Sekarang di rumah Rachel, terdapat Ardan yang sedang berbicara dengan Chandra. Papa Rachel.
Tepatnya diruang tamu.
"Ada apa Ardan? Kenapa dateng kerumah om?" Tanya Chandra sembari menatap putrinya dan sahabat putrinya.
Biasanya yang Chandra tau, bila Ardan datang kerumah nya pasti ada masalah yang terjadi. Entah apa itu.
"Itu om, Ardan kesini cuma mau ngasih tau kalo Rachel dikeluarin dari sekolah," Jawab Ardan lantang. Dia memang tidak takut kepada Papa sahabatnya ini. Tapi yang dia takutkan adalah kemarahan Chandra kepada sahabatnya.
"APA??!!" Teriak Chandra terkejut.
Rachel dan Ardan pun sama. Mereka sama-sama terkejut mendengar teriakan Chandra.
Chandra berdiri dari duduknya. Dia menarik Rachel agar berdiri. Lalu...
Plak
Chandra menampar pipi kanan putrinya itu.
Ardan yang melihat itu langsung berdiri dari duduknya, "OM!!" Teriak Ardan.
Ardan tidak terima jika sahabat mendapatkan perlakuan seperti itu dari Papa nya sendiri.
"Diam kamu Ardan!!! Tidak usah ikut campur!!"
Rachel hanya diam. Dia sudah terbiasa mendapatkan perlakuan Papanya yang seperti ini. Bahkan lebih parah dari ini pun dia pernah.
"Kamu mau jadi apa hah??!!" Tanya Papa nya.
Rachel menatap Chandra, "Rachel mau jadi kayak Mama," Ucap Rachel.
Chandra yang mendengar itu pun murka. Dia menjambak rambut panjang putrinya.
"KAMU!!!"
"APA?!!"
Rachel menatap Papa sendu. Ardan tau tatapan itu. Ardan tau bahwa Rachel sekarang menahan rasa sakit yang luar biasa. Sakit batin dan fisik.
"Om cukup!! Om gak seharusnya kayak gitu ke Rachel. Cuma gara-gara dia di keluarkan dari sekolah. Bukannya wajar kalo ada anak yang di keluarkan dari sekolahnya? Om seharusnya gak seperti ini," Jelas Ardan.
Chandra melepaskan jambakan nya. Lalu menatap putrinya, "Papa akan masukkan kamu di SMA Baster. Dan tidak ada penolakan,"
Rachel hanya mengangguk patuh. Setelah itu Chandra pergi meninggalkan Ardan dan putrinya.
Rachel menatap kepergian Papanya sendu.
"Lo gak papa?" Tanya Ardan.
Kemudian Rachel mengalihkan pandangannya kearah Ardan lalu mengangguk, "Gak papa kok. Udah biasa gue mah,"
Rachel tertawa. Tapi percayalah siapa pun yang mendengar tawa itu pasti bisa merasakan bahwa tawa itu bukanlah tawa bahagia atau pun tawa haru. Tapi tawa itu adalah tawa yang penuh dengan kesedihan. Ardan dapat merasakan itu.
Ardan menghampiri Rachel dan memeluknya.
Rachel hanya diam mendapat pelukan itu. Lalu perlahan dia membalas pelukan Ardan.
"Gue akan selalu ada buat lo. Jangan merasa kalo lo sendiri. Lo punya gue. Walau gue orang yang gak bener pergaulannya, tapi gue janji. Gue bakal jagain lo. Gue akan lindungi lo,"
"Lo gak perlu ngerasa kalo lo sendiri. Ada yang diatas dan ada gue,"
Ardan mengelus rambut panjang Rachel dengan lembut. Dia berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan selalu ada untuk Rachel. Sahabat kecilnya.
Rachel melepas pelukannya. Dia menatap Ardan sembari tersenyum lebar. Ardan pun membalas senyum itu.
"Makasih banyak ya Ardan. Lo emang sahabat gue yang terbaik. Lo selalu ada buat gue. Sekali lagi makasih,"
Ardan mengangguk, "Sama-sama,"
Tangan Ardan terulur mengacak puncak rambut Rachel, "Gue balik ya? Jaga diri lo baik-baik,"
Rachel mendengus sebal. Dia merapikan rambutnya kembali. Lalu mengangguk, "Iya deh, lo juga hati-hati di jalan ya?"
Ardan mengangguk, "Pasti Bu Bos,"
Rachel tersenyum. Kemudian mengantar Ardan sampai depan teras rumahnya.
"Gue balik,"
Rachel mengangguk. Kemudian Ardan melangkah kearah motornya. Dan melajukannya keluar rumah Rachel.
Rachel menghela napas pelan. Lalu masuk kedalam rumah nya dan melangkah kan kakinya kearah kamar.
***
Sehabis dari rumah Rachel, Gio langsung pulang kerumahnya.
"Udah pulang Gio?" Tanya Bundanya --Hana--
Gio tersenyum. Lalu menyalimi bundanya, "Iya bun,"
Hana tersenyum lembut, "Ya udah sekarang Gio mandi ya?"
Gio mengangguk, "Siap Bunda. Gio masuk dulu,"
Kemudian Gio melangkah menuju kamarnya meninggalkan Hana sendirian.
Hana tersenyum menatap kepergian putranya itu. Walau pergaulannya bebas, putranya masih menghormati orang yang lebih tua dari nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO [HIATUS]
Teen Fiction!!!FOLLOW SEBELUM MEMBACANYA. BIAR KALIAN TERUS UPDATE INFO DARI PEMBARUAN CERITA AKU YANG LAINNYA JUGA!!! "Lo tuh ibarat ancaman yang selalu buat gue gak bisa berkutik dengan ritme jantung gue yang dag dig dug lebih cepat dari biasanya, " *** Ini...