Felicity Of Unexpected Love

Chapter 28

10 tahun yang lalu..

Hari menjelang sore, langit yang sejak siang meneteskan beribu bulir jernihnya, kini sudah kembali benderang berbarengan dengan sang jingga. Menyisakan bau tanah basah yang terasa menyegarkan atau mungkin malah justru terasa menjijikan bagi sebagian orang.

Jung Jaehyun adalah salah satu dari sekian banyak manusia yang membenci hujan. Tidak, ia tak memiliki kenangan menyakitkan apapun tentang hujan.

Ia hanya jijik.

Ya, Jaehyun merasa percampuran air, tanah dan berbagai jenis 'komponen' yang terkandung dalam genangan diluar sana adalah salah satu dari hal menjijikan yang bisa membuatnya mandi dalam waktu lama. Menghabiskan sabun cair, ia bisa saja menghabiskan berliter-liter sabun cair kurang dari seminggu jika Obsessive Compulsive Disorder (OCD)nya kambuh.

OCD merupakan bentuk gangguan kecemasan di mana si penderita melakukan tindakan berulang untuk mengurangi rasa cemas dari fikirannya yang cenderung obsesif dan overthinking. OCD yang Jaehyun derita mengarah pada kebersihan. Sebelumnya, Jaehyun hanya bersekolah dengan metode homescholling mengingat ia sangat menutup diri karena OCD, namun setelah menjalani terapi bertahun-tahun kondisinya menjadi lebih baik dan ia memberanikan diri untuk mendaftar di sekolah umum. Tapi bukan berarti ia bisa membiasakan diri, justru ia kembali merasa sekolah umum adalah tempat beribu penyakit.

Jaehyun tetaplah pecinta kebersihan akut. Tak mau disentuh dan mau menyentuh. Tak mau bergaul dan tak mau bersosialisasi. Tak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun dan tak berniat membuat dirinya menjadi murid menonjol. Berbekal sanitizer, tissue basah, bahkan sabun cuci tangan dalam botol kecil ia melalui hari yang selalu membuat dirinya was-was setiap waktu. Ini adalah pilihan yang Jaehyun tentukan, walaupun terkadang penyesalan datang ketika ia mulai kewalahan mengatasi gejala OCDnya karena hal-hal kecil.

Setelah menunggu lama hanya demi hujan yang baru saja berhenti, berbekal sepatu boot yang ia simpan di loker, Jaehyun segera berjalan pulang menuju halte. Bukan untuk naik bus, tapi ia akan naik taksi dari sana. Walaupun taksi tak menjamin kebersihan, paling tidak ia tak berdesak-desakan dan bersentuhan dengan banyak orang.

Orangtuanya memang kaya raya, tapi bukan berarti mereka akan terus mendukung perilaku Jaehyun yang antisosial. Mengikuti psikiater yang merawat Jaehyun, mereka menahan fasilitas agar ia terbiasa dengan keadaan sosial. Berharap sang putra dapat hidup seperti biasa layaknya seorang anak muda pada umumnya.

Berjalan pelan, sambil sesekali menghindari genangan air Jaehyun lupa memperhatikan keadaan sekitar. Sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi membuat genangan air menyiprat dan mengotori jaket, tas bahkan wajahnya.

Ia berteriak histeris, merasa ketakutan dan panik hingga wajahnya memerah dan terjatuh di trotoar. Hingga datang seorang gadis cantik yang mendekati, seragamnya berbeda dengan sekolah Jaehyun. Maka bisa dipastikan gadis itu adalah murid yang sekolahnya bersebelahan dengan sekolah Jaehyun.

Tanpa menyentuh Jaehyun, gadis itu mengeluarkan tissue dan sebotol air mineral lalu membantu membersihkan wajah Jaehyun.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya, gadis itu terlihat angkuh di satu sisi, namun dibalik ekspresi diam nan angkuh itulah ia justru terlihat sangat cantik ketika sebuah senyum tipis ikut hadir di wajahnya.

Jaehyun sesaat terlupa rasa paniknya, kala gadis itu masih membantu mengelap jaket parasutnya dengan tissue. Tiba-tiba Jaehyun mengingat sesuatu, gadis yang tengah menolongnya ini adalah gadis yang pernah ia lihat di minimarket dekat sekolah. Beberapa kali ia melihat gadis itu membersihkan barang yang akan ia pegang.

Entah merasa memiliki kesamaan atau memang Jaehyun tertarik, ia merasa paniknya mulai mereda ketika berhadapan dengan gadis itu. Namun Jaehyun tetap mencoba menjaga jarak dari sang gadis, terlebih dari sentuhan tangannya.