Harusnya kamu tahu
Gak mudah jadi aku,
Nunggu kamu pulang bertahun-tahun
Lantas akhirnya,
Sia-sia yang aku dapat.~~~
Menyusuri jalanan komplek yang sepi di malam hari ditambah gerimis yang kini berubah menjadi hujan yang kian deras seiring kaki Mika melangkah melewati jalanan seorang diri di bawah payung yang melindungi Mika dari derasnya air yang Tuhan kirim membasahi bumi.
Walau tak sepenuhnya terlindungi dari hujan,kakinya basah terutama celana piyama yang Mika pakai sudah basah karena terciprat air hujan, tak Mika pedulikan.
Mika beruntung Tuhan menurunkan hujan malam ini. Isakan yang tersamarkan oleh derasnya air hujan hingga tak akan ada yang tahu jika kini Mika menangis.
Melangkah kian cepat, secepat air mata yang semakin turun membasahi wajahnya, Mika hanya ingin cepat sampai di rumah namun rasanya semakin Mika melangkah malah semakin lama untuk bisa segera sampai.
Pagar rumah sudah terlihat, secepat mungkin Mika kembali berjalan, ingin berlari saja rasanya namun kedua kakinya terlalu lemas untuk sekedar berlari.
Memegang pagar besi itu Mika kembali terisak, mengusap kasar air matanya yang kembali menetes dengan punggung tangannya yang lain dan dengan tergesa Mika langsung membuka pagar itu.
Selangkah melewati pagar, kaki Mika benar-benar lemas rasanya sudah tak kuat mehahan beban tubuhnya sendiri hingga pegangan pada payungnya mengendur dan Mika melepas payung itu ke samping.
Dewi yang sedari tadi berada di ruang tamu langsung berlari ke teras depan saat mendengar suara pagar dibuka, lalu kini menyaksikan Mika yang berlutut dengan tubuh yang bergetar dan kedua tangan yang menutup wajahnya. Isaknya memang teredam hujan namun gemetar tubuhnya membuat Dewi paham, ada yang tidak beres pada anaknya.
Berlari menghampiri Mika, Dewi tak peduli lagi bahwa kini dirinya ikut basah di bawah guyuran langit malam yang turun hujan kian deras. Memeluk tubuh Mika yang bergetar dengan erat malah semakin membuat tangisan Mika kian pecah.
"Sudah. Ayo masuk,Nak." Mencoba menghapus air mata Mika walau tersamar air hujan, Mika menggeleng cepat. "Aku capek, Ma. Boleh aku berhenti sebentar aja? Setelah itu Mika janji Mika gak akan begini lagi." Mengapa rasanya sesak? Kembali mendekap Mika di dadanya, Dewi lantas mengangguk, hatinya meringis.
"Jangan bodohi diri kamu sendiri,sayang. Ayo sudahi semua ini, kamu juga berhak bahagia,Nak." Menggeleng cepat Mika segera melepaskan dekapan Dewi.
"Nggak Ma, Mika gak bisa." Menangkup wajah anaknya, Dewi tidak tahu lagi bagaimana membujuk Mika agar tak seperti ini, melepaskan adalah hal yang tepat menurutnya. Bagaimanapun usaha Mika untuk mendapatkan hati seseorang, tapi orang itu bahkan jelas tidak mau bersamanya mau bagaimana lagi?jika sedari awal saja kehadirannya sudah ditolak.
"Ayo kita masuk, kamu bisa sakit kelamaan hujanan begini." Memegang tangan Mika lalu mereka berdua mencoba berdiri dari guyuran hujan yang telah membasahi sepasang ibu dan anak itu.
Biarkan hujan terus mengguyur bumi dengan deras malam ini.
***
"Sudah puas menyakitinya?" Evan yang akan menaiki tangga menuju kamar seketika terhenti saat mendengar suara sang ibu yang terdengar kecewa.
"Gak seharusnya kamu bicara seperti itu, Evan!"
"Ma,," menghadap ke arah Aisyah, Evan berusaha membela diri. "Apa seperti itu cara kamu bersikap pada perempuan? Berbicara tanpa peduli orang yang kamu ajak bicara merasa sakit hati atas ucapan kamu!"
Evan menatap Aisyah yang kian menggebu oleh amarah. "Bertahun-tahun Mika nunggu kamu buat kembali ke sini! setiap hari dia datang ke rumah ini cuman untuk memastikan kalo kamu sudah kembali."
Aisyah merasa bersalah pada Mika, tadi saat Aisyah akan membawa teh hangat untuk mereka berdua, saat kakinya melangkah ke pintu utama tiba tiba Aisyah berhenti ketika mendengar kalimat Evan yang dilontarkan pada gadis itu, saat akan menghampiri mereka lagi, Aisyah dibuat tercengang mendengar penuturan Evan selanjutnya. Aisyah tahu bahwa Evan sudah menyakiti Mika kian dalam,oleh ucapan anaknya.
"Mama yang maksa aku buat bicara sama dia kan? Oke, aku udah bicara apa yang memang ingin aku katakan sama dia, Ma."
Melembutkan suaranya, Aisyah berusaha membuat Evan mengerti bahwa dia tak pantas menyakiti hati Mika. "Bukan seperti itu yang Mama mau, Van." Menatap manik mata anaknya lalu Aisyah kembali bicara.
"Mama cuman mau kalian ngobrol santai, bukan pakai emosi kayak kamu tadi. Mama mau kalian bahas masa kecil kalian supaya kamu sama Mika bisa hangat lagi, bukan seperti kemarin saat kalian baru ketemu." Kembali menjeda ucapannya "Mama tahu, kamu gak benar-benar lupa sama Mika,kan? kamu jelas sangat mengingat Mika, Van."
Evan yang di tanya seperti itu segera memalingkan tatapannya dari Aisyah "Aku lupa siapa dia!" Menyunggingkan senyum,Aisyah mengerti bahwa Evan bohong.
"Kamu harus minta maaf sama dia." Menghembuskan nafas kesal Evan segera berdecak. "Ini udah malam, aku mau tidur, Ma." Mengayunkan kakinya menapaki tangga lagi lagi suara Aisyah kembali mempengaruhinya.
"Kamu pengecut, Van. Setelah menyakiti hatinya lalu kamu biarkan anak perempuan pulang larut malam sendirian dengan keadaan kecewa, apalagi di luar hujan semakin deras."
Setelah mengatakan itu Aisyah segera berlalu meninggalkan Evan yang mendadak terdiam.***
Haii,
Kalo kalian suka sama cerita ini,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaaaa:))
Terimakasih.Salam,

KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...