"Yo, ada yang nyerang markas," Ucap Tama.
"Siapa Tam?" Ujar Gio dengan rahang sedikit mengeras.
Setelah pulang sekolah Gio mampir dulu ke warung Babe atau markas kedua anak geng Alastor.
"Gue gak tau pasti. Tapi yang gue denger itu anak Antraks,"
"Antraks?"
Tama mengangguk.
"Tapi Yo, kita harus selidiki dulu. Mungkin itu geng lainnya yang iri gitu sama kita," Sarkas Bimo.
Gio mengangguk. Ia harus mencoba menyelidiki dulu. Jika tersangka memang benar anak Antraks, maka Gio tidak akan mengampuninya.
"Udah-udah sekarang kita makan-makan aja. Urusan itu biar nanti kita pikirin," Teriak Ari keras.
Saat yang lain sedang makan, Gio beranjak dari duduknya.
"Mau kemana Bos?" Tanya Tama.
"Pulang,"
Tama mengangguk dan melanjutkan makannya. Setelah pamit dengan semuanya, Gio pergi dari cafe menaiki motornya dengan kecepatan sedang.
***
Gio memarkirkan motor nya dihalaman sebuah rumah yang dijadikan seseorang markas.
Ya itu adalah markas Antraks.
Gio berjalan masuk kerumahnya itu dan langsung dihadang oleh beberapa anak Antraks.
"Mau apa lo dateng kesini?" Tanya Leo salah satu anak Antraks. Cowok berambut pirang itu menatap Gio sinis.
"Gue mau ngomong sama leader lo," Ucap Gio tenang.
"Ada urusan apa lo sama Ardan?" Dia adalah Kevin.
"Cepet panggilin leader lo,"
Kevin dan Leo yang geram langsung menghajar Gio bersama. Gio dengan tangkas menghindar dari serangan itu dan menyerang balik.
Bugh
Bugh
Bugh
Gio menonjok Kevin dan Leo kuat. Dan sekarang mereka berdua sudah terkapar di tanah.
"Mana Bos lo pada hah!!??" Tukas Gio kuat.
Kevin dan Leo sama-sama meringis dan mengusap sudut bibir mereka yang berdarah. Kemudian menatap Gio.
"Ardan di dalem. Kalau lo mau tunggu, gue panggilin," Ucap Kevin pelan.
"Oke,"
Kevin masuk kedalam markas Antraks dengan jalan tertatih.
Ardan yang saat ini sedang bersantai dengan yang lainnya pun terkejut kala melihat kedatangan Kevin dalam keadaan babak belur. Lalu bangkit dari kursinya, berjalan menuju Kevin yang sedang berjalan kearahnya.
"Lo kenapa Vin? Kok bisa babak belur gini? Siapa yang ngelakuin ini?" Pertanyaan beruntun itu di keluarkan dari Ardan.
Kevin memutar bola mata malas. Baru juga datang sudah di sembur.
"Ada Gio didepan,"
Ardan mengernyitkan dahinya.
"Maksud lo?"
"Ada Gio didepan dan katanya dia mau bicara sama lo. Gue gak tau dia mau bicara apa sama lo. Tadi gue udah larang dia buat masuk, tapi lo tau kan sifat dia itu keras. Ya jadi begini deh gue sama Leo, babak belur semua. Wajah ganteng gue gak mulus lagi ini,"
Ardan memutar bola matanya jengah, dalam keadaan seperti ini Kevin masih memikirkan wajahnya. Ardan tidak habis pikir dengan sahabatnya itu.
"Gue akan temuin dia. Lo disini aja nanti biar gue suruh Vito buat obatin lo," Ucap Ardan berlalu pergi.
Sesampainya Ardan di depan markas, dia dapat melihat Leo terkapar dilantai dalam keadaan seperti Kevin. Babak belur.
Lalu Ardan mengalihkan pandangannya kearah Gio yang sedang menatapnya sinis.
"Mau apa lo kesini?" Tanya Ardan langsung.
Gio yang memandang Ardan, tersenyum sinis.
"Ngapain lo nyerang markas gue?"
Ardan mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti.
"Maksud lo?"
Gio berdecih.
"Udah deh gak usah banyak omong. Geng lo kan yang nyerang markas gue?"
"Gue gak ngerti sumpah Yo. Lo dateng kesini cuma mau nuduh gue atas apa yang gak gue lakuin. Gue gak pernah nyerang lo bulan ini. Dan sekarang lo yang dateng untuk nyerang geng gue," Ucap Ardan menjelaskan.
Gio menggeram kesal. Kalau bukan Antraks siapa lagi yang akan menyerang gengnya.
"Kalau mau nuduh harus ada bukti Yo. Gak boleh asal nuduh, lo kan punya anggota detektif. Kenapa gak lo suruh mereka buat nyelidiki semuanya. Gue masuk dulu," lanjut Ardan.
Ardan masuk dengan memapah Leo meninggalkan Gio yang terdiam di tempatnya.
Gio terdiam cukup lama. Kemudian berlalu pergi dari markas Antraks. Mungkin yang dikatakan Ardan ada benarnya, ia harus menyelidiki dulu siapa yang menyerang markasnya.
***
Ardan sedang memikirkan kejadian tadi. Dia memang benar tidak tahu siapa yang menyerang markas mantan sahabatnya itu. Ya, dulu ia memang sempat bersahabat dengan Gio. Namun karena ada sedikit kesalahpahaman, persahabatan nya dengan Gio hancur.
Ardan memang tidak menyerang markas Gio. Dia akui bahwa setiap bulannya anak Antraks memang melakukan penyerangan terhadap anak Alastor. Tapi bulan ini ia belum melakukannya. Ardan hanya takut jika Rachel tau kalau dirinya menyerang SMA Baster, pasti Rachel akan marah dengannya.
Ardan menghembuskan nafas berat. Lalu bangkit dari tidurnya dan keluar dari kamarnya.
Ardan turun dari tangga menuju dapur rumahnya. Kemudian ia mengambil minum dingin di kulkas.
Rumahnya memang sepi tiap harinya. Hanya ada dirinya dan beberapa pekerja di rumahnya. Orang tuanya sibuk di dunia bisnis. Mamanya bekerja sebagai desainer terkenal dan Papanya adalah seorang pengusaha sukses seperti Papa Rachel.
Ardan kadang merasa kesepian. Oleh sebab itu ia membentuk geng. Didalam geng itu dia merasa seperti bersama keluarga nya. Penuh canda tawa.
Ardan menghembuskan nafas berat kemudian beranjak dari dapur menuju kamarnya. Mungkin ia akan tidur sejenak.
***
Hai guys aku up lagi.Makasih banyak yang udah komen dan vote cerita aku.
Vote and komen kalian sangat mendukung cerita ini..
Next or break guys?
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO [HIATUS]
Teen Fiction!!!FOLLOW SEBELUM MEMBACANYA. BIAR KALIAN TERUS UPDATE INFO DARI PEMBARUAN CERITA AKU YANG LAINNYA JUGA!!! "Lo tuh ibarat ancaman yang selalu buat gue gak bisa berkutik dengan ritme jantung gue yang dag dig dug lebih cepat dari biasanya, " *** Ini...