10. Maaf

25 4 0
                                    

Hari ketiga di perkemahan.

Selepas Subuh tadi Rendy memang sudah bangun. Ya, dia bangun lebih awal ketimbang tiga temannya untuk melaksanakan salat Subuh.

Karena dingin masih menyelimuti pagi itu, Rendy memilih menghangatkan tubuhnya dengan menghidupkan api unggun tidak jauh dari tendanya.

Neberapa waktu kemudian, Savina, Farhat dan Nayla pun terbangun dan langsung ke kamar mandi. Tetapi, sampai detik ini Savina dan Nayla mungkin masih belum dibukakan pintu hatinya, sehingga dia masih belum mau melaksanakan salat, meski dirinya seorang muslimah. Berbeda dengan Farhat yang memang umat kristiani. Ya, Farhat memang seorang kristen, tetapi dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu dengan teman-temannya. Bahkan sikap sosialnya malah melebihi baiknya ketimbang beberapa temannya yang muslim. Dia orangnya sangat peduli banget dan tidak mau pandang bulu. Sama seperti Rendy. Mau selalu mengerti orang lain, meski kadang dirinya tidak bisa dimengerti orang lain. Semoga saja suatu saat Allah memberikan hidayah-Nya untuk Farhat, sehingga dia bisa menjadi seorang muslim. Aamiin.

Jam enam pagi.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah olahraga dengan senam aerobik. Bu Susan selaku ketua kegiatan itu sudah menyiapkan beberapa kegiatan yang akan menyusul setelah senam aerobik selesai. Kegiatan berikutnya adalah pesta berbeque. Dan bahan yang akan dipanggang adalah jagung muda yang sudah disiapkan sehari sebelumnya. Jagung itu pemberian beberapa petani yang ada di sekitar tempat berkemah, setelah para siswa perempuannya membantu mereka. Para siswa laki-laki diperintahkan untuk mencari kayu bakar untuk memanggangnya. Dan siswa perempuan membantu Bu Susan menyiapkan bahan-bahannya. Setelah semua kayu-kayu bakarnya terkumpul, pesta berbeque pun dimulai.

Merupakan salah satu tujuan dari berkemah itu adalah untuk mengenal dunia luar, selain hanya dunia sekolah. Di samping dijadikan ajang refreshing otak setelah beberapa waktu lamanya digunakan untuk berpikir dan berpikir, digunakan untuk belajar dan bereksperimen dan sebagainya, juga banyak pengalaman-pengalaman yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Keseruan pun tercipta di saat semua peserta kemah itu, juga beberapa guru dan kepala sekolah yang juga mengikuti kegiatan itu bersatu padu menjadi satu lingkaran. Sungguh kebersamaan yang begitu indah. Senyum-senyum mereka mengembang dari setiap bibir-bibir manis mereka.

Tepat jam 11.00 siang mereka mengakhiri pesta bebeque itu. Semua peserta dipersilahkan kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat sejenak, sebelum melaksanakan salat Zuhur dan melanjutkan kegiatan berikutnya.

Setelah kegiatan pesta berbeque tadi, Rendy terlihat pucat. Dia langsung kembali ke tenda untuk istirahat. Bu Susan langsung menghampiri Rendy dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Setelah minum obat, Rendy berniat hendak merebahkan tubuh dan tidur. Akan tetapi Nayla keburu datang dan marah-marah tidak jelas. Rendy gagal untuk rebahan dan terpaksa melayani ocehan Nayla.

"Ren, mana sandalku?" katanya dengan ketus.
"Apaan, sih, Nay. Baru datang langsung marah-marah?" sanggah Rendy.
"Ren, udah, deh. Gak usah pura-pura gak tahu. Gue tahu lo sebel sama gue, tapi gak kayak gini caranya. Lo umpetin sandal gue, 'kan? Aduh Rendy, please ... gak lucu tahu, Ren."
"Nayla, gue serius. Gue enggak tahu sandal apa yang lo maksud." Rendy memelankan suaranya, berharap tidak akan ribut lagi dengan Nayla.

Nayla tetap tidak mau percaya kepada Rendy. Dia terus memaksa Rendy untuk mengakui perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Emosi negatif Nayla semakin menguat. Kalian tahu sendiri, 'kan jika bukan hari itu saja Nayla dan Rendy saling cekcok? Hanya saja percekcokan mereka kali ini terasa sangat panas. Nayla sampai mengangkat suaranya dan akhirnya Rendy pun membentak Nayla. Dan bersamaan dengan itu detak jantung Rendy berdebar semakin kencang. Rendy gemetar. Tetapi Nayla tidak menyadari hal itu.

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang