Chapter 17

1.8K 252 28
                                    

Taehyung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia membawa Hyundai Santa Fe Sportnya menuju bukit tepat disekitaran apartement kecil miliknya saat mengurung diri dulu. Daerah diatas dataran tinggi dengan tingkat keramaian penduduk yang rendah, membuatnya terfikir untuk merenung di sana.

Entah apa yang dirasakannya saat ini, ia tak bisa berkata-kata. Terasa hidupnya terlalu menyedihkan untuk dijalani. Memikirkannya saja sudah membuat Taehyung muak bukan kepalang.

Setengah jam perjalanan akhirnya ia sampai di bukit itu. Setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan, tanpa rasa takut Taehyung berjalan memasuki area hutan yang tak terlalu rimbun untuk mencari ketenangan.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, Taehyung berhasil sampai ditepi jurang dengan pagar pembatas yang terbuat dari kayu hinoki. Pagar setinggi perut Taehyung itu kini menjadi sandaran tubuhnya yang lunglai.

Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk kulit, tak peduli dengan gelap mengeliling, ia tetap tak gentar ditempatnya. Taehyung menatap lekat buku diary Sally yang dibawanya.

Membuka halaman pertama dan membaca dengan seksama menggunakan senter ponsel.

Lembar pertama berisi sebuah paragraf singkat yang dibuat sekitar 1 tahun sebelum kematian Sally.

Annyeong.
Entah apa yang membuatku ingin kembali menulis diary. Mungkinkah karena hidupku yang terlalu bahagia? Aku ingin membaginya denganmu.
Selain punya keluarga terbaik, aku juga punya si tukang ngambek yang membuat hatiku selalu berbunga. Apa dia dewa? Apa kekasihku itu dewa? Oh Tuhan terimakasih, aku menyayangimu!

Taehyung tersenyum bahagia, ia tersentuh dengan tulisan Sally. Sebegitu bahagianyakah dia karena kehadiran Taehyung? Terlintas dalam bayang wajah gadisnya yang tengah tersenyum tatkala menuliskan isi lembar pertama tersebut. Sedetik kemudian dadanya berdenyut nyeri, rindu mengambil alih.

Tangannya kembali membuka lembar berikut, membaca curahan hati Sally ketika keduanya bertengkar hanya karena Taehyung yang dengan nekat menarik pergi Sally dari acara makan malam kantornya.

Aku kesal!
Kim Taehyung, si om menyebalkan itu, dia bodoh atau bagaimana?
Dia tahu aku baru saja naik jadi seorang manager, tapi dengan tak tahu aturannya dia datang ke acara kantor dan menarikku pergi.

Apa katanya? Hanya karena Mingyu dari tim marketing selalu mengirimkan pesan setiap hari? Dia terlalu gencar mendekatiku? Dia melecehkanku? Oh astaga, untuk apa kita tinggal bersama jika kau tak bisa menjadikan apartement sebagai tempat bicara oppa? Kau menarikku didepan Pak Oh dan staf direksi lain dengan tidak sopan. Astaga kau sungguh keterlaluan Kim Taehyung. Bodoh sekali kau cemburu padanya. Aku bahkan sangat bahagia karena setiap hari menghabiskan waktu denganmu, tapi itu bahkan belum cukup membuatmu yakin.

KAU BODOH! Lihat saja, aku tak akan pulang, tinggal sendiri disana sampai kau berjamur huh!

"Maafkan aku" kata itu spontan  terucap lirih dari bibir Taehyung.

"Aku memang bodoh sayang. Tapi aku tak menyesal sudah membawamu pergi dari sana"

Taehyung ingat, malam itu setelah membawa Sally 'absen' dari kegiatan makan malam kantor, keduanya bertengkar hebat. Awalnya ia hanya ingin memantau dari kejauhan, tetapi apa daya ia menyaksikan sendiri Mingyu yang terus saja mengambil kesempatan untuk berdekatan dengan Sally bahkan hingga beberapa kali mencoba untuk merangkul pundak Sally.

Cemburunya kadang memang diluar nalar, tapi Taehyung yakin ini semua demi kebaikan gadisnya, kekasihnya, belahan hatinya, yaitu wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak.

Emosi Sally tetap tak terbantahkan, ambisinya harus terpenuhi termasuk menjaga wibawanya sebagai manager finance yang baru. Diakhir pertengkaran, Sally memutuskan untuk pulang kerumahnya meninggalkan Taehyung yang juga masih sangat emosi karena Sally tak mau memahami tindakannya.

Felicity Of Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang