Gio menghela napas lelah saat melihat kondisi markasnya kembali berantakan. Sudah seminggu sejak penyerangan Eagle, markasnya selalu menjadi sasarannya.
"Berantakan lagi?" Tanya Tama.
Gio mengangguk pelan. Kemudian menyuruh anak Alastor untuk membersihkan nya.
Ponsel Gio berbunyi menandakan ada telfon masuk.
Gio mengernyitkan dahinya ketika melihat ke layar ponselnya. Telfon itu dari nomor yang tidak dikenal.
Gio mengangkatnya.
"Halo,"
"Long time no see, my friends," Ucap seseorang di sebrang sana.
Tubuh Gio menegang.
"Siapa lo?"
"Lo lupa sama gue? Sahabat lo yang bertahun-tahun pergi jauh dengan meninggalkan sebuah penghianatan,"
Mendengar ucapan itu Gio mengerti sekarang.
"Gue gak bakal lupa sama lo Luis Sanggara,"
Orang disebrang sana tertawa.
"Rupanya lo gak lupa sama gue Rendra,"
"Gue gak bakal lupa sama lo. Dengan penghianatan lo dan semua kenangan lo, gue gak akan mudah lupa,"
"Lo mending beresin tuh markas lo yang buluk itu. Gue akan ngancurin lo secara perlahan Rendra,"
"Jangan panggil gue Rendra. Lo gak pantes manggil gue dengan nama itu,"
"Wah santai dong boss. Gimana sama Nata? Pasti lo udah ketemukan sama dia? Dia tumbuh jadi gadis yang cantik dan pemberani bukan?"
Rahang Gio seketika mengeras. Ini yang ia tidak sukai dari mantan sahabatnya itu. Membahas masa kelamnya. Membahas bagaimana dia di lupakan oleh seseorang yang ia cintai.
"Kok diem? Kenapa? Lo sedih di lupain sama Nata?"
"Kenapa lo tanya gitu. Lo juga di lupain kan sama Nata? Gak gue dong kali, lo juga. Nyadar diri sebelum bicara yang enggak-enggak,"
Sekak Gio sebelum mematikan sambungan itu. Melempar ponselnya di sofa dekat ia berdiri. Menjatuhkan tubuhnya di sofa itu juga dengan memijat pangkal hidungnya guna menafsir rasa pusing di kepalanya.
"Kenapa lo?" Tanya Ari yang sudah selesai membereskan kekacauan markasnya.
"Udah selesai?" Bukannya menjawab pertanyaan Ari, Gio malah bertanya balik. Membuat Ari merasa kesal dengan Gio.
"Ih lo ya, ditanya bukannya jawab malah nanya balik. Kesel gue," ujar Ari sembari mendengus sebal.
Gio terkekeh kecil. Dia memang senang bila sudah menggoda Ari. Sahabatnya yang satu ini adalah tipe orang yang mudah kesal jika pertanyaan yang ia lontarkan kepada seseorang di abaikan. Karena mungkin juga Ari merupakan orang yang tidak suka di abaikan.
Ari bertambah kesal saat mendengar Gio terkekeh.
"Jadi lo kenapa?" tanya ari agak ngegas.
Gio tersentak mendengar suara Ari. Telinga nya terasa panas.
"Elah lo ya gak usah ngegas juga kali. Gue tuh cuma pusing aja,"
"Pusing kok kayak orang stress," celetuk Ari.
Mendengar itu kini giliran Gio yang mendengus kesal.
"Emang keliatan banget ya?" tanya Gio penasaran.
Ari mengangguk. Sahabatnya ini memang kelihatan sekali bila sedang terdapat masalah. Gio akan memijat pangkal hidungnya sembari merebahkan badannya di sofa dimana tempat ia berada. Itulah kebiasaan sahabat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO [HIATUS]
Teen Fiction!!!FOLLOW SEBELUM MEMBACANYA. BIAR KALIAN TERUS UPDATE INFO DARI PEMBARUAN CERITA AKU YANG LAINNYA JUGA!!! "Lo tuh ibarat ancaman yang selalu buat gue gak bisa berkutik dengan ritme jantung gue yang dag dig dug lebih cepat dari biasanya, " *** Ini...