Tega

1.4K 183 15
                                    

"Duhh, mana ya bonekanya?!"

(Namakamu) tengah grasak-grusuk membongkar sudut demi sudut kamar sang anak dengan raut wajah yang gelisah

"Masa ilang sih? Siapa yang ngambil coba," Desisnya seraya mendorong besi Ranjang ke tepi dengan sekuat tenaga

"Berattt banget sihh, huh!" Ia berhenti sejenak untung menetralkan rasa lelahnya

Kedua matanya mengedarkan kesegala sudut ruangan, "Kemana ya? Masa Boneka segitu gedenya gak kelihatan sih?"

(Namakamu) menghela nafasnya, "Yang tinggal dirumah ini cuman aku, bi Minah, terus iqb---" Ucapannya terhenti tatkala ia mengingat pada suaminya itu. Ntah kenapa ia merasa kalau suaminyalah pelaku dari akar permasalahan ini, Boneka yang ia beli minggu lalu hilang, Mana mungkin Bi Minah dengan lancangnya mengambilnya, Jika bukan Iqbaal siapa lagi?

Kedua tangannya mengepal kuat dengan raut wajah yang berusaha untuk tidak emosi, "Aku gak boleh suudzon, Aku harus tanya langsung sama iqbaal,"

"IQBAAL!!!"

"BAAL!!!"

"kenapa sih (nam)? Berisik tau!" omel iqbaal pada (namakamu) yang tersenyum kecil

"Maaf, Aku cuman mau tanya. Kamu lihat boneka yang aku beli--"

"Nggak ada,"

(namakamu) terdiam sejenak, "M-maksud kamu apa baal?"

"Boneka itu udah aku bakar, Ngapain kamu pake beli segala? Kamu tuh udah gede, Bukan anak kecil lagi!"

(namakamu) meneteskan airmatanya, "T-tapi aku beli bukan buat aku baal,"

"Buat siapa hm? Buat anak kita yang udah mati? iya?!"

(namakamu) menggeleng disela tangisannya yang menjadi-jadi, "Cuman cara itu yang aku bisa lakuin, hiks! Supaya rindu aku bisa terbalaskan baal,"

Iqbaal mendecak, ia menatap sengit pada (namakamu), "Aku bingung tau gak sama kamu! Kapan sih kamu moveon hah?! Kapan (nam)!"

Dengan segala keberanian akhirnya (namakamu) mengangkat kepala seraya menatap tajam pada iqbaal, "Aku," Ia menunjuk pada dirinya sendiri, "Yang melahirkan dia, Aku ibunya, Dan pada saat aku melahirkan dia, Aku belum pernah melihat wajah dia baal! Jadi wajar aku melakukan hal ini!"

"Terus kamu fikir setelah kamu bilang kayak gini, Aku akan mengizinkan kamu untuk tetap melakukan hal bodoh itu iya?!"

(Namakamu) tertegun, "Hal bodoh kata kamu? HAL BODOH BAAL!?"

"iyalah hal bodoh! Ngapain pake beliin barang buat orang yang udah mati,"

(namakamu) menatap sengit pada iqbaal, "Kamu tuh jadi ayah gak ada sedikitpun rasa kasih sayangnya apa?! Anak kita pasti sedih ngelihat kelakuan bejad ayahnya kayak gini! Apalagi aku!"

"Aku bersikap realistis (nam)!" 

(namakamu) terkekeh sinis, "Serealistisnya orang, Gaada yang bersikap bodoh kayak kamu baal! Kamu udah gak punya hati nurani tau gak! Aku gak mau dia benci sama kamu baal!"

"Aku capek kalau kita harus berdebat hanya karna masalah yang gaakan pernah ada ujungnya kayak gini!"

(namakamu) menepis airmatanya kasar, "Terus mau kamu apa hah?! Pisah? Oke!"

"Gak! Aku gak mau kita pisah!"

(namakamu) tersenyum sinis, "Egois!"








bersambung...






 𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐫𝐢𝐬 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang