Bagian 21

13 0 0
                                    

Jam istirahat tiba Mika dan Karin lebih dulu ke kantin sedangkan Raman tak lama menyusul mereka berdua. Ada beberapa tugas yang belum selesai,katanya. Mika dan Karin memaklumi karena cowok itu sudah mulai disibukkan oleh tugas menjelang akhir kelulusan.

"Gak pesan makan, Mi?"

"Diet." Karin yang menjawab hingga mencipta delikkan dari Raman, kebiasaan Karin yang usil selalu menjawab pertanyaan yang jelas dituju untuk Mika.

"Kenyang," memperhatikan Raman dan Karin yang memakan bakso sedang Mika hanya membeli milkshake matcha kesukaannya.

"Kapan makannya kok udah kenyang aja?"

"Lihat lo makan aja Mika udah kenyang, Man." Karin membuat Raman sebal dengan menjawab lagi.

"Diam Rin. Gue gak nanya sama lo ya!" Karin berdecak, "lagian lo gak pernah nanya gue. Mika terus yang lo tanya, kan gue kesal berasa gak dianggap! Iya kan, Mi?" Mencari pembelaan pada Mika, Raman berdecih.

"Kok Karin benar ya?" Mika terkekeh melihat ke arah Karin yang kembali mengunyah bakso dengan sewot sedangkan Raman tak mau disudutkan berusaha membela diri.

"Bego, ngapain gue nanya ke dia toh dia pun lagi makan sama kayak gue!" Ya ampun Mika terpingkal melihat mereka berdua selalu berdebat begini.

"Dia sentimen banget dah ke gue, Mi."

Tak mau menahan tawa yang ingin meledak Mika mengangguk dan tawanya menguar. "Benar banget, Rin!"

"Bawaannya emosi mulu lihat muka lo! Beda kalo gue lihat Mika, adem banget rasanya." Mika kembali tersedak oleh tawanya sendiri, tak ingin menatap Karin yang wajahnya sudah memerah karena sebal.

"Anjir ya lo!" Garpu yang tadi menganggur Karin acungkan ke arah Raman sedang matanya melotot seolah menantang yang malah mengundang kembali gelak tawa Mika dan Raman.

"Duh mulas banget gak bisa berhenti ketawa!" terpingkal Mika memeluk perut dengan sebelah tangan.

Tawa mereka mereda kala seseorang yang baru datang menempati tempat duduk tak jauh dari tempatnya. Karin yang ada di sampingnya menoleh seolah bertanya 'lo baik-baik aja kan?'

Ah ya, Karin masih belum mengetahui kalau hubungan Mika dan Evan sudah membaik, jauh lebih baik malahan.

"Aku ke toilet bentar ya? Kalo kalian mau ke kelas duluan gak apa kok."

Mengetahui Evan tak sendiri ke kantin, ada Rendi dan Dita yang menemani. Sudah Mika bilangkan? Jika mereka dekat, Evan dan Dita.

Mika memilih menghindar saat Raman dan Karin mengiyakan. Lalu saat tatapan mereka tak sengaja bertemu Mika memperhatikan Evan yang tersenyum kecil padanya dan Mika mulai meninggalkan kantin. Mencipta hening diantara Karin dan Raman.

Ketahuan mencuri pandang pada Rendi yang langsung Karin alihkan ke mangkuk bakso dengan raut datar menimbulkan penasaran. "Kenapa? Berantem sama pacar?" Karin malah sewot, "apaan sih! sok tahu."

Bukannya berhenti mengintip ke arah Rendi, Karin menegakkan tubuh saat tak lama Mika pergi kini Karin melihat Evan yang sudah berdiri akan meninggalkan temannya. Satu yang ada dibenaknya. Mereka berdua pasti akan bertemu.

Melihat kecemasan Karin, Raman menolehkan pandangan ke arah yang bahkan sedari tadi ia hindari. Menyimpulkan hal sama yang ada dibenak Karin yang akan berdiri,sudah pasti Karin ingin mencegah Mika yang pasti bertemu dengan Evan.

Raman tak membiarkan. dengan mencekal lengan Karin, Raman menggeleng, "nggak apa, biarin mereka bertemu."

***
Berjengkit saat kaki sudah melewati toilet dan tubuh jangkung menghadangnya membikin Mika gugup saat aroma khas yang Mika tahu milik siapa.

"Kenapa?" Tatapannya bertemu, "a--apanya?" Mika kesal pada lidahnya yang sering terbata jika bicara dengan Evan. Ya Evan yang kini ada di hadapannya.

Mendesah lega saat menolehkan pandangan ke arah lain ternyata hanya sedikit yang lewat, Evan menggenggam lengan Mika dan membawanya pergi. "Mau kemana?" Evan tak mau repot menjawab.

Rooftop. Evan memilih tempat ini karena tak ada siapapun selain mereka berdua dan yang pasti tak ada yang akan mencuri dengar pembicaraan mereka.

Duduk di kursi biasa diikuti oleh Mika yang ada disampingnya, "Balik bareng gue, Mi."

"Tapii--"

"Mama mau ketemu sama lo."
Ah alasan itu. Semenjak kejadian Evan yang menolaknya Mika memang tak lagi mengunjungi rumah Evan juga tak bertemu Aisyah walaupun rumah mereka lumayan dekat.

Evan berdiri menikmati suasana siang ini, "Kenapa gak pernah ke rumah gue lagi?" Mika sebenarnya malu kembali bertemu dengan Aisyah.

Agak menunduk saat tatapannya kembali menyatu, Evan segera meralat ucapan saat sadar bisa saja Mika kegeeran karena Evan menanyakan hal ini. "Mama gue yang nanya loh."

Tersenyum geli Mika segera mengangguk paham, "iya nanti Mika main ke rumah kamu." Berdiri dan mendekat di samping cowok itu.

"Pulang sekolah?"

"Heem," senyum itu tak pernah pudar saat bersama Evan, namun detak jantung? Mika tak terlalu merasa mendebarkan seperti dulu. Dan hal itu yang tiba-tiba membuat Mika resah,kenapa bisa?

"Van?" Cowok itu menoleh, "ya?"

"Ehm--kita," kerongkongannya tercekat namun Evan masih menunggu Mika menyelesaikan ucapannya.

"Maksud aku, kita pa-caran kan?" Ragu-ragu akhirnya Mika menanyakan, takutnya Mika salah paham ajakan Evan saat itu.

Tahu apa tanggapan Evan? Cowok itu menampilkan raut jenaka yang sontak saja membuat kadar ketampanan Evan bertambah dimata Mika. "Menurut lo?"

"Pacaran?" Tersenyum simpul Evan mengangguk sembari mengacak rambut Mika.

"Benarankan?" Sebagian hatinya masih tak menyangka.

Mendengkus Evan menatap wajah Mika yang memerah dan bibir yang berkedut menahan senyum. "Kenapa? Mau pacaran bohongan?" dengan cepat Mika menggeleng. "Nggak mau!"

Terkekeh lalu menikmati semilir angin di siang hari yang menampilkan awan hitam. Mendung tak melulu akan turun hujankan? Bisa saja setelah ini mentari kembali terik. Cuaca di kota ini memang sering berubah-ubah.

******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.

Salam,

MIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang