Mika dan evan lalu mengalirlah cerita yang belum sempat Mika beri tahu.
"Mau balik sama Rendi kan? Yuk bareng ke sana."
Melengos Karin mendatarkan ekspresinya. "Ogah! Mau balik sama Raman aja deh,"
Walaupun heran Mika berusaha tak menyampaikannya. "Emang belum pulang?"
Yang Mika tahu hubungan Karin dan Rendi sekarang mulai renggang. Rendi dekat dengan adik kelas katanya. Nah kan apa kata Mika sekali buaya tetaplah buaya, di depan cewenya jadi kucing yang lucu dan menurut tapi saat di belakang baru deh tuh sifat buayanya keluar. Memang tak semuanya seperti itu tapi Rendi salah satu buayanya.
"Lihat?" Menunjukan ruang chat dengan Raman saat cowok itu ternyata masih di kelas sedang menyalin tugas yang tertinggal lalu Mika mengangguk. "Jadi, aku sendirian nih ke parkiran?"
Menampilkan senyuman Karin mengedipkan sebelah mata. "Selamat berpacaran."
***
Sampai di parkiran ternyata Evan benar-benar sudah menunggu, sendirian tanpa Rendi."Maaf, lama." Evan hanya mengendik dan menggumam tapi masih Mika tangkap dipendengarannya. "Nggak apa."
"Rendi udah pulang?" Menerima helm yang Evan ulurkan, Mika mencoba bertanya siapa tahu Evan mengetahui alasan pasti renggangnya hubungan mereka jika Rendi bercerita soal Karin kepada Evan.
"Udah. Kenapa?" Diam memperhatikan Mika yang belum memakai helm lalu kedua alis lebat itu menukik. "Mereka lagi ada masalah, harusnya Rendi gak pergi gitu aja kan, Van? Kenapa gak balik bareng Karin coba?"
"Itu urusan mereka, Mi." Mengambil kembali helm di tangan Mika, Evan mencoba memakaikan langsung ke kepala yang sontak langsung Mika tahan dan Evan hanya diam saat Mika memilih memakai sendiri helmnya.
"Lo gak perlu masuk ke hubungan mereka, biarin mereka urus masalahnya sendiri." Mengangguk Mika buru-buru mengaitkan ikatannya hingga bunyi 'klik'.
"Naik."
***
Baru pertama kali berboncengan dengan Evan rasanya menyenangkan sekali, seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya dan Mika menyukai euforia seperti itu.Padahal rumah mereka masih berada di komplek yang sama hanya saja Mika sudah tak sesering lagi datang ke rumah Aisyah. Baru saja motor itu terparkir di depan rumah minimalis milik orangtua Evan, Aisyah yang tadi duduk santai di kursi teras langsung berdiri.
"Haii Mika," selesai mengecup punggung tangan Aisyah segera memeluk Mika. "Rumah kita dekatan loh tapi kok gak pernah ke sini lagi,"
"Tante kangen loh liat kamu hampir tiap hari datang ke sini." Aisyah tersenyum tentu saja Mika malu sekali, Aisyah sebegini sayang padanya dan selalu memberi perhatian setulus yang diberikan Dewi, ibunya.
Aisyah memang seorang ibu rumah tangga sama seperti Dewi yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, jarang sekali keluar jika tidak ada hal yang benar-benar penting. Paling sering Aisyah berkunjung ke rumahnya dan mengobrol dengan Dewi setelah itu mereka akan tetap di rumah.
"Tante maaf ya, akhir-akhir ini lagi banyak tugas soalnya." Meringis Mika mencoba beralibi agar Aisyah tidak tahu alasan sebenarnya Mika sudah jarang ke sini.
Mengusap punggung tangan Mika, Aisyah menatap dengan teduh. "Tante ngerti."
Aisyah mengubah ekspresi wajah dengan datar saat tatapannya tertuju pada Evan yang diam di belakang Mika. "Kenapa berdiri di situ? Masuk sana! Kepo banget urusan perempuan."
"Hah?" Mika terkekeh mendapati Evan yang dibuat menganga lalu berdecak pelan cowok itu meninggalkan Mika dan Aisyah.
Memastikan Evan sudah masuk, Aisyah tertawa. "Tante loh yang maksa Evan buat bawa kamu ke sini."
"Iya tan, Evan udah bilang."
"Oh ya, tante buat pudding kesukaan kamu lagi loh, nanti di bawa ya bagi-bagi sama Mama kamu."
"Kebiasaan tante selalu buat pudding kesukaan aku, kan jadi ngerepotin tante."
"Nggak apa, tante bikin banyak loh puddingnya."
Mika bahagia sekali disayangi oleh wanita seperti Aisyah, ibu dari cowok yang Mika cintai. Dan sayang itu tak pernah luntur Aisyah berikan padanya.
******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...