chapter 32: Sekertaris Matteo.

2.9K 85 3
                                    

Kejujuran dan kesetiaan adalah satu jiwa dalam raga, jika kejujuran merupakan matanya, maka kesetiaan merupakan hatinya.

❤️❤️❤️

"Siapa yang membuatmu terluka? Lalu dimana mobilmu? " Wulan mendongakkan kepala, memandang wajah tampan sang suami.

"Kamu," sahut Teo meremas gemas pipi sang istri. "Omonganmu membuat uluh hatiku terluka."

Wulan menggeram kesal, ia serius bertanya malah dijawab dengan bercanda.

"Takkan ada yang mampu melukai aku selain penolakan cintamu dan kemarahanmu."

"Ikhhh..." Wulan makin kesal. "Memang pernah menolak cintamu? Salah kali, bukannya mas yang begitu."

"Sejak pertama melihat kamu dengan kebaya dihadapan penghulu, sepertinya aku akan menjadi pria bodoh jika menolak mu."

"Kau marah-marah dan ..." Wulan menutup wajah dengan jemari tangan, warna wajah wanita itu memerah semerah tomat.

"Aku marah-marah, karena nggak tahan dengan nafsu dan obsesi setelah melihat gadis belia, ranum secantik kamu. Gejolak hatiku begitu menggebu, ingin menelajangimu dan menyentuh tubuh yang ku tahu belum tersentuh siapapun."

"Bagaimana tahu?" selidik Wulan mencubit perut sang suami.

"Wanita seperti makanan, bentuk maupun rasanya sangat mudah dikenali. Dari sekian wanita, kau yang sangat berbeda. Tidak ada tubuh..." Matteo mengaruk rambut, membayangkan lelak
lekuk tubuh sang istri, kerongkongannya mendadak panas dan sesuatu dari bawah sana menegang.

"Cukup mengenal dan tahu seluk beluk wanita, karena mas hobi gonta ganti kayah ganti baju. Rugi aku menjaga tubuh dari tangan pria lain, kalo hanya diberikan ke lelaki pengumbar nafsu."

"Itukan dulu, sayang. Sekarang tidak, sejak menyentuhmu aku sudah tidak menyentuh wanita lain," bibir tebal Matteo tersenyum nakal. "Boleh menengok si kecil...?" Alis pria itu terangkat.
Sungguh dalam dinginnya malam begini, ia menginginkan kehangatan dari sang istri.
Wulan menggeram kesal, ia tak habis pikir, dalam kondisi babak belur begitu sang suami masih saja minta jatah.

"Boleh, ya?" pinta Teo penuh permohonan.

"Jawab dulu, siapa yang melukaimu dan bagaimana mas kok pulang hanya berjalan kaki?"

"Baik, tapi kasih itu ya, " Matteo mengangkat alis sebagai tanda permintaan.

Matteo menceritakan semua kejadian hari ini, saat ia di kantor, hingga pulang dalam keadaan babak belur dan jalan kaki.

"Jadi Rudi, pria perusak itu!" geram Wulan makin kesal saja, setelah tadi bertemu dan menghinanya, lelaki itu juga menggeroyok Matteo. Memang brengsek, pria yang kini menjadi suami sahabatnya itu. Pekerjaannya hanya berulang kali mengganggu hidup orang lain. "Mobilmu ada di kebun sana. Bagaimana besok mas berangkat kerja?"

Dalam kondisi babak belur begitu, Matteo tidak berkeinginan berangkat kerja. Toh, dikantor sudah tidak ada masalah lagi, semua telah beres. Ia mau istirahat, nanti bekerja di rumah saja. Selain ia juga lelah, lukanya sedikit sakit, ia tak mau menjadi bahan omongan maupun tawa orang sekantor gegara wajah babak belur.

"Aku sudah menyuruh orang untuk membereskan pohon itu dan mobilku."

Dalam hidup Matteo segalanya dengan mudah diatur, tinggal menelepon karyawan, memberi insentif , maka mereka akan datang dan mengerjakan apa yang ia perintahkan, termasuk memanggil karyawannya datang ke desa untuk membereskan pohon tumbang, sekaligus menderek mobil hingga ke rumah Wulan.
Matteo tahu jika menunggu warga desa yang meminggirkan pohon tumbang akan membutuhkan waktu lama, perlu diketahui ia tipikal orang yang tak mau buang- buang waktu untuk menunggu.

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang