Langit yang mendung kini jatuh menjadi gerimis, selang berapa waktu berubah menjadi tetesan hujan deras.
Namun itu tidak menghentikan langkah sepasang kaki untuk terus berjalan menyusuri trotoar.
Sepanjang langkah, tetes air dari pelupuk mata jatuh bergulir.
Ia menangis setelah melihat bingkai foto yang memperlihatkan kemesraan sang suami dengan kekasih.Luka hatinya kian pedih, kian dalam, pernikahan ia sama sekali tak dianggap sang suami, bahkan sekedar untuk memasang foto pernikahan mereka, sang suami tak sudi, malah yang dipajang di kantor kerja sang suami, foto kekasih gelap.
Tidak ada tempat dihati Matteo, lelaki itu sangat mencintai kekasihnya, kehadiran sang buah hati di perut Wulan juga tidak membuat lelaki itu sedikitpun perhatian.
"Surat pengalihan warisan telah ku tanda tangani, sekarang aku dan bayiku pun tak ada gunanya. Sebaiknya aku pergi saja dari kehidupan suamiku, toh aku dan anakku sudah tak dibutuhkan lelaki itu. Daripada terus bersama tapi menjadi masalah dalam hidup suamiku, lebih baik menyingkir, biarkan ia bahagia. Iya, Nak. Kita bukan apa-apa untuk pak MATTEO, mengertilah biarpun ia bapakmu tapi ia takkan pernah mau menganggapmu dan memberimu kasih sayang."
Jemari kurus itu mengelus perutnya yang masih rata, dalam hitungan bulan ke depan akan berubah besar.
Hafiz, melajukan mobil dengan kencang. Ia kesal karena kerjasama yang ia ajukan ditolak oleh Matteo, dengan alasan profit kurang besar dan usaha yang dinilai kurang menarik pangsa pasar bagi si Matteo. Konsentrasi menyetirnya sedikit kacau. Pikirannya masih teringat tiap perkataan Matteo--si pemimpin dari Asri group. Suara penghinaan yang takkan pernah ia lupakan seumur hidup.
"Awas!" teriak Hafiz membanting setir, ia kehilangan kendali hampir saja menabrak orang, untung ia sigap mengerem.
"Auh!" Wulan merajuk kaget.
Jantungnya seakan copot, karena hampir saja ia tertabrak mobil.Si pengendara keluar dari mobil, ia langsung mendekati Wulan dan memastikan Wulan baik- baik saja.
Kepala Wulan pusing, pandangannya menjadi kabur, tiba- tiba gelap dan ia hampir terjatuh ke pinggir jalan, seandainya si pengemudi mobil tidak sigap menjulurkan tangan dan segera menarik tubuh kurus Wulan ke dalam dekapannya.
Masalah apalagi ini? Setelah gagal tender, kini Hafiz harus berurusan dengan orang tidak dikenal, dalam keadaan pingsan segala.
****
Wajah cantik dibopongan Hafiz sangat pucat, lelaki itu makin khawatir, tanpa pikir panjang. Didorong rasa kemanusiaan. Hafiz segera membopong tubuh lunglai itu ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.
"Anda keluarga pasien? " tanya dokter IGD begitu selesai memeriksa kondisi Wulan.
Hafiz mengeleng, raut wajahnya makin cemas.
"Tadi hampir saja aku menabrak dia dok. Aku tak mengenalnya," kata Hafiz memperhatikan wajah polos yang masih berbaring di brangkar RS dengan tangan terpasang selang imphus
"Dia dalam keadaan hamil dan kondisi badannya sangat lemah."
"Lakukan yang terbaik untuk dia, aku akan menanggung semua biayanya."
Hafiz merasa bersalah, karena perilaku menyetir ugal-ugalan ia menyebabkan wanita muda itu harus berbaring di RS. Meski ia tidak menabrak dan melukai tubuh wanita itu sedikitpun, tetapi di raut wajahnya terlihat rasa sesal dan bersalah.
"Apa dia membawa pengenal atau hp? Siapa tahu ada kontak yang bisa dihubungi?"
Hafiz mengangguk.
Seulas senyum keluar di bibirnya, ia teringat tas selempang wanita malang itu ada di dalam mobil. Mungkin saja ada tanda pengenal atau barang lain dari wanita itu yang bisa menunjukkan identitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Mencintaimu.
Roman d'amourKetika aku mencintaimu. Permis. Aku tidak bisa menolak perjodohan dengan wanita yang tak pernah ku kenal dan belum pernah bertemu, sekalipun di mimpi. Andai saja kedua orangtua ku tidak memaksa, serta mereka mau menerima kekasih ku, Gabrielle. Tentu...