chapter 18: Air mata sang istri.

4.7K 157 9
                                    

"Permisi!" sapa seorang wanita berjas putih, ia membuka pintu, lalu tersenyum melihat Matteo tertidur pulas di sebelah sang istri.

"Suamiku sangat lelah, tak apakan ia tertidur disini. " kata Wulan, ia sungguh tidak tega membangunkan mimpi indah Matteo.

"Selama tidak menganggu anda, tak apa-apa. Itu malah bagus buat perkembangan bayimu." Dokter melihat tangan Matteo menempel di perut sang istri. "Coba periksa dulu." Dokter mulai mengecek kondisi Wulan, ia tersenyum sambil mengangguk- angguk.

Perkembangan Wulan jauh lebih baik, besok ia bisa di ijinkan pulang ke rumah.

"Semakin membaik, tapi jangan lupa minum obat yang rajin, istirahat yang cukup dan jangan lupa makan, paksakan tetap makan walau perut menolak. Sedikit, sedikit.....yang penting perut tidak kosong.

Wulan mengangguk mendengar penjelasan sang dokter.

"Terima kasih ya, dok."

"Ok, silahkan istirahat kembali. " Dokter itu kembali pergi.

Matteo sangat pulas, sampai dokter datang dan mengecek kondisi terkini Wulan, pria itu tak tahu.

"Makin kesini, makin aku cinta kamu, mas. Tahukah semakin kau membenciku semakin hatiku tertarik denganmu. Kamu tahu mas, hatiku berdebar, jantungku berdetak kencang, dan nafasku kembang kempis setiap ada didekatmu, tahukah kamu, sejak kau mengucap syahadat dan ijab kabul didepan penghulu, aku sudah merasakan getar cinta dihatiku. Ya awalnya aku ragu, tapi kini aku yakin, aku mencintaimu."

"Jangan pergi, tolong jangan tinggalkan aku. Jangan, jangan, jangan.......Wulannnnn......." teriak Teo mendadak mengangkat kepala dan membuka mata, keringat memenuhi wajah Matteo yang nampak takut.

"Mas, ada apa?" tanya Wulan membelai rambut Matteo.

Matteo memejamkan mata dan menggelengkan kepala, ia diam seribu bahasa.

"Ya udah. Basuh wajahmu agar lebih segar!" suruh Wulan, ia tak ada keberanian bertanya kenapa Matteo menjadi ketakutan.

"Ya Tuhan, kau tak apa- apa, Lan." Matteo mengusap wajah. "Aku mimpi buruk tentangmu."

"Aku baik-baik saja. Mimpi hanya bunga tidur, tak usah dipikirkan. Lekaslah basuh wajah, Mas!"

"He, ehmmm."Matteo mengangguk, menurut sang istri.
Seumur mereka menikah baru kali ini Matteo menuruti sang istri. Berbeda seperti biasanya, Wulan yang meski menurut dengan perintah-perintah Matteo.

Dia berjalan lambat memasuki kamar mandi di sudut ruang VVIP itu.

Wulan senyam-senyum sendiri, betapa bahagia ia dengan perubahan Matteo yang makin lembut, tidak seperti sebelumnya. Ia galak, cerewet dan suka memarahi.

Beberapa menit kemudian ia merajuk.

"Astaga, mas!" keluh Wulan menutup mata.

Matteo keluar kamar mandi hanya mengenakan celana jeans, tanpa mengenakan baju. Tubuh kekarnya terlihat seksi, padat dan menggoda, Wulan begitu terkesiap melihat pemandangan halal untuknya itu.

"Mas, ini RS. Jangan porno disini!" protes Wulan menelengkan kepala, ia tidak mau melihat ketelanjangan sang suami, meski jujur ia juga suka dengan badan seksi itu.

C

epat sembuh, aku juga tidak tahan....." oceh Matteo mengenakan pakaian, mulai dari celana dalam, kaos silet, kaos santai dan terakhir jeans warna biru yang makin membuat pria itu makin maskulin dan seksi. "Sisiri rambut aku, Lan. Melihat kondisimu hanya itu yang bisa kau lakukan kepadaku." Matteo mendekati sang istri, menyodorkan sisir rambut dan membungkuk kepala ke arah sang istri.

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang