Apa yang ditakutkan Rendy tentang Nayla telah menjadi kenyataan. Sejak kehadiran Arya dalam hidup Nayla, Nayla sekarang mulai berubah seratus enam puluh derajat dari sebelumnya.
Setiap jam istirahat dan jam pulang sekolah, Nayla sekarang lebih sering bersama Arya. Ketiga temannya pun mulai resah dengan keadaan itu. Rasa khawatir mereka terhadap keamanan Nayla mulai membuat pikiran-pikiran mereka kalut. Nayla sudah jarang berkomunikasi dengan ketiga temannya. Jangankan ikut berkumpul seperti ritual-ritual yang sudah berlalu, menyapa mereka di kelas saja sudah jarang sekali. Nayla sering tergesa-gesa untuk keluar dari kelas.
Sempat beberapa kali Nayla bolos sekolah. Sudah tidak bisa dimungkiri jika ketiga temannya akan berprasangka buruk kepada Arya. Nayla sampai berani bolos itu pasti karena Arya. Arya sepertinya sudah mulai memasukkan doktrin-doktrin negative pada kehidupan Naila.
***
“Nay, enggak ada kelas?”
Seorang pemuda yang juga berseragam sama putih abu-abu, seragam milik SMA Taruna, menyapa gadis yang sedang duduk santai di gerbang sekolah—seperti menunggu seseorang, padahal di kelasnya sudah ada pak Daman, guru Matematikanya. Gadis itu hanya menatap sekilas, lalu membuang wajah tanpa menjawab pertanyaannya.
Mereka adalah Nayla dan Rendy.
“Sejak kapan jadi pembolos kayak gini?” Rendy bertahan dalam posisinya, demi mendapat respons dari Nayla.
“Kalau lo datang ke sini cuma mau ngerecokin gue, mending masuk kelas aja. Enggak usah kepo sama gue,” balas Nayla sengit.Rendy mendesah kecewa dengan respons yang diberikan Nayla.
“Gue ke sini mau jemput lo. Pak Daman nyariin murid kesayangannya.”
“Bukannya lo yang sekarang jadi murid kesayangannya guru-guru?” Nayla menatap tajam ke arah Rendy.
“Maksudnya? Lo cemburu gitu sama gue?” balas Rendy, tidak mengerti.
“Idih, PD lo itu ketinggian, Bro. Ngapain juga gue cemburu sama lo.”
“Udah, ah. Gue enggak mau ajak siapa pun buat bolos. Mending lo balik ke kelas, biar enggak dicariin sama guru kesayangan lo itu.”Rendy mengembuskan napasnya pelan. Benar-benar tak habis pikir, kenapa gadis di depannya ini telah berubah menjadi gadis yang keras kepala. Sejak kapan pula dia menjadi pembolos?
“Hai, Sayang?”
Dan, pertanyaan Rendy akhirnya diam-diam terjawab setelah melihat kehadiran seorang pemuda yang berseragam putih abu-abu juga, tetapi, bukan khas SMA Taruna, menyapa Nayla. Rendy semakin tidak percaya melihat sikap dari teman gadisnya yang satu ini. Nayla menyambutnya dengan menggunakan sapaan manja juga, dan parahnya, dia sudah berani berpegangan tangan di depan Rendy. Dan yang paling membuat Rendy kesal, bisa-bisanya DENI ARYA CANDRA, pemuda yang terkenal badboy di SMAN 1 SURABAYA itu, menularkan karakter bejatnya kepada Nayla. Tidak ada yang dapat Rendy lakukan waktu itu, selain hanya pasrah, dan, membiarkan Nayla serta Arya pergi.
***
"Lo kenapa, Ren?"
Lamunan Rendy buyar saat melihat Farhat dan kedua sahabatnya beridiri di sampingnya.
"Enggak," jawab Rendy singkat.
Ketiga sahabat Rendy itu pun menceritakan perihal Nayla. Mereka sengaja memanfaatkan waktu lima belas menit jam istirahat mereka untuk mendiskusikan masalah Nayla pada Rendy.
Terlihat semburat rasa sedih di wajah Rendy begitu mendengar cerita-cerita teman-temannya Nayla. Rendy berjanji untuk mengembalikan Nayla ke tengah-tengah mereka.
***
“Nay, sepulang sekolah aku jemput, ya.” Arya mengirim pesan kepada Nayla lewat SMS.
“Ada apa, Ya?” balas Nayla.
“Ada yang mau aku tunjukin ke kamu. Gimana, kalau gak bisa gak papa, lain kali aja.”
“Oke, aku tunggu di depan sekolah, ya?”
“Oke.”
Bel berbunyi tiga kali tanda pelajaran terakhir untuk hari ini selesai. Setelah membaca doa semua siswa yang ada di lantai atas dan bawah keluar bersamaan. Nayla, Farhat dan Rendy keluar dari sebelas IPA. Savina dan Dara sebelas IPS.
“Nay, pulang bareng gue, yuk?” Rendy menghampiri Nayla.
“Lo kesurupan setan apa? Enggak biasanya banget ngajakin gue pulang bareng?”
“Nay, gue serius."
“Sorry, ya, tapi sekarang gue udah ada janji sama Arya.” Nayla terlihat bahagia sekali, kala mengucapkan kalimat itu.
“Arya?” Rendy melipat dahi.
“Ya, kenapa? Iri? Kirain cuma lo yang bisa gaet cewek sana sini. Gue juga bisa kali,” sinis Nayla.
“Udah, deh, ah, klo gue terus-terusan ngeladenin lo, ntar Arya kelamaan nunggu. Bye.”Wajah Rendy mengusut melihat tingkah Nayla yang tidak seperti biasanya. Savina, Farhat dan Dara juga mengalami hal yang sama saat melihat lambaian tangan Nayla dengan seutas senyum yang sangat membuatnya bahagia itu melintas di depan wajah mereka.
Arya sudah menunggu Nayla di depan sekolah sambil duduk di atas motornya. Setelah Nayla keluar Arya memberikan helm kepada Nayla dan membantunya memasangnya. Setelah itu pergi.
Ini sudah ke sekian kalinya Nayla dan Arya jalan berdua. Kali ini Arya mengajak Nayla untuk jalan-jalan ke taman segitiga yang berjarak tidak jauh dari rumah Nayla. Arya memarkir motornya dan menggandeng tangan Nayla mengitari jalan yang penuh dengan pohon-pohon rindang yang membuat suasana di taman itu terasa sejuk.
Nayla dan Arya mengambil posisi untuk duduk di bangku panjang di pojokan taman. Tidak banyak orang-orang yang menjumpai tempat itu. Hanya Nayla dan Arya juga beberapa pasangan laki-laki dan perempuan yang duduk bersebelahan sebangku-sebangku.
Hari itu Arya memperlakukan Nayla layaknya seorang tuan puteri. Nayla tak menyangka kalau Arya bisa bersikap romantis. Arya membelikan eskrim untuk Nayla dan dirinya lalu menyantapnya bersama. Sesekali tawa mereka pecah. Nayla terlihat sangat bahagia bersama dengan Arya. Terlihat sekali dari tatapan matanya yang tidak ingin sedetik saja lepas dari wajah Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNAY (Tamat)
ChickLitKisah tentang perjalanan hidup Nayla Syarifah, yang diawali dengan pertemuannya dengan Rendy Ananta Dika, dan Deni Arya Candra.