Ada yang berbeda dengan sikap Karin kali ini, setelah kembali ke kelas Karin tak banyak bicara seperti biasanya sampai ketika Mika datang Karin yang sudah duduk di tempatnya dengan novel yang berada di atas meja hingga Mika duduk Karin pun masih diam.
Merasa tak memiliki salah Mika langsung heran dan bertanya. "Ada apa?" Dan Karin baru mau menoleh dengan tampang biasa saja.
"Hmm?"
"Kenapa diam terus?" Menekuk kedua alisnya Karin segera menimpal dengan sedikit terkekeh, "Belajar untuk mengabaikan sekitar kira-kira enak apa nggak?" Karin pura-pura berfikir lalu menatap Mika kembali. "Ternyata nggak enak ya?"
Mika tak mengerti apa yang dikatakan Karin gadis ini bertingkah aneh dan Mika tidak tahu mengapa hingga muncul satu pemikiran yang langsung Mika tanyakan. "Ada masalah sama Rendi ya?"
Karin segera menggeleng "Nggak,"
"Terus?" Karin malah kian tak tega begini pada sahabatnya, bersikap seolah mengabaikan Mika karena terlalu menyepelekan perasaan Raman yang Karin sangat yakini Mika pun sudah mengetahui jika cowok itu menyukai Mika namun Mika tetaplah gadis bodoh yang terus saja mengejar cinta teman masa kecilnya hingga buta bahwa ada seseorang yang selama ini selalu berusaha untuk ada di sampingnya.
Ya, Karin memang bisa seegois itu.
Sudahi. Karin kembali bersikap seperti biasa tak mau jika Mika merasa tersinggung atas sikapnya namun masih ada satu hal yang mengganjal di hati.
"Menurut lo baik gak sih mengabaikan perasaan cinta dari sahabat kita sendiri saat perasaan kita malah jatuh ke hati orang lain?" Mengangkat sebelah alis atas pertanyaan sahabatnya, Karin segera meralat saat Mika terlihat bingung untuk menjawab. "Sahabatnya cowok maksud gue, Mi."
Sebelum dengan polosnya dia menjawab, tak sedikitpun Mika menyadari inti dari pertanyaan milik Karin.
Yah pada dasarnya tubuh dan jiwanya sedang berbahagi karena kejadian tadi di perpus, Mika bahkan tak menyadari jika Karin memberikan pertanyaan menjebak untuknya agar tahu bagaimana Mika memandang perasaan Raman selama ini dan jawaban itu tentu saja berbeda dengan sikap dan jawaban Mika tadi.
"Jangan mengabaikan, kasih dia kepastian jawaban kalo kita gak suka bilang aja kalo temanan lebih baik. Jangan mencampurkan persahabatan dengan perasaan deh ujung nya malah jadi berantakan."
Mika mengambil jeda untuk bernafas. "Pilih yang bikin hati kita nyaman dan yang bikin hati kamu bahagia, tapi inget juga jangan sampe salah milih orang ya."
Lo bahkan mengabaikan perasaan Raman, Mi.
Dan apa lo udah yakin menjatuhkan hati lo ke orang yang benar?
Karin melupakan sorot bahagia yang sedari tadi terpancar dari manik mata milik Mika dan seolah bersikap egois Karin tak peduli pada apa yang membuat Mika kian diliputi bahagia.
Padahal sedari tadi Mika menahan ingin memberi tahu kabar bahagia ini pada sahabatnya namun ketika dari awal Mika datang Karin malah menampilkan raut yang berbeda Mika urung memberi tahu.
Mungkin lain kali saja.
Mika tak tahu saja jika kini satu masalah sudah tercipta, dan setelahnya masih ada banyak lagi masalah sedang menunggu untuk dihadapi.
***
Mika jelas saja bingung, pasalnya jika pulang sekolah Mika memang terbiasa diantar oleh Raman tapi sekarang setelah mereka sampai di parkiran sekolah Mika dikejutkan oleh dua cowok yang berada tak jauh dari motor Raman terparkir.Jelas saja Mika gugup saat melihat Evan yang sudah duduk di motor miliknya dan tatapan itu menyorot dengan dingin, Mika jelas tak mengerti saat menoleh pada Karin yang berada di sampingnya gadis itu hanya manampilkan raut biasa saja seolah enggan menghadapi situasi seperti ini, Mika kembali dibuat bingung dan Raman segera menghampiri motornya yang terparkir tanpa sepatah kata.
"Lo bareng gue!" Setelah motor Raman berada di hadapannya Evan langsung berseru hingga Mika sedikit berjengkit, rasanya saat terakhir bertemu Evan tidak mengatakan ingin pulang bersama tapi kini cowok itu sudah menunggu di parkiran tanpa mengabari lebih dulu.
Mika ingin tapi jelas saja dirinya merasa tak enak pada Raman yang selama ini selalu mengantarnya pulang dan saat Mika menoleh pada Raman dengan bingung cowok itu baru mau membuka suara. "Terserah!"
Dan setelah mengatakan itu Raman segera menghidupkan mesin motornya lalu Mika kembali bimbang hingga tangannya terulur pada pundak Raman yang siap pergi. "Tunggu,"
Kini dengan raut bersalah Mika memutar tatapannya pada Evan. "Ehm--maaf ya Van tapi Mika gak bisa," dan pertanyaan itu membuat Evan mengangkat alisnya, "kenapa?"
"Soalnya--kalau Evan mau pulang bareng harusnya bilang lebih dulu, Van." Dan jawaban Mika malah kembali mencipta kernyitan Evan semakin dalam, tak mau mempermasalahkan Evan akhirnya mengendikkan bahu dan bersiap pergi.
Entah kenapa hatinya mencelos melihat tanggapan Evan begitu saja. "Kita pulang?" Dan Raman segera mengangguk, Karin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan segera memegang pundak Mika dan tersenyum sebelum Karin berjalan menghampiri Rendi di dekat Evan.
******
Haii,
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya, Terimakasih.Salam,

KAMU SEDANG MEMBACA
MIKA
Genç KurguUntuk kamu yang dulu pernah ada dalam cerita yang akhirnya aku tutup rapat. Bagaimana? Sudah mendapatkan cerita yang lebih indah dariku? Aku tak menyesal melepasmu, sebab aku tahu menggenggammu lebih lama bukan pilihan terbaik. Kamu memaksa tak ingi...