Iqbaal kini tengah berada di cafe dekat kantornya, Ia menyempatkan waktu untuk beristirahat dikala jam makan siangnya sudah tiba
Sendiri.
Biasanya (namakamu) akan membawakan makanan untuknya, namun sekarang-- dari beberapa hari yang lalu istrinya itu tidak lagi mengantarkannya makanan, mungkin karna pertengkaran kemarin dan itu membuat hubungannya sedikit merenggang
Iqbaal menatap makanan yang tadi ia pesan dengan tatapan tak minat, Ia hanya mengaduk-ngaduknya saja. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah (namakamu)
"Kamu gak gila sayang," Desisnya dengan tatapan kosong
Iqbaal memejamkan kedua matanya, Merasakan perasaan yang sedih sekaligus kesal. Ntahlah rasa itu datang secara bersamaan
"permisi,"
Mendengar ada yang menghampirinya dengan segera iqbaal membuka matanya dan nampak terkejut, "eugh-- ada apa ya?"
"Boleh saya duduk disini? Soalnya mejanya udah penuh semua,"
Iqbaal mempersilahkan wanita yang nampak tak asing dipenglihatannya, "O--oh, silahkan."
Wanita yang sepertinya seumurannya dengannya mengangguk lalu meletakkan pesanannya didekat makanan iqbaal, "Maaf ya saya ganggu,"
"It's okay, Gapapa. Lagian saya duduk sendiri juga,"
"Ohiya, kenalin. Nama saya Sarah,"
Kedua mata iqbaal nampak terarah pada uluran tangan wanita itu, Dengan segera ia membalasnya, "Iqbaal,"
Wanita yang diketahui bernama Sarah itu hanya mengangguk lalu ia segera memulai melahap makanannya. Iqbaal menarik selembar tissue lalu ia gunakan untuk mengusap mulutnya, lalu ia buang ke wadah kecil, "Sepertinya kita pernah ketemu,"
Sarah yang tengah fokus mengunyahpun seketika terhenti, Keningnya mengerut "Ohya? Dimana?"
Iqbaal berdehem seraya tersenyum, "Kalau saya gak salah, Dirumah sakit. Waktu istri saya dirawat,"
Sarah terdiam-- lebih tepatnya berusaha mengingat sesuai penuturan iqbaal. Dan hal itu membuat iqbaal terkekeh
"Nanti aja diingetnya, Habisin dulu makanannya ntar di gondol kucingkan gak lucu," Candaan iqbaal membuat Sarah terkekeh
"Mana ada di cafe semewah ini ada kucing?"
"Ada! Kalau saya yang bawa sih ya pasti dimakan lah,"
Mereka sama-sama tertawa. Menit demi menitpun mereka lewati, Tak terasa makanan merekapun habis. Dengan iqbaal yang tadinya tidak nafsu makan kini kembali nafsu, Dan pikirannya yang sedaritadi tertuju pada (namakamu) seketika hilang ketika adanya Sarah
"Ohiya kamu ngantor disekitaran sini?"
Sarah mengangguk seraya merapihkan rambutnya, "Lebih tepatnya di perusahaan milik papahku, Tjahyadi's Corp"
"Direktur?" iqbaal menaikkan sebelas alisnya dan Sarah lagilagi mengangguk
"Sama dong! Kapan-kapan bisa dong kita kerja sama,"
Sarah mengeryit, Iqbaal sedang menawar?"
"Emangnya kamu direktur? Atau bagian marketing?"
Iqbaal terkekeh mendengar celetukan sarah, "Aku direktur, Sama seperti kamu."
Sarah menatap penampilan iqbaal dari atas sampai bawah, Rapih dan tidak seperti karyawan biasa. "Kamu bener-bener direktur?"
Iqbaal tertawa kecil, "Sebegitu tidak percayakah kamu sama aku sarah?"
"Ng-nggak, Soalnya aku pernah ketipu sama orang yang ngaku-ngaku jadi Direktur,"
Iqbaal menaikkan sebelah alisnya seraya tersenyum, "Penampilanku sangat berkelas, Dan yang pasti aku tidak profesional untuk nipu-nipu,"
Sarah mendecih pelan, "Penampilan gak menjamin tuan iqbaal yang terhormat,"
Iqbaal mengangguk paham seraya tersenyum miring, "Kamu benar,"
"Loh (nam) kamu ngapain disini?"
Ketika iqbaal hendak menuju kamarnya, Ia memergoki (namakamu) tengah berdiri sembari menatap sendu pintu sebuah kamar yang dulu akan menjadi kamar calon anak mereka
(namakamu) menoleh dengan tatapan sendu, lalu kembali menatap pada pintu itu
Iqbaal menghela nafasnya gusar, "Jangan memikirkan sesuatu yang udah hilang (nam), Aku mohon."
"tapi aku gak bisa baal," lirih (namakamu) tanpa menatap pada suaminya itu
"Bukan gak bisa, Tapi kamu emang gak ada niat untuk bisa melupakan!" Ujar iqbaal dengan tegas membuat (namakamu) kini menoleh dengan tatapan tak percayanya
"Aku emang gak bisa iqbaal! Dia anak aku, Dan aku ibunya! Aku bukan ibu yang tega melupakan anaknya yang sudah meninggal! Apalagi meninggalnya didalam kandungan aku!" Sahut (namakamu) dengan tatapan tajamnya
"Tapi apa salahnya hah? Apa salahnya kamu melupakan anak kita yang sudah meninggal demi aku!?" pinta iqbaal terkesan memaksa
(namakamu) menatap intens pada iqbaal, "Kamu berubah tau gak,"
Iqbaal terkekeh sinis seraya berjalan kearah tangga, "Im not sure, Kalau aku berubah,"
"Tapi kamu emang udah berubah baal, Dulu kamu gak kayak gin--"
"DULU AKU EMANG TERPAKSA IKUTAN GILA KAYAK KAMU!" Bentak iqbaal dengan emosi yang tidak terkontrol
(Namakamu) terkejut mendengar ucapan iqbaal yang membuat hatinya seperti tercabik-cabik. Suaminya ini sekarang sudah berani merendahkannya?
"(nam), a-aku--"
"Cukup baal," Lirih (namakamu) dengan airmata yang menetes
Iqbaal tersadar ucapannya tafi diluar kesadarannya, Ia menyesal karna telah mengucapkan kalimat yang sejak dari dulu ia wanti-wanti untuk tidak ia ucapkan
"Aaku gak bermaksud--"
"Sekarang aku yakin," (namakamu) menjeda ucapannya, Nafasnya tercekat seperti tidak ada udara yang masuk kedalam tubuhnya, "Aku ini emang gila,"
"(NAMAKAMU)!!!"
Iqbaal meneriaki sembari berlari menyusuli (namakamu) namun nihil, Istrinya itu dengan cepat menutup pintu dengan kencang
"Bego!!!"
bersambung..
gimana?
seru gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐫𝐢𝐬 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) '𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐢𝐧𝐭𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢 𝐣𝐢𝐰𝐚𝐤𝐮 𝐥𝐚𝐠𝐢. 𝐂𝐮𝐤𝐮𝐩!"...