Chapter 10 : Bertahan demi pernikahan.

4.5K 154 4
                                    

With love....

🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

Istri merupakan abdi suami, ia ditakdirkan untuk melayani dan memberi tanpa perlu meminta.
Istri merupakan tangan kanan suami , yang diperuntukkan untuk menata masa depan keluarga.
Istri merupakan teman hidup suami, ia akan senantiasa di sisi sang suami, dalam suka, duka maupun lara......
Ia nahkoda kedua, setelah suami dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ia akan menjaga kapalnya tetap berlayar dan berlabuh ke tepian kebahagiaan.

"Kamu akan menyesal, nak. Kurang apa istrimu itu?" Wanita tua itu berhenti di depan sang anak yang berdiri kaku karena ocehan pedas dan makian sang papa.

Matteo bergeming. Ia bersandaran di pintu. Napasnya naik turun, ia menatapi sang istri yang berdiri di samping sang mama, serta papa dibelakang mereka, sambil menarik kopor.

Wulan diam, sepasang matanya memandang sendu sang suami.
Ia ingin pernikahan sekali dalam hidup, ia ingin pernikahan ini tetap utuh tanpa ada kata perpisahan maupun perceraian.

Dalam hati ia mengharap Matteo melarang ia pergi, andai sang suami menahan tentu ia akan tetap di rumah.
Ia takkan meninggalkan sang suami, biar lelaki itu tak cinta, tapi ia akan menerima lelaki itu apa adanya.
Memang cinta tak bisa dipaksa, tapi ia akan mengabdi untuk Matteo, karena posisi ia sebagai istri sah Matteo.

"Wulan istriku, kalian tak berhak membawanya." Suara bariton Teo, menghentikan langkah ketiganya. " Lepaskan tangan, Wulan, Ma! Mama tak bisa membawanya dariku."

"Tidak bisa, ia akan bersama kami. Sebagai putri kami," tegas Hadibrata lugas.

"Dia istriku, aku suaminya. Aku yang lebih berhak." Matteo bergerak, mendekati sang istri dan mencengkeram lengan kurus istrinya.

Wulan tersentak, ia kaget sambil meringis karena cengkeraman Matteo sangat kuat dan sakit. Matteo menahan ia untuk pergi, sungguh. Benarkah, ini tidak mimpi?

Hati Wulan meluap-luap, walau pria itu tidak cinta, setidaknya ia dibutuhkan pria itu.

"Ia tetap disini, dia istriku," kata Teo.

"Dia akan disini, tapi janji kau tak akan menyakiti dia lagi." Hadibrata mengintimidasi sambil mengacungkan jari ke muka Teo.

"Mama papa, maafkanku. Aku istri mas Teo, aku akan selalu di sampingnya dan mendampinginya. Wulan tak mau meninggalkan suami, dalam keadaan apapun, sekalipun ia membenci. Aku akan tetap disisinya, terkecuali ia yang meminta diriku untuk pergi."

Pak Hadi berserta sang istri hanya melongoh, mereka tak menyangka sang menantu lebih memilih sang suami yang jelas- jelas hanya menyakiti.

"Dia memilihku, Pa." Oceh Teo menaikkan alis, bibirnya tersenyum smirk.

"Bener, Nak. Kamu mau bertahan demi lelaki sebangsat ini?" tanya pak Hadi, ia tak mau mengalah begitu saja. "Ia akan menyakitimu lagi."

Wulan menganggukan kepala.

"Aku istri mas Teo. Bagaimanapun ia memperlakukan, aku akan tetap disisinya. Pernikahan kita suci, kami akan tetap mempertahankan, sesakit apapun aku harus merasakan sakit hati dan cercaan mas Teo. Aku akan menerima dengan iklas, baik buruk perlakuan mas Teo kepadaku, karena tugas dan kewajiban seorang istri, harus berada setiap waktu di sisinya."

"Baiklah jika itu keputusan mu. Kami tak bisa berbuat banyak. Bagaimana pun Matteo suamimu, ia lebih berhak denganmu daripada kami."

Awalnya pak Hadi berniat membawa pulang ke Yogyakarta.
Menyekolahkan gadis itu, ia masih muda, masih bisa sekolah dan meraih mimpinya, jika Wulan tak berminat. Bu Fatma bisa mengajak Wulan untuk mengurus toko bunga dan restoran siap saji.

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang