"Berarti sejak kalian menikah, kamu tinggal di sini?" Tanya Savina yang sudah tiba di kediaman abi Hikmal dan ummi Aisyah.
"Iya. Aku bantuin abi sama ummi."Nayla meletakkan setoples kacang polong dan tiga jus apel untuk Savina dan Sabrina. Lalu, menyusul mereka duduk di sofa panjang ruang tamu rumah itu.
"Bu Minah tinggal sama siapa Nay, kalau kamu di sini?"
"Pulang ke rumah ibu, di Madiun, Vin."
"Oh."
"Kasian kalau di sini sendirian." Lanjut Nayla lagi.
"Iya juga sih. Jadi kangen sama bu Minah. Gimana ya kabarnya sekarang?"
"Kalau katanya Salma sih dia baik-baik aja Vin. Kemarin sempat drop, tapi udah baikan."
"Oh gitu. Kamu pernah ke sana Nay?"
"Iya, terakhir kemarin aku ke sana."Sabrina yang tidak tahu dengan apa yang mereka bicarakan hanya diam menyimak dua sahabat yang baru bertemu itu bernostalgia.
"Terus, kamu kuliahnya gimana dulu? Abi dan ummimu yang biayain?"
"Iya. Tapi, menginjak semester ke dua, aku dapat beasiswa."
"Beruntung banget kamu Nay, punya mertua baik kayak mereka." Nayla hanya tersenyum.
"Kuliah di UINSA kan ya?"
"Iya, S1 sama S2 di sana. Sama-sama beasiswa. Dan sekarang lanjut S3."
"Beasiswa juga?"
"Alhamdulillah iya."
"Maa Sya'Allah Nay... ini beneran lo. Temen gue yang sukanya gebrak-gebrak bangku kalau lagi kesel itu, dapat beasiswa sampai S3?" Pekik Savina dengan suara lantang.Membuat Nayla dan Sabrina menutup dua telinganya dengan telapak tangannya, karena suara Savina yang terdengar memekakkan telinga. Savina lalu membekap mulutnya rapat-rapat saat ingat dirinya ada di rumah Rendy. Untung saja abi dan umminya Rendy sedang ada acara di luar. Jadinya tidak mendengar teriakan Savina. Kalau ada, malu lah dia.
"Sorry sorry, refleks. Nggak sengaja Nay." Ucap Nayla sambil mengumbar senyum pepsodent-nya.
"Tapi beneran lo dapat beasiswa Nay?" Tanya Savina lagi untuk memastikan kebenaran apa yang didengarnya. Nayla mengangguk."Gue seneng banget Nayla..."
"Vin, bahasanya itu loh... bukan jamannya SMA Taruna sekarang..."
"Hehe.., maaf Nay, udah kebiasaan. Aku sama Dara masih kayak gitu sampai sekarang.""Jadi, kesimpulannya..."
"Kesimpulan apaan Savina? Emang kita bahas apaan mulai tadi?" Timpal Sabrina.
"Masa lalu Nayla, lah." Jawab Savina dengan santai."Jadi, lo nikah beneran sama Rendy, dan lo ikut tinggal di rumah Rendy. Trus, Rendy meninggal pas sejam setelah akad nikah lo. Lo tetap tinggal di sini. Lo gak kuliah satu tahun. Baru tahun setelahnya lanjut kuliah?"
"Iya Vin."
"Kuliah semester pertama masih bayar. Terus semester kedua sampai S3, beasiswa. Dan yang membantu lo dalam proses pendidikan lo itu abinya Rendy?"
"Iya Vin. Aku udah dianggap anaknya sendiri sama abi ummi. Makanya aku betah di sini. Mereka udah kayak orang tua kandungku saja."
"Allah memang maha Adil ya. Kamu diberi musibah kehilangan Rendy, orang yang sangat kamu cintai. Dan sebagai gantinya, kamu diberi mertua yang sangat menyayangi kamu."
"Iya Vin. Aku bahagia sekali mempunyai mereka."
"Dulu, awal-awal masuk kuliah, aku ngiranya gak bakalan bisa lewatin itu semua. Karena apa? Bayangan Rendy selalu tergambar jelas di otakku, dan itu, sukses membuatku gak konsentrasi belajar. Tapi, Alhamdulillah, aku bahagia bisa melewatinya dengan baik. Aku sampai lulus kuliah dan diwisuda, meski tanpa hadirnya dia di sisiku, waktu itu."
"Jujur, aku sedih banget, apalagi ketika wisuda S2, aku sedih banget karena teman-teman seangkatanku banyak yang sudah berkeluarga dan mereka bisa berfoto-foto ria dengan pasangan masing-masing. Sedangkan aku? Perih rasanya Vin."
"Dan aku sedikit bangga karena akhirnya aku bisa menuntaskan pendidikan S2-ku dengan lancar. Dan sekarang, aku lagi garap disertasiku. Doakan aku, semoga lulus saat rapat terbuka nanti."
"Tentu saja. Aku akan doain kamu Nay. Bahkan kalau perlu, saat rapat terbuka nanti, aku akan bawa Dara dan Farhat untuk mengikutinya."
"Yang benar saja?"
"Iya, Nay."
"Ok, ok. Kalau kayak gini, aku semangat untuk melanjutkan disertasiku Vin. Pokoknya kalian harus dateng ya saat aku nanti rapat terbuka?"
"Siaap."
"Kamu juga Na." Ucap Nayla pada Sabrina.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNAY (Tamat)
Chick-LitKisah tentang perjalanan hidup Nayla Syarifah, yang diawali dengan pertemuannya dengan Rendy Ananta Dika, dan Deni Arya Candra.