31. Savina

16 3 0
                                    

Suatu ketika, Sabrina mengajak Nayla bertemu di salah satu cafe terdekat dengan tempat mereka kerja. Untuk Nayla sebenarnya ini aneh. Seumur-umur Nayla bekerja dengan Sabrina, Sabrina tidak pernah mengajaknya bertemu di cafe, di saat jam kerja lagi. Biasanya Sabrina itu kalau ngajak ketemuan dan makan di warung-warung yang paling dekat dengan kantor. Ogah banget masuk ke cafe. Mahal biayanya soalnya guys. Ya daripada ngabisin duit banyak cuma buat makan doang lebih baik ditabung kan duitnya? Itu motto Nayla dan Sabrina. Hidup hemat.

Sementara waktu, Nayla meminta Frans untuk mengganti posisinya sebentar di kantor. Setelah memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal dan pekerjaannya beres, Nayla langsung keluar dari kantor dan menyetop taksi untuk membawanya ke lokasi yang sudah Sabrina share lewat akun whatsAppnya. Sejurus kemudian, Nayla sudah tiba. Cafe Tamara. Ya. Tamara. Nayla langsung masuk mencari kursi yang sudah dipesan Sabrina. Ternyata Sabrina sudah menunggu.

“Tumben?”

Nayla bertanya dengan masih penasaran. Apalagi melihat ekspresi Sabrina yang tampak bahagia sekali. Sabrina menarik kursi di depannya untuk Nayla. Setelah Nayla duduk dan memesan beberapa makanan Sabrina langsung berbicara to the point, alasan dia mengundangnya di tempat istimewa itu. Ternyata Sabrina mengenalkan seseorang yang sampai dia duduk tepat di hadapan Naula pun, Nayla masih saja belum ingat siapa dia. Nayla pangling dengan wajahnya yang cantik, putih seperti orang Korea.

“Ingat nggak?” Sabrina memastikan.
“Aku nggak ingat Na. Serius...” Ucap Nayla sambil mengangkat dua jari telunjuk dan tengahnya.

Gadis itu saling bertatap muka dengan Sabrina dan saling melempar senyum. Memancing rasa penasaran Nayla dengan siapa sebenarnya gadis itu, karena dari caranya menatap Nayla, sepertinya dia kenal pada Nayla. Tuhan, Nayla benar-benar tidak bisa mengingat siapa gadis itu. Nayla baru ingat saat dia menunjukkan buku diary kecil berwarna merah yang ada foto empat orang anak kecil, seorangnya laki-laki dan sisanya perempuan.

“Savina...”

Nayla berteriak kegirangan saat ingat siapa gadis yang ada di depannya itu. Mereka lalu saling berpelukan. Huft... gak kebayang seberapa kangennya Nayla terhadapnya setelah delapan tahun lebih mereka berpisah sejak lulus dari SMA Taruna, akhirnya mereka bisa berjumpa kembali. Nayla juga menanyakan kabar Farhat dan Dara yang sejak lulus SMA, pindah ke Bali mengikuti jejak kedua orang tuanya. Dara, si gadis berkulit sawo matang katanya dan yang sekarang sudah berubah menjadi wanita yang berkulit putih, sekarang sudah mempunyai dua anak cowok dan cewek guys. Sedangkan Farhat, Farhat mengalami nasib yang buruk sejak pindah ke Bali. Saat perjalanan mobil yang ditumpangi mereka kecelakaan dan kedua orang tuanya meninggal dunia. Farhat lalu memutuskan untuk bekerja ternyata majikannya tidak bisa ramah terhadapnya. Sekarang Farhat sudah bersama Dara dengan kondisi kesehatannya yang sering drop. Mungkin ketika dia bekerja selalu mengalami tekanan batin karena perlakuan majikannya yang semena-mena. Dara dan suaminya lah yang merawatnya. Perbincangan waktu itu terus berlanjut dengan hadirnya cerita-cerita masa lalu mereka yang cukup menyisakan kenangan indah di benak masing-masing.

Savina tiba-tiba teringat Rendy. Yang dia tahu terakhir kali Savina bertemu dengan Rendy saat acara pelepasan kelas akhir. Tanpa berbasa-basi sedikit pun Savina langsung bertanya. Dan... seperti yang sudah berlalu, saat Nayla ditanya hal itu, wajahnya pasti meredup dan matanya basah. Nayla menangis kembali. Sabrina yang sudah mengetahui kebenarannya langsung mengambil tindakan untuk membuat Nayla tenang dengan memberikan sebuah pelukan hangat dan mengusap-ngusap bahunya pelan. Savina langsung bungkam melihat respon Nayla yang demikian. Sempat terlintas di benaknya, apa Rendy beneran sudah meninggal? Sambil meminta maaf atas pertanyaannya, Savina memohon kepada Nayla untuk menceritakan apa yang telah terjadi kepada Rendy.

Nayla menceritakan kondisi Rendy kepada Savina dengan wajah masih murung. Tanpa disadari mata Savina, juga Sabrina pun basah. Siapa yang gak sedih ditinggal orang yang sangat disayangi? Semua orang pasti sedih dan terluka.

Sejurus kemudian Nayla, Savina dan Sabrina sudah duduk di kursi mobilnya Savina dan meluncur menuju makam Rendy untuk takziyah.

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang