1 minggu kemudian....
Sudah hampir satu minggu (namakamu) berada di rumah sakit. Wanita itu belum sadar juga dari kritisnya, pendarahan yang cukup hebat membuatnya kekurangan banyak darah tapi untungnya stok pendonor darah yang ada dirumah sakit ini banyak jadi hal itu bisa dokter tangani
Dokter bilang (namakamu) belum seratus persen pulih dari masa kritisnya, Dan hal itulah yang membuat wanita itu belum juga sadar
Iqbaal terus menerus menemani istrinya itu tanpa berniat untuk meninggalkan istrinya itu sendirian. Persoalan kantor, ada sekretarisnya yang bisa menghandle pekerjaannya
"Baal,"
Iqbaal yang tengah menatap sendu (namakamu) yang masih memejamkan kedua matanya sembari mengecup tangan kanan istrinya itu yang terasa sangat dingin menoleh, "Kenapa pa?"
"Makan gih, daritadi pagi kamu belum makan,"
Iqbaal menggeleng kecil ia meletakkan tangan kanan (namakamu) yang ia genggam diatas perut (namakamu), lalu ia menatap pada mertuanyaitu, "Iqbaal nggak laper pah,"
"Dari kemarin kamu cuman makan sedikit baal, Papah tau kamu sedih tapi kamu jangan lupain kesehatan kamu juga, (namakamu) pasti bakalan lebih sedih ngelihat kamu yang terus berlarut seperti ini," Jelas Himawan diakhiri usapan lembut di bahu iqbaal
"Iqbaal minta maaf pah, (namakamu) jadi kayak gini karna iqbaal."
"Semua sudah takdir dari tuhan baal, Bukan salah kamu."
Lagi, lagi iqbaal meneteskan airmatanya. "I-iqbaal gak becus jadi suami,"
Himawan memejamkan kedua matanya yang kini berkaca-kaca, Ia sangat bersyukur karna putrinya itu memiliki suami yang begitu menyayanginya
"yaudah, kamu makan gih.. Biar papah yang jagain (namakamu),"
"tapi pah--"
"Gak ada tapi-tapian baal,"
*
Setelah selesai shalat iqbaal memutuskan untuk kembali keruang dimana (namakamu) dirawat namun ditengah jalan tak sengaja ia menabrak seorang wanita yang tengah terburu-buru
"eugh! maaf, maaf!" ujarnya sembari membantu wanita itu untuk berdiri
"Maaf ya mba,"
"iya gapapa,"
Iqbaal tersenyum kecil pada wanita itu, "Nggak ada yang sakit kan?"
"Nggak kok, Cuman lecet aja. Kalau gitu saya permisi ya," iqbaal hanya mengangguk lalu wanita itu melengos pergi
Iqbaal merogoh ponselnya yang berdering, ternyata dari Mamah mertuanya
"Halo mah,"
"Apa?!"
"Gimana keadaan (namakamu) mah, pah?"
Helena dan Himawan yang berdiri diluar ruangan inap (namakamu)pun menoleh, "Dokter lagi menangani,"
"Tadi tangan (namakamu) bergerak terus kedua matanya juga ikut bergerak, trus habis itu dia badannya tibatiba aja kayak kesetrum gitu baal," jelas Helena
Iqbaal terkejut mendengar itu, kenapa setiap ia tidak ada disisi (namakamu), selalu ada hal yang tidak diinginkan? Kapan (namakamu) sadar?
clek!
"Gimana dok keadaan (namakamu)?"
"Keadaan pasien sudah mulai membaik pak bu, Kemungkinan besar beberapa jam lagi pasien akan segera sadar,"
Mendengar kabar baik itu membuat iqbaal dan kedua orangtua (namakamu) tersenyum senang. Masing-masing mereka mengucapkan syukur
"Kalau begitu saya permisi,"
"Akhirnya kamu sadar juga sayang" ujar iqbaal dengan senyum harunya
Setelah hampir 3 jam menunggu akhirnya (namakamu) sadar juga namun masih terlihat lemas
"I-iya baal,"
"Ada yang sakit?"
(namakamu) menggeleng kecil lalu kedua tangannya dengan refleks ia letakkan di atas perutnya yang.... datar?
"B-baal,"
"kenapa sayang? kamu laper?"
"Perut aku kok datar? anak kita udah lahir kan?"
Oh astaga! Kenapa pertanyaan itu cepat sekali muncul? Iqbaal belum siap untuk menjawabnya
"Baal? kok diem?" (namakamu) menatap suaminya itu dengan tatapan kebingungan
"eugh-- sayang, Aku ke toilet sebentar ya? Pengen pipis."
"o-ohh, yaudah." Setelah melihat iqbaal melengos pergi kini tatapan beralih pada perutnya yang datar dengan tangan kiri yang terpasang infusan yang mengelus perutnya
"Bayiku gapapa kan?"
bersambung...
bayinya sehat kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐫𝐢𝐬 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) '𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐢𝐧𝐭𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢 𝐣𝐢𝐰𝐚𝐤𝐮 𝐥𝐚𝐠𝐢. 𝐂𝐮𝐤𝐮𝐩!"...