"Nay, ummi mau bicara."
Melihat ekspresi yang tidak biasa dari ummi Aisyah, Nayla langsung menanggalkan tasnya di atas meja panjang dekat sofa. Lalu, Nayla duduk berdampingan dengan ummi Aisyah.
"Ummi mau bicara apa, serius sekali?"
Ummi Aisyah menghela napas berat, sebelum memulai pembicaraan. Membuat detak jantung Nayla berdebar tak karuan. Bingung sekaligus panik. Takut dirinya berbuat kesalahan tapi tidak disadarinya.
"Jawab yang jujur Nayla. Apa kamu ada perasaan sama Frans?"
Deg. Nayla sontak kaget. Kenapa umminya bertanya seperti itu? Bukankah ia tahu kalau dirinya, hanya mencintai anaknya, dan sampai kapan pun dia tidak sanggup untuk membuka hatinya untuk lelaki lain, siapa pun itu? Nayla diam sejenak.
"Ummi sudah tahu, kalau Nayla hanya cinta Rendy. Kenapa ummi tanya gitu?"
"Ummi sudah tahu, berkali-kali Nayla bilang, Nayla nggak bisa buka hati lagi."
"Bisa Nayla. Kamu saja yang tidak mau mengusahakannya."
"Menikahlah Nayla. Ummi ikhlash nak. Lagi pula Rendy sudah lama meninggal!"
"Ummi, ummi ini kenapa sih, maksain Nayla terus. Harusnya ummi itu seneng, karena Nayla nggak bisa buka hati untuk orang lain. Itu artinya, Rendy, anak abi sama ummi itu berharga buat Nayla mi. Nayla mau jadi isteri yang setia sama suaminya, meskipun dia sudah meninggal."Nayla memang paling tidak bisa mengontrol emosinya jika menyangkut hal ini. Entahlah, dia sangat sensitif sekali. Padahal maksud dari umminya itu baik. Dia hanya ingin melihat Nayla bisa merasakan bagaimana hidup dengan suami. Umminya ingin Nayla mempunyai keturunan.
"Frans, tipe lelaki yang baik. Ummi yakin dia bisa bertanggubg jawab atas hidupmu. Dia bisa membahagiakanmu Nayla."
"Itu menurut ummi. Tapi abi? Ummi tahu sendiri bagaimana sikap abi ke Frans kemarin? Abi seperti kurang suka sama Frans, meskipun dia memenuhi kriteria ummi, dan dia muslim."Nayla memang selalu mencari alasan agar bisa menghindar dari yang namanya pernikahan, lagi. Cukup sekali saja dengan Rendy dulu.
"Abi begitu, karena kalian memang bukan mahrom dan nggak seharusnya seperti itu. Seandainya saja kalian ada komitmen untuk melanjutkan ke pernikahan, abi pasti akan menerima Frans. Abi akan lebih menerima kehadirannya jika dia memberi kepastian seperti itu. Jadi, setidaknya, kami mempunyai jawaban ketika tetangga menanyakan tentangnya."
"Lagipula, ummi tahu, Frans itu sebenarnya sayang sama kamu, lebih daria hanya sekedar teman kerja. Kamu jangan lupa. Frans itu laki-laki normal, yang bisa merasakan suka pada lawan jenisnya."
"Dia cerita sama ummi, kalau sebelumnya ia takut untuk menikah karena traima akan keluarga papa dan mamanya yang hancur. Tapi, untuk kamu, dia benar-benar yakin, Nayla. Dia sayang sama kamu.""Tapi ummi?"
"Mau cari alasan apa lagi Nayla? Kamu kenapa susah dibilangin sih. Cuma disuruh nikah aja, nggak disuruh kerja jadi kuli bangunan, bandelnya minta ampun. Kamu butuh pendamping Nayla. Kamu harus punya keturunan. Siapa yang akan melanjutkan keluarga kita kalau bukan anak-anak kamu? Kamu mau, ketika kamu mati nggak ada yang doain kamu?""Kemarin Frans ke sini, ngomong sama abi dan ummi, soal niat baiknya untuk menikahi kamu. Tapi, Frans bilang, kamu minta persetujuan dari abi dan ummi dulu. Udah untung ada lelaki yang mau nerima kamu, meskipun kamu udah pernah nikah, dan mencintai orang lain."
"Lagipula ummi sudah felpon mama sama ibumu, dan membicarakan soal Frans. Mereka setuju."Mati lah Nayla sekarang. Dia ingat dengan kata-katanya pada Frans saat lelaki itu menyatakan perasaannya dan lamarannya beberapa waktu yang lalu. Bahkan mama dan ibunya juga sudah tahu.
"Temui abi sama ummi dulu, baru aku akan kasih keputusan kalau mereka setuju."
"Ok. Aku akan datangi mereka. Bahkan mama dan ibumu. Aku juga akan meminta restu pada mereka."Sebenarnya Nayla tidak benar-benar menanggapi permintaan Frans waktu itu. Dia pikir Frans hanya mau menggurauinya, dan nggak akan berani menemui abi dan umminya. Tapi, mau apa lagi? Sudah terlanjur juga. Frans sudah datang meminta persetujuan dari mertuanya. Untuk menolak lelaki itu juga sepertinya, sulit untuk ia lakukan. Lelaki itu sangat baik terhadapnya. Baiklah, katakanlah dirinya egois saat ini karena memutuskan untuk menerima Frans hanya karena kasihan pada lelaki itu.
Menikahlah Nayla. Ummi ikhlash.
Dan, permintaan ummi Aisyah yang begitu, membuat Nayla luluh. Dia sudah lelah untuk mencari-cari alasan agar bisa menghindar.
Move on itu, bukan perihal melupakan. Tapi, mengikhlashkan. Mengikhlashkan apa yang sudah terjadi, karena itu sudah takdir dari Allah. Kata-kata Nayla kepada Kania--kliennya dulu, saat kehilangam suaminya.
Mungkin ini saatnya untuk dia move on dari Rendy. Dan membuka lembaran baru dengan Frans. Dia harus ikhlash. Iklhas menjalani hidup yang sudah dirancang oleh Allah sesuai dengan skenario yang Dia buat sendiri tanpa ada campur tangan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNAY (Tamat)
ChickLitKisah tentang perjalanan hidup Nayla Syarifah, yang diawali dengan pertemuannya dengan Rendy Ananta Dika, dan Deni Arya Candra.