27. Sang Ketua OSIS

16 2 0
                                    

Pengumuman. Part ini part terakhir dari masa lalu Nayla dan Rendy.

Selamat membaca!

###

Di waktu pagi yang lain. Saat Nayla kembali mengunjungi Rendy, Nayla kedatangan tamu spesial. Haviza Devi, atau yang sering dipanggil Devi, teman waktu SMA-nya yang kebetulan orang yang terkenal paling dekat dengan Rendy. Dulu dia seorang umat Kristiani sama seperti Farhat, yang akhirnya memeluk agama Islam setelah setahun lebih berteman dengan Rendy.

Devi ini sebenarnya anak IPS, tapi dia sering berkumpul dengan anak-anak IPA. Selama di SMA dia terkenal paling cerdas di bidang Ekonomi dan Akuntansi. Dia yang menjabat ketua OSIS SMA Taruna selama dua periode. Devi semakin lengket di kelas IPA sejak kedatangan Rendy. Ternyata diam-diam Devi mengagumi Rendy tapi enggan untuk mengungkapkan perasaannya karena perbedaan agamanya, dan juga setelah Devi tahu kalau Rendy suka terhadap Nayla. Devi terpaksa harus mengubur cintanya kepada Rendy. Dia akan melakukan apa pun yang buat Rendy bahagia, asalkan Rendy tetap mau selalu menjadi temannya dan selalu bersamanya.

Pagi itu, Nayla melihat ada air mata yang membasahi pipi Devi. Ternyata kepergian Rendy tidak hanya menyisakan luka bagi keluarga Rendy dan Nayla, tapi juga kepada orang-orang yang dekat dengan Rendy dan semua teman-temannya. Air mata Nayla ikut meleleh melihat Devi menangis.

Nayla melangkah maju dan mendekati Devi. Sejenak Devi diam. Lalu berdiri dan memeluk erat Nayla tanpa melontarkan sepatah kata pun. Nayla kembali terhanyut dalam rasa sedihnya bersama Devi.

“Aku minta maaf karena baru ke sini sekarang Nay. Kemarin waktu aku tahu Rendy meninggal aku masih ada di luar kota ngurus perpindahan kedua orang tuaku ke Bandung.”
“Iya gak papa Dev...”
“Boleh aku cerita sesuatu sama kamu?”
“Iya...”

Nayla dan Devi saling melepas pelukan. Mereka melangkah mendekati sebuah batu besar yang berada tak jauh dari makam Rendy. Mereka lalu mengambil posisi untuk duduk dan mulai bercerita.

“Aku akui aku awalnya seorang umat kristiani... tapi aku kagum sama Rendy. Dia termasuk salah satu orang muslim yang luar biasa. Toleransinya kepada orang non muslim, itu yang buat aku kagum terhadapnya. Bukan hanya sama aku, tapi Farhat, Bela, Syifa, Beni dan Wendy yang masing-masing beragama kristen protestan, katholik dan konghuchu.”

“Sebelum aku kenal Rendy, bisa dibilang aku ini seorang yang tidak taat beragama.. aku sering lupa untuk menyembah tuhanku. Aku jarang sekali pergi ke gereja di hari minggu. Tempat aku pergi itu ke diskotik, jalanan dan pokoknya parah lah... ya walaupun kalau untuk urusan sekolah, gue gak pernah mian-main. Aku tetap melaksanakan tugasku untuk belajar bahkan sampai teman-teman dan guruku mengecap aku anak yang pandai. Padahal di luar sekolah kelakuanku bejat sekali.”

“Sejak kenal Rendy, aku mulai bisa berubah... aku harus ikut dalam aturan Rendy.”
“Asal kamu tahu Nayla, setiap cewek yang diajak Rendy pulang bareng atau dia yang ngajak Rendy pulang bareng, harus mengikuti aturan main Rendy.. begitu pun sebaliknya Rendy mengikuti aturan main lawannya tapi dengan batasan-batasan yang sekiranya tidak melanggar agamanya dan agamaku, juga masyarakat.”

“Rendy mau mengantarku ke diskotik, tapi dia tidak mau masuk.. hanya menungguku di luar. Dia juga mengantarku ke gereja untuk aku beribadah. Aku juga sering menemani dia pergi ke tempat ibadahnya. Sama, aku juga nungguin dia. Rendy juga membatasi jumlah perjumpaanku dengan diskotik dan tempat-tempat ngumpulku menjadi tiga hari dalam seminggu. Sehari diskotik, sehari di jalanan dan seharinya trotoar. Dan lain dari hal-hal itu, aku harus fokus belajar dan beribadah. Sampai-sampai aku merasa aku punya jadwal sendiri dan aku hafal dengan ritual-ritual yang aku lakukan dengan Rendy. Jadwal makan bareng dia, habis itu pulang.”

RENNAY (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang