Hari itu di SMA Taruna mengadakan kegiatan camping. Tempat yang dituju adalah sebuah tempat yang ada di kaki sebuah pegunungan terdekat dari sekolahnya.
Perjalanan mereka dimulai sejak tadi jam 05.00 pagi dan baru sampai di tempat tujuan 07.00. Begitu tiba di sana, Bu Susan, ketua dari kegiatan itu, menunjuk beberapa orang untuk menjadi ketua tenda dan menunjuk beberapa anggotanya. Tim Nayla adalah Rendy, Farhat dan Savina.
Sejak pertama bertemu dengan Rendy, Nayla memang tidak bisa akur dengannya. Memang itu semua karena ulah Rendy terlebih dahulu. Rendy sempat mengerjai Nayla sebelum acara kemah dilangsungkan. Rendy sengaja menukar pakaian ganti milik Nayla dengan pakaian yang sudah robek. Dan, ya, sejak itu Nayla dan Rendy makin tidak bisa berteman dengan baik. Bagai anjing dan kucing saja.
"Kalau bukan karena perintah dari Bu Susan, mana mau aku satu kelompok dengan cowok nyebelin kayak dia. Sok cool, sok care sama orang-orang, selalu caper sama cewek-cewek, playboy, lagi," gerutu Nayla, entah kepada siapa. Teman-temannya sedang sibuk berkumpul dengan yang lain di lahan luas yang dijadikan lapangan perkumpulan para siswa.
Nayla memang sering mengatakan kalau Rendy itu playboy. Persepsi itu tertanam dalam diri Nayla karena seringnya ia melihat Rendy ke kantin, ke perpustakaan atau apa pun aktivitasnya selalu melibatkan cewek di dekatnya. Dan ceweknya itu pasti berbeda-beda. Sempat, sih, beberapa kali berjumpa dengan cewek yang sama.
Lalu, yang lebih ekstrem lagi, Nayla mengatakan Rendy lebay karena ketika Rendy mengajak cewek-cewek itu pulang bareng, pemuda itu tidak pernah memakai motornya. Pasti membawa mobil privatnya. Atau, kalau dia sedang tidak bawa mobil dia mengajak si cewek naik angkutan umum.
Padahal, ia sendiri tidak tahu apa alasan Rendy melakukan hal itu.
Aneh, 'kan menurut kalian? Seorang playboy kelas atas semacam Rendy itu malah tidak mau berduaan dengan cewek yang dibawanya, begitu persepsi Nayla.
"Nyebelin, nyebelin," gerutu gadis itu lagi. Ia terus mengoceh, karena kesal disatukan dengan Rendy.
"Dasar cewek resek. Beraninya ngoceh di belakang orangnya doang." Nayla menoleh ke arah orang yang bersuara. Matanya melebar begitu mendapati Rendy telah beranjak untuk duduk di sampingnya.
"Ngapain, Lo?" ketus Nayla.
"Mau duduklah. Lo pikir mau ngapain?" balas Rendy santai. Ia tidak memedulikan tatapan tajam Nayla, yang mengisyaratkan bahwa ia tidak mengizinkan Rendy untuk duduk di sampingnya."Udahlah, Nay. Lagian tempat ini juga bukan milik lo. Enggak usah natap tajam juga, kali. Please, gue lagi malas berantem sama lo," kata Rendy pelan. Mengabaikan tingkah Rendy yang tiba-tiba lembut begitu, Nayla bangkit dari tempat duduknya untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Sedangkan Rendy, memilih merebahkan tubuhnya, karena ia tiba-tiba merasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNAY (Tamat)
ChickLitKisah tentang perjalanan hidup Nayla Syarifah, yang diawali dengan pertemuannya dengan Rendy Ananta Dika, dan Deni Arya Candra.