Chapter 19 : Salah paham.

4.5K 189 2
                                    

Bugh! Matteo menutup pintu mobil dengan keras, hingga menimbulkan suara terdengar sampai dalam rumah.

Wulan merajuk kaget. Ia segera bangkit dari duduknya dan beralih menuju pintu. Ia penasaran dan memastikan tidak terjadi apapun di luar. Lewat celah jendela, ia melihat Matteo meninggalkan mobil di halaman dan melangkah menuju arah pintu.

Wulan bergegas membuka pintu, begitu terbuka. Sosok menjulang tinggi dengan tatapan tajam penuh api amarah, langsung menyergap lengan Wulan dan memeganginya dengan sangat kuat, tanpa suara yang keluar. Ia berjalan menyeret sang istri ke dalam.

"Ada apa, Mas?" tanya Wulan begitu takut, ia sangat mengenal Teo, lelaki ini sedang dalam kondisi emosi dan marah besar.

Matteo masih diam, ia makin kuat mencengkeram lengan sang istri.

"Kamu mau apa, Mas?" kali ini Wulan berusaha meronta, karena cengkeraman tangan Teo makin kuat dan sakit.

"Memuaskanmu." Sahut Teo menyeret tubuh ringkih Wulan ke dalam kamar.

Setiba disana Matteo langsung mendorong Wulan ke atas ranjang.

"Ingat pesan dokter, Mas! Dokter..." Belum selesai bicara Teo telah menindih badan Wulan dan mendaratkan sebuah sentuhan kasar di tubuh sang istri.

"Persetan dokter, kalau kau tidak puas." Oceh Teo makin kasar, ia memaksa membuka kancing baju Wulan. "Kau kurang puas denganku, makanya beralih ke Hafiz. Selama aku tinggal, berapa kali kau..." kata Matteo kian beringas, ia menumpahkan amarah berserta kekesalanya.

"Tolong lepaskan! Sungguh aku tidak mengerti dengan bicaramu," rengek Wulan begitu tersiksa.

Perempuan selemah Wulan hanya bisa menangis, perlawanannya sia-sia, karena tenaga sang suami jauh lebih kuat darinya, ia pasrah, berharap mimpi buruknya ini segera berakhir.

"Itu balasan untuk perselingkuhanmu dengan Hafiz." gelegar Teo bangkit dari ranjang. Ia puas membayar kekesalan dan api amarahnya yang sedari tadi ia tahan.

Wulan masih tergeletak lemah sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku tidak selingkuh, tidak pernah mengkhianati dan mengotori pernikahan kita."

"Masih mengelak." Matteo meraih ponsel, membuka foto dan melemparkan ke muka Wulan. " Lihat itu, masih mengelak. Kotor selamanya kotor, murahan tetap murahan."

Wulan mengerutkan kening, mengeleng melihat foto di ku ilayar ponsel Teo. Pantas Teo sangat marah, karena foto itu mempertontonkan ia sedang dibopong Hafiz dengan saling tatap dan terlihat mesra.

"Demi Allah, aku tidak seburuk seperti yang kau tuduhkan," kata Wulan protes. "Dia menemui ku hanya untuk mengembalikan KTP, lelaki itu tanpa sengaja membawanya."

Itu kejadian pagi tadi, ya ia ingat.  Tanpa sengaja Hafiz menabrak.
Dia menjelaskan ke Matteo, tapi tetap saja pria itu tidak percaya.

"Kau dapat bayaran berapa dari dia?" desis Teo melemparkan dompet ke muka sang istri. " Ambil semua yang ada di dalamnya. Aku sanggup membayar lebih mahal dari lelaki itu."

Wulan tertunduk memejamkan mata, sambil menutup telinga.

"Dimataku kau tak lebih dari seorang pelacur murahan. Tak memerlukan pakaian-pakaian ini, cukup telanjang." Matteo memunguti pakaian Wulan yang tercecer di ranjang dan melempar ke luar jendela.

"Mas, sungguh demi pernikahan kita, sekalipun aku tidak pernah mengotorinya."

"Pernikahan, cuiiihhh!" Teo meludah ke badan Wulan. "Sebentar lagi berakhir, kamu dan anakmu sudah tak ada gunanya. Bukankah telah ku miliki harta orang tuaku, sekarang kamu dan bayi yang belum tentu anakku itu, sama sekali sudah tak berguna dalam hidupku."

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang