Deruman berbagai motor terdengar. Disana, di arena balap. Terdapat dua motor yang akan melaju. Menembus jalanan.
"Siap!!!???"
Teriakan itu berasal dari seorang perempuan seksi yang sedang memegang sebuah bendera.
"SATU,"
"DUA,"
"GO!!!!!"
Bendera yang di pegang perempuan itu jatuh bersamaan dengan dua motor yang melaju kencang.
Dua motor itu saling menyalip. Saling menambah kecepatan. Garis finish sudah di depan mata. Mereka menambah kecepatan. Dan...
BRUSHH
Motor sport hitam itu melewati garis finish. Meninggalkan sebuah motor sport putih di belakangnya.
Si pengendara motor hitam itu membuka helm full face nya. Menampilkan wajah tampan si pengendara.
"Menang lagi bos kita,"
"Gila-gila bos kita emang the best deh,"
"Selamat Gi,"
Ya, laki-laki pengendara motor hitam itu bernama Sergio Narendra.
Dan tak lama kemudian laki-laki yang memakai jaket biru dongker menghampiri Gio dan teman-temannya.
"Selamat broo..," Ucap laki-laki berjaket biru dongker kepadanya yang merupakan lawannya tadi.
Laki-laki berjaket biru dongker itu memberikan sebuah amplop coklat yang di dalam terdapat uang.
Gio menerimanya, "Thanks,"
Laki-laki berjaket biru dongker itu bernama Alex. Dia tersenyum, "Santai mah ma gue,"
Gio tersenyum tipis, "Next time,"
"Yoi. Tapi kayak nya gue akan kalah lagi sama lo. Secara lo jago man,"
"Yalah bos kita mah jago gak ada yang bisa nandingin," Celetuk salah satu dari teman Gio. Tama namanya.
Alex tersenyum mendengar itu, "Ya udah gue cabut ya. Takut dicariin nyokap,"
"Yeee tampang serem takut sama nyokap," Ujar Tama mengejek.
"Emang lo gak takut?" Sambar Rio. Salah satu teman Gio.
Tama menyengir. Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Takut sihh,"
Seketika suara tawa mereka meledak mendengar ucapan Tama. Tama memang sangat takut pada ibunya. Pernah sekali Tama pulang larut malam dan ketauan oleh ibu nya itu. Langsung saja segala fasilitas Tama disita oleh ibunya selama dua bulan. Luntang lantung sudah Tama semenjak dua bulan semenjak penyitaan itu.
Dan Alex pun hanya menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja Tama ini, "Oke, gue cabut ya? Bye,"
Setelah itu Alex pergi dengan menaiki motor sport putih miliknya.
Setelah Alex pergi, Ari berseru sangat keras. "Makan-makan kita bree," Seru Ari keras .
Seketika teman-teman Gio ricuhsaat mendengar seruan itu. Inilah yang mereka tunggu-tunggu. Sebuah traktiran.
"Cabut," Ucap Gio kepada yang lainnya.
Semuanya pun mengikuti perintah sang ketua. Mereka pun menaiki motor masing-masing. Kemudian pergi dari arena balap itu menuju sebuah cafe untuk merayakan keberhasilan bos mereka itu.
***
Mereka Alastor. Geng yang didirikan oleh seorang Sergio Narendra. Kini mereka semua sedang mengendarai motor mereka masing-masing menuju sebuah cafe. Yaitu cafe Alkafi. Aneh bukan nama cafe nya? Namun, itulah namanya. ALKAFI.
Tapi tiba-tiba saja mereka berhenti di tengah jalan. Pasalnya didepan mereka terdapat seseorang yang sedang berkelahi. Satu lawan delapan orang. Wah gila gak sih?
"Eh, tunggu deh. Bukannya itu anak Antraks ya?" Tanya Bimo.
Antraks adalah musuh dari geng Alastor. Entah apa masalah mereka sampai bermusuhan macam tu.
"Iya ya. Ngomong-ngomomg mereka lagi ngeroyok siapa itu?"
"Gila sih pengecut banget. Masa satu lawan delapan orang?"
"Tapi kok itu orangnya gak kelihatan mukanya ya?" Celetuk Tama polos.
"Goblok di pelihara. Orang pake helm mana keliatan mukanya bambang,"
Tama menyengir, "Hehehe. Oh iya ya,"
"Eh, tapi tuh orang bisa ngalahin mereka semua anjay,"
"Jago banget berantemnya. Kalo gue mungkin dah babak belur tuh pasti, "
Sementara Gio hanya diam saja. Dia memperhatikan orang yang sedang berkelahi melawan anggota Antraks itu.
Dengan waktu singkat anggota Antraks itu tumbang yang membuat anggota Alastor melongo tak percaya. Mereka tertegun.
"Sumpah tuh orang jago bat dah berantemnya. Sampek netesin air liur gue liatnya," Ucap Rio terkagum-kagum.
Gio pun mengakui bahwa orang yang saat ini sudah mengalah delapan orang itu hebat. Dirinya pun terkagum-kagum. L
"Cabut lo semua. Dan jangan pernah ganggu gue lagi," Ujar orang itu.
Anggota geng Antraks itu segera pergi. Dari pada mereka tambah bonyok jika harus berada disini terus, maka mereka memilih pergi saja. Mereka juga sempat melihat ada anak Alastor disini.
"Huh!!"
Orang itu membuka helm full face nya.
Dan sekali lagi anak Alastor termasuk Gio terperangah. Mereka tidak percaya yang dilihat didepan mereka.
"Gak salah liat gue?"
"Anjay. Cewek bro yang ngalahin,"
"Sumpah gue tersepona. Ehh, terpesona. Cantik juga tuh cewek,"
Mereka melihat gadis itu menoleh kearah mereka. Sekali lagi mereka terpesona akan paras yang dimiliki oleh gadis itu.
Gadis itu pun sama dengan mereka. Gadis itu tertegun saat melihat segerombolan anak lelaki yang sedang menatapnya.
Gadis itu memicingkan mata nya. Dirinya dapat melihat jelas tulisan pada jaket yang mereka gunakan. Alastor? Batin gadis itu.
Gadis itu pun berpikir, bukan geng itu. Pasalnya tulisan yang tertera pada jaket segerombolan anak laki-laki itu tidak sama dengan tulisan pada jaket delapan anak laki-laki yang menyerangnya tadi. Sangat jelas, semua berbeda. Warna jaket maupun tulisan.
Gadis itu hanya diam menatap segerombolan lelaki itu. Hal itu membuat Sergio dan teman-temannya pun heran.
Sedangkan Gio, dirinya menatap lekat gadis yang baru berkelahi itu. Intens. Itulah tatapan yang di berikan Gio pada gadis itu.
Gio tak tahu mengapa jantung berdetak lebih cepat saat melihat gadis di depannya ini. Entahlah dirinya pun tak tahu. Gadis di depannya ini mempunyai daya tarik tersendiri baginya.
Tanpa bergeming Gio tetap menatap gadis itu. Sampai saat gadis itu menaiki motor nya dan melaju kencang, pergi dari hadapan Gio dan teman-temannya. Dan teman-teman Gio hanya mengernyit heran saat gadis itu pergi tanpa berbicara sepatah kata pun.
"Bos!!" Seru anak-anak Alastor menyadarkan Gio.
Gio terlonjak kaget mendengar seruan itu, "Hm?" Tanya Gio.
"Gak papa bos. Oh iya jadi kan kita ke cafe nya?" Tukas Ari.
"Lo semua aja. Gue gak. Nih uang nya," Ucap Gio sembari melempar amplop coklat kepada Ari. Lalu melajukan motornya begitu saja. Meninggalkan anak-anak Alastor itu yang terheran-heran.
Apa yang terjadi dengan Bos nya?
Mereka menghembuskan napas pelan, "Ya udah, ayo!!"
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju cafe.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO [HIATUS]
Teen Fiction!!!FOLLOW SEBELUM MEMBACANYA. BIAR KALIAN TERUS UPDATE INFO DARI PEMBARUAN CERITA AKU YANG LAINNYA JUGA!!! "Lo tuh ibarat ancaman yang selalu buat gue gak bisa berkutik dengan ritme jantung gue yang dag dig dug lebih cepat dari biasanya, " *** Ini...