"Ada apa kamu nyuruh Mama dateng kerumah kamu?"
Pertanyaan itu berasal dari Helena-- Mamah (namakamu). Sesuai dengan apa yang diucapkannya, Puteri semata wayangnha itu menyuruhnya untuk kerumah. Ntahlah, Ia merasa ada yang aneh. Sebab, tidak biasanya puterinya itu menyuruhnya dengan nada terkesan memaksa
"Ma,"
"Kenapa sayang?"
(namakamu) menatap sendu pada Helena. Membuat wanita paruhbaya itu mengeryit, Kenapa dengan puteri nya ini?
"Kamu kenapa? Hm?" Helena mengelus kedua pipi puterinya itu dengan lembut, Ia dapat melihat sorotan mata puterinya yang terkesan memyedihkan
"Iqbaal, Ma."
Helena mengeryit, "Iqbaal? I-iqbaal kenapa?"
(namakamu) memejamkan kedua matanya sekilas, Ia menurunkan kedua tangan Helena dari pipinya, "Ntah ini cuman feeling aku aja, Tapi gatau kenapa.." Ia terdiam sejenak, "Aku ngerasa iqbaal punya simpanan, Mah."
Helena terdiam raut wajahnya kini berubah menjadi sorotan mata datar. Itu membuat (namakamu) tergugup. Melihat (namakamu) tergugup seperti itu, membuat Helena menghela nafasnya, "Kenapa kamu bisa berpikiran kayak gitu?"
"A-aku, aku bukan mikirin kayak gitu, Mah. C-cuman, feeling aja."
Helena tersenyum kecut, "Iqbaal udah berjanji sama Mamah, Kalau dia gak bakalan pergi ninggalin kamu, Itu artinya dia gak bakalan nikah lagi kan? Jadi kamu gausah khawatir,"
(namakamu) mengerutkan keningnya, "Kenapa dia bisa janji kayak gitu mah?"
"Waktu itu, Mamah sempat bilang sama dia. Lebih tepatnya menawarkan untuk.." Sejenak Helena menggantungkan ucapannya untuk menyelipkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah cantik sang puteri ke daun telinga, "Mencari wanita lain, Mamah fikir dia bakalan bilang, Iya. Tapi nyatanya, berbanding terbalik sama apa dugaan mamah. Iqbaal yakin kamu bakalan sehat kembali, Dan buktinya sekarang apa? Kamu sudah sehat wal'afiat kan? Udah kayak dulu lagi," Jelas Helena dengan lembut
(Namakamu) tersenyum kecil mendengar itu, Sedikit lega dihatinya namun masih ada yang mengganjal dihatinya
"Kenapa? Masih ragu?"
Dengan segera (namakamu) menggeleng cepat, "Enggak kok mah,"
"Baal, aku mau nanya boleh gak?" Tanya (namakamu) pada iqbaal yang tengah memainkan ponselnya. Kini mereka tengah berada di halaman belakang
"Nanya aja (nam),"
(Namakamu) memejamkan kedua matanya sejenak, Ada rasa keraguan yang menyelimutinya. Ia ragu untuk menanyakan 'hal yang menurutnya harus ia tanyakan pada iqbaal, Daripada ia harus menahan rasa kekhawatirannya
"Kok diem? Mau tanya apa?" Kini sorotan mata iqbaal tertuju padanya. (Namakamu) tersenyum kecil melihat itu, "eum-- menurut kamu, Aku ini udah sehat kan baal?"
"M-maksud kamu?"
"Maksud aku, Menurut kamu aku udah gak gila kayak dulu kan?"
Iqbaal tertegun mendengar itu, Apalagi ketika ia mendengar kata 'gila' Membuat raut wajahnya kini masam, "Kamu gak gila sayang,"
"Jadi intinya, Aku udah sehat kan baal?"
Iqbaal menghela nafasnya, ia mengangguk pelan, "Hm,"
(namakamu) tersenyum, "Kalau aku udah sehat, Berarti wajar gak sih kalau aku merasa kalau kamu itu punya wanita lain dibelakang aku? Secarakan sekarang, Fikiran dan juga hati aku udah stabil lagi,"
"Wanita lain dibelakang kamu itu maksudnya apa?" iqbaal mencoba menutupi rasa kegugupannya itu dengan tawa ngambangnya
"Aku tau kamu paham apa yang aku maksud baal," ucap (namakamu) masih dengan senyumannya
Iqbaal bangkit dari duduknya lalu ia menundukkan kepalanya untuk menoleh pada (namakamu), "Pertanyaan dan dugaan kamu itu konyol (nam),"
(Namakamu) menatap kepergian iqbaal. Masih dengan senyumannya, Kali ini ia yakin suaminya itu ada main dibelakangnya, Ntahlah. Antara yakin dan tidak yakin, Tapi kenapa iqbaal seperti berusaha untuk menghindari pertanyaan tadi?
bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐫𝐢𝐬 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) '𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐢𝐧𝐭𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢 𝐣𝐢𝐰𝐚𝐤𝐮 𝐥𝐚𝐠𝐢. 𝐂𝐮𝐤𝐮𝐩!"...