Chapter 26 : Ibu Matre.

3.3K 99 1
                                    

"La....la....la...." Suara sumbang wanita paruh baya itu terdengar di penjuru rumah. " Indahnya hidupku." Badan gemulainya bergoyang- goyang, wajahnya berbinar- binar dan perawakan kurusnya berputar-putar seperti penari balet. "Aku sudah cantik, tinggal cusss...." Sepagi ini Tina telah rapi dengan pakaian baru, oleh- oleh dari sang putri, ia telah dandan dan sepertinya ia menunggu seseorang, karena dari tadi matanya tanpa henti melongok ke halaman depan.

Wulan sibuk di dapur, dari setengah jam lalu ia berkutat dengan bahan makanan, seperti biasa ia melakukan kegiatan rumah tanpa bantuan sang ibu, dari dulu perempuan tua itu hanya menyuruh dan memerintah Wulan untuk melakukan maupun membersihkan seluruh kegiatan rumah. Pagi ini ia membuat sarapan untuk sang suami, sedangkan Matteo masih lelap di tempat tidur, sengaja ia tidak dibangunkan Wulan karena lelaki itu nampak lelah dan baru beberapa jam lalu Matteo tidur, maklum saja ia kesulitan beradaptasi dengan suasana di tempat tinggal sang istri, tak terbiasa tidur dalam ruangan sempit dan tak ber-AC.

"Dia belom bangun? " tanya Tina berlenggak-lenggok di depan sang putri, sekarang wanita paruh baya itu berpenampilan modis dengan riasan wajah, sepatu hak tinggi dan tas jinjing. Keadaan ia menjadi jauh berbeda, semenjak Wulan menjadi istri Matteo. "Ibu sarankan, kau itu meski cepat hamil. Biar hubunganmu dengan Matteo makin kuat."

Wulan menoleh ke arah sang ibu sambil tersenyum.
Bangun tidur tadi ia telah mengecek dan hasilnya dua garis merah, pertanda ia positif.

"Mudah-mudahan Alloh memberkati dan mempercayaiku." Wulan mengelus perut ratanya.

"Kau harus punya anak dari Teo," tegas Tina mengamati badan sang putri. "Sekarang gemukan, dadamu...Kamu sedang ngisi, ya?" Tina menelisik dengan wajah berbinar.

"Alhamdulillah, Bu. Tadi di cek positif," sahut Wulan dengan wajah tersipu.

"Berapa bulan?" tanya Tina.

"Belum tahu, belum periksa ke dokter."

"Sudah telat berapa lama?"

"Sekitar 2 Minggu."

"Kalau begitu nanti ke puskesmas, sekalian belanja kebutuhan dapur. Kebutuhan isi kulkas sudah habis. Ibu mau pergi, ada acara penting dengan kelompok ibu-ibu prelente."

"Haaa!" Wulan kaget, ibu- ibu prelente, sejak kapan beliau bergaul dengan wanita sosialita.

"Teman ibu sekarang, para pejabat-pejabat desa, raden- raden dan istri-istri pegawai. Penduduk desa yang dulu menghina kita, malu sendiri. Nggak sudi ibu bergaul dengan mereka."

"Astagfirullah, ibu," keluh Wulan, keadaan ibunya yang sekarang benar- benar miris, berlagak sok kaya dan sombong setengah mati.

"Udah, akh!00000Itu teman-teman ibu sudah menunggu." Tina memandang ke arah mobil yang berhenti di halaman depan, Avanza hitam dengan pengemudi seorang wanita disana. Tina berlarian kecil ke mobil itu.

"Ibu mau kemana, sepagi ini?" tanya Wulan mengelus dada.

"Nggak perlu tahu, kau cukup di rumah saja dengan suamimu itu. " sahut Tina bergabung dengan teman-temannya di dalam mobil.

"Ya Alloh, kenapa ibu semakin begini?"

****
Matteo terbangun, mengerjapkan mata dan mengucek- ucek dengan kedua tangan, lalu bangkit dan memperhatikan sebelah tempat tidur, kosong.....rupanya sang istri sudah lebih dulu bangun.

"Itu apa?" Teo memperhatikan benda kecil berwarna putih diatas meja rias sang istri, begitu penasaran ia meraihnya. " Ini alat tes kehamilan, tapi nggak ngerti maksudnya gimana? Dimana Wulan? Aku harus tanya ke dia."

Matteo bergegas keluar kamar, berjalan mencari keberadaan sang istri. Ia tidak usah bingung mencari dimana istrinya berada, aroma masakan yang nikmat dan khas tangan Wulan sudah mampu menunjukkan keberadaan wanita itu. Di dapur, tanpa pikir panjang ia ke sana.

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang