Chapter 17 : Kegilaan Matteo.

4.7K 153 2
                                    

Lelaki keras kepala, arogan dan berperilaku seenak jidat sendiri.
Ia masih duduk disebelah sang istri, sedetik saja ia tak mau meninggalkan Wulan, ia khawatir Hafiz, pemuda kaya dan tampan itu datang menemui Wulan.

Tidak boleh satu orang lelakipun mendekati sang istri, termasuk petugas medis. Ia sengaja meminta pelayanan VVIP dari RS, khusus yang melayani dan merawat Wulan berjenis kelamin perempuan, termasuk dokter kandungannya juga perempuan.

Apa bawahan bayi, lelaki itu menjadi superproktektif ke sang istri?

Teo, juga memanfaatkan superior posisinya di perusahaan dengan menyuruh sekertarisnya untuk membawa pekerjaan yang tertunda di kantor ke RS, meminta ke sekertaris untuk mencarikan pakaian ganti, serta membawakan makanan ke RS, karena ia tak sanggup lagi menahan perut laparnya.

Bos sinting, selalu harus bekerja ekstra, tapi tak apa bagi Viona, karena ia juga mendapat bonus ekstra.
Biar agak sinting, nyebelin. Si bos besar Matteo tidak pelit, untuk pekerjaannya kali ini, ia di gratiskan baju baru, berserta alat make up, dan transferan uang yang lumayan dari Matteo.

Viona belanja pakaian si bos, makanan dan membawa laptop, serta beberapa berkas pekerjaan ke RS yang alamatnya ditunjukkan Matteo beberapa waktu lalu.

Tangan kanan memegang tas laptop, tangan kiri menenteng tas berisi pakaian dan tangan membopong kantong makanan.

Memalukan!

Sepanjang langkah kaki jenjang Viona, ia tak luput dari pandangan geli orang yang melihatnya.
Heran, mau pindahan rumah ataukah menjenguk orang sakit.

"Bos sialan, ngerjain aku aja." celetuk Viona makin mempercepat langkah kaki.

Kamar 07.

Viona tiba di ruang rawat yang ditunjukkan si bos.

"Ini gimana bukanya? Tangan ku aja penuh barang begini." Viona celingukan di depan pintu.
Nggak ada cara lain kecuali teriak memanggil si bos, biar pintunya segera dibuka.

"Bos, ekh...Pak Matteo. Ini Viona, tolong bukak pintunya." teriak Viona.

"Siapa berisik banget?" Teo menoleh ke pintu kamar, asal sumber suara

"Viona, pak. Tolong bukak pintunya, aku bawakan semua pesanan bapak." jawab Viona dengan suara cemprengnya.

Matteo membuka pintu, begitu pintu terbuka, Wulan kaget melihat wanita seksi berdiri dengan bawahan barang begitu banyak.

"Masuk." Matteo mengambil barang dari tangan Viona, lelaki itu secepat kilat memberikan bungkusan makanan ke sang istri dan menaruh barang lain ke atas meja.

"Suapin aku, Lan!" suruh Teo menyiapkan diri duduk disamping sang istri. "Aku sangat lapar."

Wulan membuka bungkusan makanan, ia dengan telaten menyuapi sang suami, meski tangan kirinya terpasang selang imphus

Bukannya si sakit yang disuapin, ini malah sebaliknya yang menjaga yang minta disuapin pasien.
Ada-ada saja ulah Matteo.

Semenjak Wulan hamil, lelaki itu takkan pernah mau makan tanpa disuapi sang istri.

Viona menahan tawa sambil memposisikan duduk di sofa, tanpa menunggu perintah dari si bos maupun Wulan, karena keduanya asyik menikmati kebersamaan.

"Oya, silahkan duduk, mbak." suruh Wulan memandang Viona, ia merasa kurang enak, karena tamunya itu dibiarkan begitu saja.

"Kerjain aja pekerjaan mu, Vio." ketus Teo, tanpa menoleh ke sang sekertaris.

"Telan dulu, baru bicara. Nanti keselek," kata Wulan mengusap nasi yang menempel dibibir sang suami.

Ketika Aku Mencintaimu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang