Bagian 1

74 8 3
                                    

Akhirnya Mika beranjak meninggalkan kamar itu, setelah beberapa saat tadi ia duduk di meja belajar milik Evan, sampai akhirnya wanita paruh baya yang tadi Mika panggil tante yang merupakan Mama Evan menghampiri Mika.

"Mama!!" seorang anak kecil laki-laki berusia sekitar 7 tahun, berbadan gemuk dengan pipinya yang tembam berlari menghampiri mereka berdua.

"Lain kali Jangan lari seperti tadi, nanti kamu jatuh!" ucap Aisyah -mama Evan-

"Hehhee." anak kecil itu malah terkekeh menampilkan dereten giginya yang ompong.

"Ihh gemes." Mika langsung mencubit kedua pipi anak kecil itu.

"Auwww sakit tau..." ia langsung memajukan bibirnya sambil mengaduh kesakitan dan menyingkirkan tangan Mika dari pipinya yang tembem itu.

Aisyah hanya tersenyum menyaksikan keakraban anak keduanya dengan Mika.

Anak kecil berbadan gemuk itu merupakan adik Evan, Ecan Devana. Kini ia duduk di kelas 1 sekolah dasar. Ecan memang sangat akrab dengan Mika. Wajah anak kecil itu sangat mirip dengan Evan sewaktu kecil. Makanya ketika ia bersama Ecan, Mika merasa seperti teringat kembali pada saat ia masih kecil yang selalu bersama Evan.

"Hehe abisnya kamu gemesin tau, Can." Mika tersenyum.

"Oh iya, Mika pulang dulu ya, Tan." lanjutnya,

Aisyah hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Mau kemana kak? Kok pulangnya cepet? Katanya kakak mau main sama Ecan? " Ecan memasang muka cemberut saat tau bahwa Mika akan pulang.

Aisyah langsung menyela "Mainnya besok aja, sekarang Kakak nya kasihan pasti capek, ya sayang.." Ecan mengangguk pasrah dengan memajukan bibirnya.

******

Mika melangkahkan kaki menyusuri jalanan yang kini mulai sepi karena sore hari, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di sekitaran komplek rumahnya.

Rumah Evan dan rumah Mika memang satu komplek, hanya beda blok saja. Sehabis pulang sekolah Mika selalu datang ke rumah Evan, memastikan apakah Evan sudah kembali atau belum. Makanya, Mika selalu berjalan kaki jika sudah berkunjung ke rumah Evan setelah itu baru menuju rumahnya.

Setelah sampai, Mika langsung membuka pagar rumah yang tidak di gembok itu, dan langsung melewati pintu utama tanpa diketuk.

"Mika pulang." sambil menutup kembali pintu rumah.

Seseorang yang sedari tadi sibuk di dapur langsung menghampiri dengan cepat saat orang yang di tunggu sudah datang.

"Baru pulang, sayang? " seorang wanita yang tidak terlalu paruh baya dengan rambut pendek sehingga terkesan aura keibuannya, menghampiri Mika, dan Mika hanya mengangguk.

Wanita itu adalah Dewi -Mama Mika- ia hanya memiliki satu anak, yaitu Mika. Selama ini Dewi mengerti apa yang di rasakan oleh Mika, bagaimana tersiksanya menunggu seseorang yang dicintai oleh anaknya.

Terkadang Mika menangis di pelukan sang Mama untuk menumpahkan segala keluh kesahnya. Dewi memang tidak pernah memaksa Mika untuk bercerita, tapi ia akan membiarkan Mika untuk mulai bercerita pada Dewi terlebih dahulu. Bagaimanapun, Mika memiliki privasi tentang dirinya sendiri sehingga Dewi tidak perlu ikut campur, dan Dewi tidak mau untuk lebih masuk ke dalam kehidupan pribadi anaknya. Terlebih tentang percintaan gadis itu.

MIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang