Pagi menyambut. Suara deruman motor sport hitam merah menggema saat motor itu memasuki halaman parkir SMA Golden.
Pengendaranya adalah Mirachel Winata. Rachel turun dari motor nya. Setelah itu berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi itu.
Wajar saja sekarang sudah pukul 08:45 WIB. Artinya Rachel sudah telat. Ah ralat, sangat telat.
Kalian pasti heran kenapa Rachel bisa masuk. Padahal sudah lewat pada jam yang di tentukan.
Itu di karenakan satpam sekolah nya takut terhadap Rachel. Satpam itu pernah sekali terkena tonjokan Rachel. Sebab satpam itu tidak mau membukakan gerbang saat keadaan Rachel sedang genting. Jadi Rachel terpaksa menonjok satpam itu. Dan sekarang satpam itu menjadi takut terhadap Rachel.
"Rachel lo di panggil guru BK," Ujar seorang cewek yang tidak sengaja bersimpangan dengannya.
Rachel menghembuskan napas pelan. Lalu mengangguk, "Thanks,"
Siswi itu mengangguk, dan berlalu pergi begitu saja.
Rachel mengurungkan niatnya untuk menuju kelas nya. Dia berbalik menuju ruang BK. Menemui guru BK itu.
***
Gio saat ini sedang berada di rooftop sekolahnya. SMA Baster.
Gio bersama teman-temannya. Rio, Tama, Bimo, dan juga Ari. Pasti sudah bisa di tebak kenapa mereka bisa berada disini padahal jam masih menunjukkan pukul 09:15. Ya!!
Mereka berlima sedang membolos.
"Eh, lo pada inget gak cewek yang semalem?" Tanya Tama.
"Yang ngalahin anak Antraks itu?"
"Iya. Yang tadi malem,"
"Kenapa emangnya?"
"Itu... Ternyata tuh cewek sahabat nya si leader Antraks anjir,"
"Wahh serius lo Tam?" Tanya Rio penasaran.
"Iya. Gue dapet info dari Alex. Kan gue ceritain tuh yang tadi malem sama Alex, nah gue tunjukin foto tuh cewek. Dan Alex jawab kayak gitu," Jelas Tama.
Memang Alex dan Tama adalah saudara sepupu. Jadi, setiap info apa saja yang di ketahui Tama itu dari Alex.
"Emang lo foto tuh cewek?" Tanya Bimo.
"Ho'oh," Ujar Tama.
Mereka mengangguk. Kecuali Gio. Gio malah asyik dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa bos? Ngelamun aje lo," Tukas Ari.
Gio menoleh ke arah Ari, "Gak. Gue gak papa,"
Setelah mengatakan itu Gio beranjam dari duduk nya dan berjalan keluar rooftop. Meninggalkan teman-temannya.
"Kenape dah tu bos?" Tanya Rio kepada Tama.
Tama mengedikkan bahunya. Tanda tidak mengerti.
***
Kini Rachel baru saja keluar dari ruang BK. Sudah terdapat amplop putih ditangannya. Yang tertulis bahwa dirinya telah di keluarkan dari SMA ini.
Rachel menghembuskan napas lelah. Apa yang harus dirinya katakan kepada Papa nya nanti. Kalau sampai Papa nya tau, sudah di pasti ia akan mendapat hukuman.
Hukumannya tak lain dan tak bukan adalah pukul, tampar, cambuk, dan kurung.
Rachel tersenyum miris. Papanya yang dirinya sayang sejak dulu dengan teganya melakukan hal sekejam itu.
Menghela napas lagi. Setelah itu Rachel berjalan menuju parkiran dimana motornya berada. Dirinya menyimpan surat itu didalam tasnya. Kemudian menaiki motornya. Dan melajukannya menuju suatu tempat.
Rachel mengendarai motornya bagai orang kesetanan. Kebut-kebutan. Yang membuat pengendara lain mengumpat. Namun, Rachel tidak peduli.
Rachel memberhentikan motornya di sebuah rumah. Kemudian, melangkah masuk kedalam rumah itu. Banyak segerombolan anak laki-laki di rumah ini.
"Hai Chel, tumben kesini?" Tanya salah satu dari mereka. Kevin namanya.
"Kenapa? Gak suka lo?" Ketus Rachel.
Kevin terkekeh, "Santai bu bos,"
Rachel memutar bola mata jengah, "Mana Ardan?"
"Pak bos ada di kamarnya,"
Setelah mendengar itu Rachel melangkah menuju salah satu kamar yang berada di rumah ini.
Rachel membuka pintu kamar itu keras. Membuat penghuni kamar itu terlonjak kaget.
"Gila lo. Gue kaget tau. Mau lo gue mati gara-gara jantungan? ," Ujar Ardan.
Rachel terkekeh. Kemudian melangkahkan kakinya memasuki kekamar Ardan. Merebahkan tubuhnya di atas kasur king size milik sahabatnya itu.
"Kemarin anak-anak lo nyerang gue," Tukas Rachel sembari memejamkan mata.
Ardan memicingkan matanya, "Yang bener lo?"
Rachel mengangguk pelan.
"Mungkin mereka anak baru. Karna gue baru rekrut anak baru,"
"Mungkin,"
Melihat Rachel seperti itu, Ardan tahu bahwa sahabatnya itu sedang banyak pikiran. Ardan bertanya, "Ada masalah?"
Rachel mengangguk, "Iya. Banyak banget. Sampe pala gue rasanya pengen pecah,"
Ardan terkekeh melihat itu. "Lebay lo,"
Rachel merubah posisinya. Yang sema rebahan menjadi duduk.
"Gue di keluarin dari sekolah," Celetuk Rachel.
Mata Ardan membola. Kemudian dirinya bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju tempat tidur. Ardan duduk disamping Rachel.
"Yang bener lo?"
Rachel mengangguk, "Gara-gara minggu lalu gue sempet terlibat tawuran,"
Ardan mengelengkan kepalanya.
"Nakal sih lo," Ardan mencubit pipi Rachel. Sampai Rachel mengaduh kesakitan baru dia melepaskannya.
"Ishh," Rachel mencebikkan bibirnya, "Gimana coba gue harus bilang sama bokap gue,"
Ardan yang tadi nya terkekeh menjadi diam. Dia tau masalah yang sedang di hadapi oleh sahabatnya ini.
"Lo tenang aja. Gue yang ngomong sama om Chandra,"
Rachel tersenyum. Kemudian dia memeluk Ardan erat, "Makasih Ar,"
Ardan membalas pelukan gadis itu, "Sama-sama. Lo kan sahabat gue dari kecil,"
Rachel mengangguk sembari melepaskan pelukan itu. Ardan memang yang terbaik. Walau Ardan ketua geng, tetapi dia tetap mempunyai hati nurani.
Ya. Ardana Pradipta adalah leader Antraks.
"Ya udah gue pulang dulu,"
Rachel bangkit dari duduknya. Kemudian melangkah keluar kamar Ardan.
"Hati-hati,"
Rachel mengacungkan jempolnya.
***
Hai guys i'am comeback....
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO [HIATUS]
Teen Fiction!!!FOLLOW SEBELUM MEMBACANYA. BIAR KALIAN TERUS UPDATE INFO DARI PEMBARUAN CERITA AKU YANG LAINNYA JUGA!!! "Lo tuh ibarat ancaman yang selalu buat gue gak bisa berkutik dengan ritme jantung gue yang dag dig dug lebih cepat dari biasanya, " *** Ini...