Part 10

17.7K 991 14
                                    

"Chel, gue minta maaf. Gue gak bermaksud," Ucap Gio menahan tangan Rachel.

"Apa sih lo, gak jelas. Emang gue kesinggung gitu sama ucapan lo tadi? Gak kali, biasa aje gue mah,"

Mendengar itu Gio lega. Tapi dalam hati nya dia masih merasa bersalah.

"Udah kan, sekarang lepasin tangan gue. Gue tau ya, kulit gue tuh lembut enak dipegang tapi gak usah kek gini kali,"

Gio sepontan melepaskan cekalan tangannya.

"Ge-er amat sih lo,"

"Yee sapa juga yang ge-er, memang kenyataannya gitu,"

"Udahlah," Ucap Gio ketus.

Rachel menahan tawa saat melihat ekspresi wajah Gio. Lucu.

"Yaudah-yaudah, gue pulang dulu ya? Salam buat anak geng lo. Bokap gue nelpon tadi, bye," Rachel pergi meninggalkan Gio dengan motornya.

Gio menghela napas sejenak lalu masuk kembali ke dalam kafe dan duduk bersama teman-teman nya.

***

Rachel menghembuskan napas gusar saat melihat sang Papa sedang bermesraan dengan seorang wanita yang berpakaian sangat minim.

"Kalo mau mesra-mesraan jangan disini, di kamar sana. Zinain mata tau gak," Tukas Rachel sembari menaiki tangga dan terhenti ketika Papa nya memanggil namanya.

"Rachel,"

"Hm,"

"Papa mau bicara sama kamu,"

Rachel membalikkan badannya menghadap kearah Papa yang duduk di sofa.

"Mau bicara apa?"

Chandra menghembuskan napas lelah saat mendengar nada bicara putrinya itu. Dia mencoba menahan amarahnya untuk tidak meledak.

"Papa akan ke New York besok selama 4 bulan ke depan. Jadi kamu jangan macem-macem,"

"Apa?!!"

"Papa akan meminta beberapa bodyguard Papa untuk mengawasi kamu. Kalau sampai Papa dengar kamu berulah lagi, Papa gak segan-segan untuk pindahin kamu kesana untuk selamanya,"

"Pa, Papa gak bisa gitu dong. Aku udah besar Pa, gak usah di awasi. Emang Papa mau apa kesana? Mau main-main sama jalang-jalang Papa gitu disana? Disini juga banyak kali Pa, gak usah jauh-jauh nyarinya," Ujar Rachel lantang tanpa rasa takut. Walau dia sempat melihat rahang Papa nya mengeras tapi dia mencoba tidak takut.

"RACHEL!!!" Teriak Chandra murka.

"Udah lah Rachel capek mau istirahat. Jadi lanjutin tuh kegiatan yang Papa lakuin sama perempuan jalang itu,"

Rachel dengan cepat menaiki tangga dan masuk ke kamar nya meninggalkan Papanya dengan perempuan jalang itu.

Sesampainya di kamar, Rachel menutup pintu dan menguncinya. Merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Berulang kali Rachel menghembuskan nafas berat.

"Ma, kenapa hidup Rachel kayak gini ya? Apa sih salah Rachel sama Papa, Rachel udah nurut sama Papa. Tapi, kenapa Rachel gak pernah diperhatiin. Rachel juga kayak gini gara-gara Papa, Rachel pengen banget diperhatiin sama Papa kayak dulu waktu masih ada Mama disini," Ujar Rachel pilu sembari melihat langit-langit kamarnya dengan sendu.

"Udahlah ngapain coba gue sedih, kan udah biasa. Gue harus bisa bertahan sama Papa demi Mama," Ucap Rachel menyemangati dirinya sendiri. Kemudian dia bangkit dari tidur menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya sebelum tidur.

***

Pagi menyambut, mentari telah bersinar terang mengganggu sang pangeran yang sedang tidur nyenyak di atas kasurnya.

Mata indah itu terbuka kala mendengar namanya dipanggil oleh suara lembut selembut sutra.

"Gio bangun nak, sudah pagi. Kamu harus sekolah,"

"Iya Ma, Gio udah bangun," Ucap Gio dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Ya udah Bunda tinggal, kamu mandi dan setelah itu turun ke bawah sarapan," setelah mengucapkan itu Hana meninggalkan kamar Gio untuk menyiapkan sarapan keluarganya.

Di rumah nya memang terdapat beberapa pembantu, tetapi hari ini Hana ingin sekali memasak untuk suami dan anaknya. Suaminya sudah pulang tadi malam dari luar negeri. Mungkin itu yang membuat Hana ingin memasak.

Saat sedang asik menata makanan, tiba-tiba Hana tersentak kala sebuah tangan kekar melingkar di pinggang nya.

"Mas, lepas aku mau nata makanan dulu," Ucap Hana was-was takut ada yang melihat kelakuan dirinya dan suaminya.

"Memang kenapa? Aku kan hanya memeluk istri tercinta yang sangat ku rindukan," Ucap suami Hana --Ryan-- sembari membalikkan badan istrinya itu.

"Yaudah nanti aja ya? Aku lagi nata ini dan juga aku takut melihat kita," Hana mencoba membujuk suami manjanya itu.

Ryan menghela napas pelan, "Yaudah morning kiss," Ucap nya sembari menunjuk bibirnya.

Ryan tersenyum geli saat melihat istrinya sedang melihat keadaan sekitar dengan was-was. Setelah merasa aman istrinya itu melihat kearahnya dan dengan kecepatan kilat istrinya mengecup bibir nya.

"Udah kan? Sekarang lepasin pelukannya," Ucap Hana pelan. Dia merasa malu, bagaimana jika ada yang melihat tadi. Oh sangat memalukan.

Ryan tersenyum lebar kemudian mengecup bibir Hana lalu melepaskan pelukan nya dan duduk di kursi meja makan sembari menatap istrinya intens.

Sedang asik menatap istrinya Ryan dikagetkan dengan kehadiran putranya Gio.

"Ada apa nih, kayak nya asik banget," Ucapan Gio tersenyum geli sembari duduk disampingnya Papanya. Gio sempat berpikir orang tua nya ini sudah tua masih saja gayanya seperti masih muda saat mereka pacaran. Tidak memperdulikan sekitar, berada dunia milik berdua.

"Udah-udah, Gio kamu cepat makan setelah itu berangkat sekolah. Jangan urusin Mama sama Papa. Kau tau Papa mu ini tadi sedang asik menggoda Mama mu dan hancur setelah kau datang. Mama mu itu sangat malu-malu tapi mau," Ujar Ryan mengejek dan tersenyum geli.

Gio hanya tersenyum geli melihat kelakuan Papa nya yang sangat senang menggoda Mama nya. Sedangkan Hana, dia hanya menunduk dan menyembunyikan semburat merah di pipinya. Dia sangat malu saat suaminya dengan santainya menggoda nya didepan putra sendiri.

"Yaudah Ma, Pa, Gio berangkat dulu. Assalamualaikum," Ucap Gio sembari menyalami tangan kedua orang tuanya.

Merasa anaknya sudah pergi, Ryan dengan cepat melancarkan aksinya untuk menggoda istri tercinta nya. Mumpung hari ini dia sedang cuti, jadi tidak apa-apa kan?

***

Rachel sedang menyantap sarapannya saat ini bersama Papa nya. Chandra akan berangkat hari ini pada pukul setengah delapan pagi nanti. Jadi mungkin dia sempat kan untuk bersarapan.

"Rachel berangkat," Ucap Rachel sembari beranjak dari kursi nya.

Chandra hanya mengangguk tanpa mengucapkan sesuatu dan tetap fokus kepada makanannya.

Rachel dengan lesu meninggalkan meja makan. Mungkin Papa nya masih marah tentang perdebatan semalam. Lebih baik dia berangkat ke sekolah saja dari pada akan terjadi perdebatan antara dirinya dan Papanya. Rachel sedang malas kalau itu terjadi.

Lebih baik pergi, batin Rachel.

***

Comeback...

Hehehe lama ya gak up, lagi males soalnya.

Lanjut?





SERGIO [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang