Mengerjapkan matanya perlahan, Mika merasakan pening di kepalanya lalu pelan-pelan Mika menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Matanya mengedar ke arah jam yang tertempel di dinding, ini beneran jam sembilan pagi ya?
Pintu kamar terbuka menampilkan Dewi yang membawa nampan berisi bubur dan air putih. Tersenyum, Dewi menaruh nampan itu di nakas. "Sudah bangun? Makan dulu ya." Duduk di samping ranjang Dewi segera mengambil mangkuk bubur yang tadi dibawa.
"Kenapa gak bangunin aku, Ma? Mika kan jadi gak sekolah." mengerucutkan bibirnya walaupun Mika tak benar-benar kesal karena tak membangunkannya yah walaupun Mika sedikit bersyukur pusing di kepalanya kini sedikit mereda, baiknya memang Mika tak masuk sekolah hari ini untuk istirahat.
Menjulurkan punggung tangannya ke dahi Mika, Dewi mengangguk pelan. "Udah gak terlalu panas, gimana kepalanya masih pusing?" Mika hanya mengangguk. "Semalam kamu demam,"
Dewi mengusap pelan punggung tangan anaknya. "Makan ya? biar Mama suapin." Lagi lagi Mika hanya mengangguk patuh.
Hingga suapan keempat Mika memilih untuk menyudahi sarapannya, Dewi segera mengambil tablet obat yang tadi di bawa dan memberikan obat itu untuk segera Mika telan.
"Jangan di ulangi lagi ya." Selesai meneguk air untuk melancarkan obat ke tenggorokannya, Mika berdeham dan menyimpan gelas itu ke nakas.
Menatap Dewi yang memancarkan ke khawatiran. "Sayangi tubuh kamu sendiri, karena kalo bukan kita sendiri siapa lagi,hm?"
"Kita gak boleh egois. Bagaimanapun usaha kamu untuk membuat orang lain suka pada diri kita kalo kenyataannya malah orang itu tidak pernah mau menyukai kita, untuk apa kita tetap berusaha?" Memegang kedua tangan anaknya, Dewi berusaha kembali memberi pengertian untuk Mika.
Rasanya sudah cukup Mika menyakiti dirinya sendiri dan Mika hanya bisa terdiam menatap genggaman Mamanya. Mika tidak tahu harus bicara apa hingga matanya bertemu pandang dengan Dewi lalu melepas genggaman tangan itu Mika langsung menghambur ke dalam pelukan Dewi.
"Mika sayang Mama." Dewi mengecup puncak kepala Mika.
***
Menapakkan langkah pada rumput hijau sambil menghirup udara sore di taman belakang rumah dengan segelas susu hangat yang Mika pegang, matanya mengedar memperhatikan beberapa tanaman hias yang selalu Dewi rawat, salah satunya bunga daisy yang kini berbunga.Setelah memetik satu tangkai bunga daisy berwarna kuning Mika segera duduk di bangku yang ada disana, menaruh gelas susu yang sudah habis di samping dirinya Mika kembali menatap bunga yang sudah dipetik.
Terdengar suara gaduh di dalam rumah tak Mika hiraukan, mungkin tetangga yang ingin bertemu dengan Mamanya atau apa Mika tak tahu dan tak mau tahu. Hingga suara gaduh itu terdengar semakin dekat di pendengarannya, Mika tetap menggenggam bunga daisy itu.
Sampai sebuah tepukan di kedua pundaknya membuat Mika sedikit terlonjak dan menoleh ke belakang lalu tersenyum melihat siapa yang datang. "Sakit kok gak bilang-bilang." Karin yang tadi menepuk pundaknya kini mengedarkan pandangannya pada taman yang tak terlalu luas ini.
"Btw bunganya cantik-cantik ya, kek gue." Karin tak datang sendiri melainkan ada Raman yang kini menjitak kepala Karin karena ucapan gadis itu yang kelewat percaya diri.
"Apasih!" Karin yang tak terima langsung menggeplak tangan Raman namun tak Raman hiraukan, tatapannya kini tertuju pada Mika. "Haii," Mika tersenyum.
"Gimana sekarang? Udah sembuh?"
"Udah kok, makasih ya udah datang ke sini."
Raman dan Karin yang masih menggunakan seragam sekolah, hanya saja baju seragamnya tertutup oleh sweater yang mereka pakai. Raman memilih duduk di atas rumput hijau lalu tak lama diikuti Mika dan Karin yang ikut bergabung dengan Raman di rumput hijau ini.
"Lo sakit apa? Kok gue gak di kasih tahu sih?" Karin kini nenatap Mika.
"Penting banget ya?" Mendengar jawaban Mika, Karin segera melotot dan tak terima padahal mereka berdua bersahabat bagaimana mungkin dirinya tak tahu sahabatnya sakit? Sedangkan Karin baru tahu saat Raman mengajak Karin untuk menjenguk Mika.
Mika tertawa melihat ekspresi Karin sedangkan Raman, lagi lagi cowok itu menjitak kepala Karin."diem kenapa sih,Kak! Kepala gue sakit dijitak terus, anjirr." Raman tertawa dan tawa itu kembali menular pada Mika.
"Mata lo biasa aja kali gausah melotot kayak lihat orang lagi ciuman di depan mata lo langsung." Kali ini Raman terbahak membuat Karin semakin kesal dan berdecak. "Apaan dah mesum banget lo, Kak."
Menyaksikan pertengkaran sengit mereka sedikit mengurangi kesedihan Mika, Mika hanya butuh mereka berdua untuk membuatnya bisa kembali tersenyum, melihat mereka yang kembali berdebat membuat Mika menggelengkan kepalanya pelan.
Hingga Dewi datang dengan membawa minuman dan tak lupa juga camilan untuk kedua orang di hadapan Mika.
"Aduhh jadi ngerepotin ya, Tan." Mengambil minuman yang tadi Dewi suguhkan lalu sebelum Raman meneguknya, cowok itu kembali bersuara "Nanti kita ke sini lagi deh tiap hari biar ngerepotin Tante terus hehe,"
Karin segera saja menggeplak pundak Raman hingga membuatnya langsung tersedak saat Raman masih meneguk minumannya. Kali ini Mika tertawa cukup keras dan Dewi hanya menggeleng melihat kelakuan remaja di hadapannya.
"Kamvrett! Lo kenapa sih?" Langsung saja Raman menatap Karin dengan tajam dan Karin tak peduli, tatapan Karin tertuju pada Dewi. "Maaf ya,Tan. Dia emang bar-bar banget," Dewi lantas terkekeh. "Yaudah lanjut ngobrol deh kalian, Tante mau ke dalam."
Sebelum Dewi beranjak, Raman kembali bersuara. "Maaf ya,Tan." "Iya." Dewi kembali tersenyum yang malah membuat senyuman Raman makin melebar. "Tante kalo senyum gitu makin cantik, tiap hari jadi makin keliatan tambah muda."
Mereka bertiga langsung menahan tawa yang ingin keluar mendengar ocehan Raman yang makin tak karuan, hingga Dewi menghela nafas. "Kamu kalo bohong ketahuan banget, ya?" Sontak saja Mika dan Karin menatap Dewi dengan heran dan Raman sendiri mengernyit bingung.
Dewi menampilkan raut jenaka, "Ya iya, yang ada Tante makin keliatan tua dong tiap hari, kan emang udah tua. Mana ada keliatan muda lagi." Sontak membuat Mika dan Karin terbahak melihat Raman yang kini terlihat cengo.
***
Haii,
Kalo kalian suka sama cerita ini,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian yaaaa:))
Terimakasih.Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Teen FictionUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...