Durian lagi, durian lagi.
Matteo hobi sekali memakan buah berkulit duri itu, setelah beli di supermarket habis di makan, ia kembali beli di pedagang pinggiran jalan. Lima buah sekaligus ia membawa pulang. Beberapa hari belakangan ia memang agak aneh, sangat menyukai buah berduri itu. Hampir setiap hari ia memakan buah itu.Sementara Matteo asyik menikmati dan lahap memakannya, sang istri harus berjuang menghindari baunya agar tidak mual dan muntah.
Hoaakkk!
Wulan bolak-balik kamar mandi, memuntahkan isi perutnya."Mas, tolong singkirkan. Perutku nggak kuat!" suruh Wulan, wajah pucatnya dipenuhi peluh keringat.
"Harus dimana lagi. Ini aku sudah sembunyi di sini." Matteo menaruh dan memakan buah kesukaannya di belakang rumah, agar sang istri tidak mencium baunya.
"Besok jangan beli lagi. Kepala ku pusing, perutku mual. Pokoknya jangan beli durian lagi," kata Wulan bersandaran di kursi taman.
Ia lemas setelah semua makanan yang masuk ke perut keluar lagi.Matteo mempercepat acara makan duriannya dan segera membuang kulitnya ke tempat sampah di luar pagar rumah. Agak jauh, agar sang istri tidak mencium baunya.
"Sudah aku buang semua. Sisa dua lagi. Aku taruh di gudang." Matteo muncul di depan sang istri.
Wulan menutup hidung dan mulut.
"Bukan durian saja, tiap pagi kau mual dan muntah. Mau berobat?"
"Nggak." Wulan mengeleng. " Mas lebih baik mandi lalu ganti baju. Bau durian masih nempel."
"Barang kali, kau hamil." Matteo memposisikan duduk di sebelah sang istri. "Belum datang bulankan? "
"Tahu, ah. Sana mandi, ganti baju. Mas bau." Wulan bergeser menjauh dari sang suami.
"Aku baru saja mandi, masih wangi begini." Matteo berdiri mencium lengan bajunya.
"Tapi bau durian," keluh Wulan menutup hidung.
"Iya, deh aku mandi," sahut Teo beranjak pergi. "Siapkan pakaianku!"
"Iya." Wulan berdiri, berjalan membuntuti sang suami.
Matteo selalu meminta dilayani Wulan, sampai hal-hal sepele. Lelaki itu makin manja, memanfaatkan keberadaan sang istri. Ia juga sengaja tidak mempergunakan jasa asisten rumah tangga, karena ada Wulan.
Jemari kurus Wulan membuka lemari, memilih kemeja panjang putih, jeans coklat, celana dalam dan kaos silet.
"Besok aku masuk kerja, pakaianku sudah disiapkan belum? Meski wangi, rapi dan bersih," kata Teo keluar dari kamar mandi, lelaki itu hanya melilitkan handuk dipinggang.
Badan kekarnya kelihatan padat berotot, tak ada lemak sedikitpun, sedikit bulu di dada, dan tato mawar di punggungnya.Nafas Wulan sesak, jantungnya berdetak kencang.
Ia tergoda oleh keseksian Matteo.
"Rambutku basah." Matteo menunduk, mengarahkan kepala ke Wulan.
"Iya, sini aku keringkan." Wulan kaget.
"Kenapa bengong gitu?"
"Enggak."
Sang istri dengan sigap mengambil handuk kecil dan mengusap-usap rambut sang suami.
"Kenapa makin hari aku makin merasa suka denganmu, padahal sedikitpun kamu tak pernah mau memperhatikanku. Bahkan terus-terusan menyakiti aku. Tuhan kenapa aku semakin tak mau jauh dari lelaki ini." kata hati Wulan , pandangan matanya tertuju ke badan sang suami.
Ia ingin merengkuh dan mendekap sang suami, menyandarkan kepala di dada bidang sang suami.
"Mas...mas..." Wulan ingin mengutarakan niatannya itu, namun takut dan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Mencintaimu.
RomanceKetika aku mencintaimu. Permis. Aku tidak bisa menolak perjodohan dengan wanita yang tak pernah ku kenal dan belum pernah bertemu, sekalipun di mimpi. Andai saja kedua orangtua ku tidak memaksa, serta mereka mau menerima kekasih ku, Gabrielle. Tentu...