chapter 20 : Maafkan aku.

4.9K 178 2
                                    


"Rasa sakit, pedih, lara dan airmata....akan mengasah kelemahan menjadi kekuatan, akan mengubah kerapuhan menjadi ketangguhan.

❤️❤️❤️❤️❤️

Wulan perlahan membuka mata, keningnya berkerut melihat sekeliling ruangan berwarna putih. Dia bingung kenapa berada disini.
Kini ia dimana? Seingat ia ada di kamar rumah....
Kejadian buruk itu, ia teringat kejadian terakhir sebelum segalanya gelap dan ia tak sadarkan diri, penganiayaan Matteo, pelampiasan amarah Teo, pemaksaan dan terakhir....kejadian miris itu, ia ditendang Teo, membentur ranjang, lalu perutnya sakit dan darah, ia ingat mengalir darah di kedua kakinya dari jalan lahir bayi.

"Bayiku, bayiku!" Wulan beranjak bangun, duduk sambil mengelus perutnya.

"Kamu sudah sadar." Matteo langsung memeluknya, perlahan airmata lelaki ini jatuh mengucur. "Maafkan aku, Lan. Kamu harus mengalami keguguran dan bayi kita meninggal. Maafkan aku, ini semua karena ulahku yang curiga dan tak dapat menjagamu."

"Bayiku...." Wulan menangis tersedu-sedu. " Bayiku telah tiada. Ini karena kamu, kamu jahat, jahat....!!!" Kedua tangannya memukul- mukul badan Teo.

Lelaki yang memeluknya itu berusaha menenangkan sang istri.

"Aku sangat jahat, bahkan kau mungkin takkan memaafkan kesalahanku, tapi jujur, Lan, aku sangat menyesal dan tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku." Wulan berangsur tenang, ia hanya diam sambil sesengukan. "Beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku."
Teo mengelus puncak kepala sang istri, ia makin kuat memeluk badan ringkih itu sambil mengecup lembut kening sang istri.

"Kamu sangat tega, mas. Kejam!⁴ Aku benci kamu." Oceh Wulan kali ini tangan kurusnya memukuli dada sang suami.

"Ya aku memang kejam dan patut kau benci, selalu menyakitimu dan tak pernah memepedulikanmu.Tapi aku mohon, beri aku kesempatan, Lan. Biarkan aku menebus dosa-dosaku dan kesalahanku terhadap kamu dan bayi kita."

Wulan mengeleng sambil memejamkan mata, lara hati yang dibuat Matteo sangat dalam dan kesalahan Matteo karena penyebab utama bayinya meninggal takkan bisa Wulan maafkan.
Ia masih sudi memaafkan, menerima sang suami dengan tangan terbuka, seandainya cuma ia yang disakiti, tapi kini...lelaki itu seperti monster, dengan teganya menganggap anak sendiri bukan darah daging, membunuhnya membuat bayi tanpa dosa itu harus tiada, walau mungkin keguguran itu sudah takdir dari yang kuasa.

"Lepaskan! Aku membencimu," kata Wulan keras, mengingat perilaku bejat Matteo, ia menjadi sangat marah. "Tolong tinggalkan aku, aku tak mau melihat mukamu."

"Lan, aku akan berubah dan aku janji akan meninggalkan Gabe, please beri aku kesempatan." Matteo melepaskan badan sang istri.

"Tinggalkan aku!" bentak Wulan, sepertinya sekarang ia berubah menjadi kasar dan berani, jika dulu ia sedikitpun tiada nyali untuk menatap Teo, sekarang ia berani melototi pria itu.
Matteo mengangguk , mengalah....kondisi Wulan belum stabil pasca sadar dari operasi, sementara Matteo harus menjauhi agar Wulan membaik dan pulih seratus persen.

Matteo keluar dari ruang rawat Wulan.

"Fat, kau temani Wulan, ia memerlukan suppor. Kau bisa bicara dengan hati ke hati. Ia masih syok atas kondisi yang ia alami," kata Hadibrata menatapi sang putra yang sangat lesu dan cemberut dengan wajah ditekuk.

Pria itu duduk di kursi tunggu, sambil mengengadah dan pandangan ke atas entah menerawang kemana.

Sejak Wulan dirawat lelaki itu terlihat lusuh, kurang terawat, wajah tirus dan sedikit kurus.

"Sayang, jangan menangis. Mama tahu kamu sangat sedih." Suara lembut Fatma sedikit menenangkan Wulan, apalagi sentuhan lembut jemari tangannya di rambut. Serasa masih ada yang memperhatikan dan menyayanginya, meski itu dari ibu dari bajingan yang menyebabkan ia kehilangan bayi. "Bersabar, ya, ini takdir yang kuasa. Percaya, suatu saat pasti akan tergantikan."

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang