7. Hancur

30 4 0
                                    

Seminggu berlalu. Hubungan antara Rendy dan Nayla masih sama dengan sebelumnya. Masih tidak bisa disatukan. Mereka sering bertengkar dan adu argumentasi saat mengikuti pelajaran.

Menurut kalian, adu argumentasi saat jam pelajaran itu bagus, enggak, sih?

Bagus pasti 'kan? Tetapi dalam tanda kutip jika debat atau adu argumentasinya berorientasi pada pembelajaran yang baik.

Namun sayangnya, adu argumentasi antara Rendy dan Nayla di kelas ini sering mengarah pada debat yang tidak sehat. So, seorang guru yang sedang mengampu materi di kelas mereka harus berusaha kuat menghentikan Nayla dan Rendy yang bandel untuk dihentikan ketika terjadi adu argumentasi yang panas.

***

“Lo kenapa? Kaget karena lihat gue keluar dari kantor OSIS? Iri sama gue karena masih berstatus siswa baru tapi udah bisa bergabung dengan OSIS SMA Taruna?”

Memang dari Rendy-nya juga yang selalu mencari gara-gara biar bisa berantem sama Nayla. Seperti sekarang ini, nih. Rendy meledek Nayla yang tidak bisa masuk ke deretan pengurus OSIS SMA Taruna. Sebenarnya bukan tidak bisa, sih. Nayla itu tipe orang yang cerdas juga. Tetapi, dia malas untuk bergabung dengan organisasi.

“Makanya jangan hanya ngumpul di tempat parkiran doang, sekali-kali masuk ke ruang OSIS biar dengar kabar.”

Nada suara Rendy semakin terdengar meledek di telinga Nayla. Membuat gadis itu menggeram. Jengkel pada mahluk yang satu ini.

Kalian tahu? Melihat sikap Rendy yang demikian itu, Nayla malah makin membenci pemuda yang berdiri depannya ini. Apalagi saat ini Rendy menjadi orang yang sangat diprioritaskan oleh sekolah terutama cewek-cewek. Banyak cewek-cewek yang suka dengan gaya penampilan dan sikap care-nya Rendy terhadap sesama teman dan banyak pula yang ingin dekat dengan Rendy.

Ya, Rendy memang tergolong orang yang care terhadap sesama teman. Bukan hanya teman cewek, teman cowok apalagi. Rendy sering membonceng salah seorang siswa SMA Taruna yang memang setiap harinya berangkat dan pulang naik angkot. Termasuk Nayla. Tetapi Nayla tidak pernah mau ketika Rendy mengajaknya pulang bareng. Rendy juga tidak sungkan-sungkan untuk menjadi donatur untuk beberapa kegiatan OSIS. Rendy juga terkenal siswa yang paling dermawan dari sekian banyak siswa di SMA Taruna.

***

“Sumpah, ni, ya, kenapa coba gue bisa ketemu dengan cowok senyebelin Rendy? Benar-benar enggak habis pikir gua sama itu cowok, tahu, enggak, Gaes.”

Nayla mengoceh sejak keluar dari kelasnya hingga sampai ke parkiran, tempat mereka nongkrong. Nayla tampaknya masih kesal dengan kata-kata Rendy tadi. Ketiga temannya hanya diam dan menatap Nayla tak mengerti karena baru datang langsung marah-marah. Farhat mencoba untuk meluruskan persepsi Nayla yang mereka rasa salah.

“Nay, kalau menurut gue, lo jangan berlebihan, deh, membenci Rendy. Kalau menurut gue lo itu lebay banget, tahu, enggak. Padahal Rendy 'kan udah minta maaf Nay,” kata Farhat pelan. Kalimatnya itu mendapat persetujuan dari kedua temannya, melalui anggukan kepala.

Namun, karena otak belakang Nayla sudah tidak bisa menerima apa pun informasi tentang Rendy, ya, seperti biasa, Nayla makin naik darah dan tekanan emosi negatifnya bereaksi lebih kuat.

“Kalian malah belain Rendy, kecewa gue,” dengkusnya, dengan raut wajah merah padam.

Nayla berdiri dari tempat duduknya lalu meninggalkan ketiga temannya itu, tanpa mau menghiraukan panggilan mereka. Sungguh, hari ini mood-nya untuk tetap melanjutkan hidup, seolah hancur. Benar-benar hancur, berkeping-keping.

Yah, Nayla marah lagi.

Farhat, Dara dan Savina tertunduk lesu ketika salah satu teman mereka ada yang marahan dan tidak bisa dikasih tahu.

Namun, mau bagaimana lagi? Masa bodo. Nanti juga balik lagi kalau sudah bosan marahannya.

Tiga orang yang bersahabat itu mengalihkan topik pembicaraan dan mulai tenggelam dalam keasyikannya bercanda tawa.

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang