25. Lo Kuat Nay

19 3 0
                                    

Setelah beberapa waktu lamanya, Naila beranjak mendekati Doni yang sejak tadi sudah menangis. Ternyata seorang Doni bisa nangis juga guys.

"Husnul Khotimah Ren!"
"Amin." Ucapan Rendy yang lebih mengarah ke doa itu diaminin oleh Nayla. Doni menoleh ke arah sumber suara.

“Don, udah lama?” Nayla menyapa Doni, duluan. Doni bangkit dan manatap wajah Nayla dengan mata masih basah.
“Iya Nay, sorry ya gue baru tahu dari Devi kalau lo nikah sama Rendy. Niatnya gue mau ngucapin selamat tapi...” Doni terisak. Matanya semakin sembab.
“Iya gak papa Don. Makasih udah mau datang nyamperin Rendy.”
“Lo yang sabar ya Nay. Pasti berat untuk menjalani hidup tanpa Rendy kan?”
“Hmm... seperti itu lah Don." Nayla menghembuskan napasnya perlahan.
"Sebenarnya gue masih belum bisa percaya Don, gue bisa nikah sama cowok yang selama masih di SMA jadi musuh bebuyutan gue. Gue masih geli kalau ingat hal itu. Gue seneng Don, gue bahagia karena memang diam-diam meski gue selalu galak sama Rendy, gue tu sayang sama dia.”
“Dan... gue, gue benar-benar gak nyangka kalau endingnya akan seperti ini. Gue benar-benar gak nyangka kalau gue bakalan ngerasain kehilangan yang sangat menyiksa batin gue, gara-gara Rendy. Gue, gue sedih, karena gue... menjadi orang terakhir yang tahu kalau selama ini Rendy menderita lemah jantung. Savina, Farhat, Dara, Devi, Leni dan semua orang-orang yang memang dekat dengan Rendy tahu hal itu. Bu Susan juga, cuma gue satu-satunya orang yang gak dikasih tahu sama Rendy. Gue sedih, karena sebelum gue sempat ngerawat dia, sebelum gue sempat ngelayani dia sebagai orang yang gue cintai... Rendy udah pergi duluan.”
“Gue... gue...”

Ternyata Nayla masih belum bisa seutuhnya menerima kepergian Rendy. Air mata yang sejak tadi ditahannya agar tidak tumpah di depan Doni, akhirnya berhasil memberontak untuk jatuh. Nayla kembali menangis di dekat kuburan Rendy. Lututnya lemas hingga dia terduduk lemah di samping kuburan Rendy--suaminya. Doni pun kebingungan untuk menenangkan Nayla.

“Nayla, udah ya... jangan sedih, Rendy pasti sedih kalau lihat lo kayak gini. Mending, kita ngaji bareng-bareng yuk. Doakan Rendy semoga dia ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah.”

Doni berhasil membuat Nayla tenang. Naila menyeka air matanya, lalu duduk di samping kanan kuburan Rendy sedang Doni di samping kiri. Mereka lalu membuka mushaf mereka dan membacanya. Mencurahkan doa-doa kepada Allah yang diperuntukkan kepada Rendy.

Tuhan, ijinkan aku berkumpul dengan Rendy di akhirat nanti. Aku sungguh merindukannya, Tuhan. Tempatkan dia di tempat yang terbaik di sisi-Mu. Dia adalah orang  terbaik yang telah banyak berjasa dalam hidupku. Ampuni segala dosa-dosanya. Lapangkanlah kuburnya.

Begitu doa-doa yang Nayla panjatkan kepada Allah setiap kali dia berdoa untuk Rendy.

“Oh iya Nay, lo mau lanjut kuliah nggak?”
“Gue pasti lanjutin study gue Don, tapi mungkin gak tahun ini.”
“Kenapa?”
“Ya lo pasti ngerti lah Don, gue baru saja kehilangan Rendy. Gue masih pengen nenangin diri dulu, lagian kan gue masih ngejalanin proses iddah selama beberapa bulan ke depan. Gue juga proses adaptasi dengan lingkungan baru.”
“Maksudnya Nay?”
“Gue tetap tinggal di rumah Rendy.”
"Oh."
“Ya, sebenarnya sulit sih buat gue, hidup di rumah orang dan tanpa adanya suami di sana. Tapi, sampai detik ini gue masih belum bisa berhenti menyesal Don, gue menyesal karena selama Rendy masih hidup gue sering buat kesalahan sama dia. Gue sering suudzdzan sama dia, gue menyesal karena gue belum seutuhnya menebus kesalahan gue sama dia. Makanya gue mau berusaha bertahan di rumah Rendy, itung-itung untuk menebus kesalahan-kesalahan gue sama dia. Gue berharap dengan gue mengabulkan permintaan kedua orang tuanya untuk menggantikan posisinya di rumah itu bisa membuat dia bahagia dan tidak kecewa sama gue.”

"Lo yang sabar ya Nay. Gue tahu itu berat buat lo jalani. Tapi, gue yakin, lo pasti bisa. Nayla yang gue kenal itu tipe cewek yang kuat dan tegar."

Nayla menoleh ke arah Doni ketika mendengar kata-kata yang terakhir. Tatapan yang menuntut jawaban dari Doni. Dari mana ia tahu tentang dirinya, sedang selama SMA Doni sangat jarang mempedulikan lingkungan sekitarnya.

"Rendy yang cerita sama gue. Dan karena gue penasaran, makanya diam-diam gue cari tahu sendiri tanpa sepengetahuan Rendy. Dan, benar saja apa yang dikatakan Rendy. Lo kuat Nay."

Lagi, Nayla benar-benar merasa menjadi orang yang sangat bodoh, karena tidak mengenali siapa Rendy yang sebenarnya.

"Ingat! Rendy selalu mantau lo, meski raganya nggak sama lo. Jangan kecewain dia!" Ucap Doni lagi, sebelum ia bangkit dari tempat duduknya.

"Pasti Don. Makasih buat supportnya."
"Sama-sama. Gue harus pulang. Masih ada urusan, buat lanjut kuliah." Pamit Doni.
"Ok. Sukses Don."
"Ya."

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang