Part 15

11.8K 747 19
                                    

Seorang gadis kecil berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kepala nya diperban dengan kain putih. Berbagai alat penunjang kehidupan menghinggapi tubuh gadis kecil itu.

Seorang pria paruh baya yang sudah berkepala lima itu menatap prihatin kepada gadis itu. Ia merupakan kakek dari gadis kecil itu. Mengalami kecelakaan beberapa jam lalu, gadis itu di temukan terdampar di bebatuan yang sangat tajam. Kepala nya mengucurkan darah yang amat banyak. Kakek itu di buat khawatir dengan hal itu. Ia langsung membawanya ke rumah sakit dan meminta perawatan yang intensif.

Kakek itu bernama Darma. Darma menarik kursi di dekat ranjang rumah sakit. Menggenggam tangan mungil cucunya itu dengan amat erat.

"Opa pasti akan rawat kamu Nata," ujar Darma lirih sembari meneteskan air matanya.

Ya, Nata. Gadis kecil yang mengalami kecelakaan beberapa jam lalu bersama ibunya dengan mengendarai mobil yang rem nya blong. Ibunya tidak tahu dimana sekarang. Mobil itu langsung meledak ketika terjatuh kejurang yang curam.

"Opa akan selalu di samping kamu. Papa kamu mungkin tidak akan kesini. Laki-laki brengsek itu akan menerima ganjarannya. Dia yang sudah membuang kalian, maka dia akan menyesalinya," Ujar Darma penuh tekad.

Darma menatap Nata sendu. Dalam hati Darma bertekad untuk membalas ini semua kepada seseorang yang sudah mencelakakan anaknya beserta cucunya. IA BERJANJI AKAN HAL ITU.

***

Rachel menatap sendu langit malam yang gelap. Rumahnya sangat sepi saat ini. Hanya ada dirinya dan para pelayan di rumah ini.

Bel pintu rumahnya berbunyi. Rachel segera turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang.

Ternyata Ardan. Sahabatnya. Ardan tersenyum kearah Rachel.

"Duduk Ar," Ujar Rachel menyuruh Ardan untuk duduk.

Ardan mengangguk kemudian duduk di salah satu sofa yang berada di ruang tamu rumah Rachel.

"Ngapain kesini?" Tanya Rachel sembari mendudukkan dirinya di sofa depan Ardan.

"Apa gak sebaiknya lo kasih tau aja semuanya yang sebenarnya?"

"Gue belum siap,"

"Tapi lo udah....,"

"Gue. Gue tau Ar, tapi gue gak bisa. Gue belum siap,"

Perkataan Rachel membuat Ardan frustasi. Ardan hanya ingin yang terbaik saja untuk sahabatnya itu. Bukan nya dia memaksa, namun semuanya memang harus di selesaikan.

"Terus kapan lo siap hah?!!" Tanya Ardan dengan suara tertahan menahan emosi.

"Gue gak tau. Sebaiknya lo pulang,"

Ardan menghela napas panjang. Lalu bangkit dari duduknya.

"Gue pulang dulu. Hati-hati di rumah. Jaga diri," ucap Ardan sembari mengacak-acak rambut Rachel.

Rachel hanya diam saja saat melihat kepergian Ardan dari rumahnya. Menaiki tangga menuju kamarnya. Merenungkan masalahnya.

***

Hola guys!!

Aku up lagi dengan chapter yang lebih pendek dari sebelumnya.
Aku minta maaf banget kelakuan yang udah setia untuk vote dan komen cerita ini. Karena aku gak bisa up chapter yang lebih panjang dari sebelumnya. Aku harus ngurus untuk aku masuk SMA.

Jugaan doain aku ya? Supaya aku diterima. Aku takut banget kalo gak diterima. Karena itu sekolah yang aku impikan.

Vote and komen kalian sangat mendukung cerita ini...

Next or break??

Bye-bye readers 🖐️🖐️

SERGIO [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang