12. Jengah

28 3 0
                                    

“Nay, lo kenapa sih, datang-datang ngomel-ngomel gak jelas?”

Farhat protes saat melihat wajah Nayla yang semrawut sejak keluar dari kelas sampai menghampiri teman-temannya di parkiran.

“PMS lo?” Dara menyahut.
“Mau dia PMS atau enggak, sama aja. Kelakuan teman lo yang satu itu emang enggak pernah berdarah dingin. Darahnya mendidih terus.”

Rendy datang sambil melirik tajam ke arah Nayla. Nayla balik menatap tajam mata Rendy. Nayla kesal karena tiba-tiba Rendy datang dan menambah kekesalannya. Darahnya memanas, ingin rasanya dia menjambak-jambak rambut Rendy dan menjedotkan kepalanya ke dinding, lalu mendorongnya dan tersungkur lalu menendangnya jauh-jauh dari hadapannya. Tetapi, Nayla sudah berjanji kepada tiga sahabatnya untuk tidak berbuat kasar kepada orang lain, meskipun dia memang salah. Hm. Nayla menarik napasnya kuat-kuat, menatap tajam Rendy.

“Resek...”

Nayla kembali pergi dengan membawa serta kemarahannya. Dan sikap Nayla yang begini, nih, membuat ketiga sahabatnya itu jengah. Mereka lelah dengan sikap Nayla yang semakin susah diatur.

“Ren, mau sampai kapan sih lo pura-pura judes sama Nayla?”

Ternyata Farhat, Savina dan Dara udah tahu kalau sebenarnya Rendy itu suka sama Nayla. Ya, sejak pertama bertemu Nayla, Rendy mulai suka sama Nayla, cuma dia gengsi untuk menyatakannya, sepeti di sinetron-sinetron itu, lah, Guys. Malu-malu tapi mau, haha.

“Guys, gue itu seneng kalau lihat Nayla marah, makin cantik tahu, enggak.”

Ketiga sahabat Nayla itu komoak menggelengkan kepalanya mengetahui respons Rendy.

“Ren, Ren. Dasar aneh lo. Kasian si Nayla. Kalau dia marah ada berapa syaraf yang terputus gara-gara mukanya merengut, enggak kasian? Ntar Nayla keriput gimana?” kata Savina.

"Apaan, sih, Vin. Enggak usah bawa-bawa teori segala," decak Rendy.

“Gue bakalan ungkapin perasaan gue ke Nayla tapi jika waktunya tepat,” susulnya.
“Ya mau sampai kapan Ren, kasian Nayla," kesal Dara.
“Ren, gue cuma mau bilang sama lo. Sejak kecil hidup Nayla itu susah. Kita hadir di tengah-tengah kehidupannya itu untuk buat dia senang. Jadi, gue mohon sama lo, please ... berhenti marah-marahannya sama Nayla. Kalian baikan aja, ya?”

Rendy terdiam mendengar ucapan Farhat. Dia jadi merasa bersalah sudah membuat Nayla seperti sekarang.

“Oke, tapi gue butuh bantuan kalian,” putus Rendy akhirnya.
“Kita pasti bantu lo, kok, Ren.”

***

“Hei, Guys.”

Nayla menyapa teman-temannya saat makan di kantin. Sepertinya, mood-nya sudah mulai membaik.

“Ngapain coba kalian bareng sama dia?” Nayla langsung ngegas melihat pemuda yang bergabung dengan mereka.

Nayla duduk dengan membuang wajah karena ada Rendy yang juga ikut bergabung dengan kelompok mereka. Savina, Farhat dan Dara juga Rendy hanya mendengus kasar merespon kata-kata Nayla.

Udah biasa kali Nayla kayak gitu.

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang