Buang-buang waktu

1.3K 181 21
                                    

(Namakamu) tengah menyiapkan teh hangat untuk iqbaal, Suaminya itu hari ini libur

"Baal, ini teh nya."

Iqbaal hanya berdehem tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya. Pria itu hanya terfokus pada satu titik, yaitu ponsel

(namakamu) tersenyum kecil, "Ohiya baal, kamu mau gak temenin aku ke mall?"

"Ngapain?"

"yaa, jalanjalan aja. Aku suntuk." kekeh (namakamu)

Iqbaal mengalihkan pandangannya pada (namakamu) dengan tatapan dingin tak seperti dulu lagi, "Aku sibuk, Jadi aku gak bisa untuk Buang-buang waktu,"

(namakamu) tertegun, "Buang-buang waktu kayak gimana baal? Aku cuman minta sama kamu untuk temenin  aku ke mall udah itu aja,"

"Itu sama aja seperti kamu membuang waktu berharga aku (nam)! TIME IS MONEY! Lagian ngapain sih kamu pake mau pergi ke mall segala? Kurang kerjaan banget!"

kedua mata (namakamu) nampak berkacakaca hendak menangis namun sebisa mungkin ia tahan, "Dulu kamu sering nemenin aku ke mall, Kamu selalu luangin waktu. Bahkan, Kamu selalu nawarin aku untuk pergi kemanapun yang aku mau, disaat aku lagi pengen diem dirumah aja. Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini? Salah aku apa baal?"

Iqbaal menatap tajam pada (namakamu), Tangan kanannya mengepal erat ponselnya, "Salah kamu itu, Karna kamu gak mau lupain anak kita yang sudah meninggal. Dia sudah mati (nam)," ujar iqbaal penuh penekanan

Pertahanan (namakamu) untuk tidak menangispun tak dapat ia tahan lagi, Kini airmatanya menetes, Ia menunduk diiringin dengan sesenggukkan yang mengiris, "hiks!"

"Kamu bikin aku bosen tau gak! Kayaknya aku salah, Untuk tetap berdiam diri dirumah, Berdua sama orang yang semakin hari semakin bikin aku naik darah terus!" Sembur iqbaal dengan nada kasar lalu ia melengos pergi

"Maafin aku baal, Gak gampang untuk aku ngelupain anak kita. Apalagi aku ibunya," Lirih (namakamu) disela tangisannya

Niat untuk pergi ke mall dilaksanakan oleh (namakamu). Bukan apa-apa, Wanita itu ingin membeli boneka beruang berwarna cokelat tua berukuran medium yang akan ia pajang di kamar calon anaknya, Walaupun iqbaal telah melarangnya untuk masuk kedalam kamar tersebut tapi ia tetap kekeuh karna hanya dengan perlengkapan calon anaknyalah ia bisa mengobati rasa rindu

"Selamat siang mba, Ada yang bisa saya bantu?"

(namakamu) tersenyum hangat, "Eum-- mba saya mau boneka teddy bear yang ukuran medium warna cokelat, ada?"

"Ada mba, Mari saya antar.."

"Nah mba, ini boneka-boneka yang mba maksud. Silahkan dipilih,"

Senyumannya tampak terbit melebar tatkala melihat berbagai boneka dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda, Namun senyuman itu meluntur ketika mengingat kematian anaknya

"Andai aja bunda bisa ngajakin kamu kesini, terus beliin boneka kesukaan kamu sayang. Pasti bunda seneng banget ngelihat senyuman manis kamu nak," Desisnya membuat pelayan yang ada disampingnya mengeryit

"Bonekanya buat siapa mba?  Buat anak mba? Siapa tahu saya bisa memilihkan boneka yang cocok," Ujar Pelayan tersebut

(namakamu) menoleh lalu ia tersenyum kecil, "I-iya mba, Buat anak saya."

"Umurnya berapa mba? Kalau dibawah 6 tahun, Boneka yang sesuai dengan umurnya itu yang ini mba," Menunjuk pada boneka berbentuk dolphin,  "Nah kalau yang diatas 6 tahun, Pilihan mba tadi cocok, Boneka beruang."

(Namakamu) tertegun, Ia menelan salivanya kuat-kuat. Sepertinya niatnya untuk membeli boneka ini adalah niat yang salah. Karna ternyata, Ia harus mengingat kembali kematian anaknya

"U-umur?" tanyanya terbata-bata

"Iya mba umur, Jadi anak mba umurnya berapa?"

(namakamu) mengalihkan pandangannya kearah boneka beruang berwarna cokelat yang ia maksud, Ia tersenyum hangat, "Saya mau yang itu mba,"

Pelayan itu mengikuti arah telunjuk (namakamu), Ia lagilagi mengeryit kenapa gak ngasih tau umurnya? Namun detik berikutnya pelayan itu menggeleng, Lalu ia tersenyum pada (namakamu)

"Baik mba, Saya ambil dulu."

"Semoga kamu suka sama boneka yang bunda pilih ya sayang? Walaupun kamu gak bisa lihat secara langsung, tapi bunda yakin disana kamu bisa lihat boneka ini," Ujar (namakamu) dengan tatapan yang terarah pada paper bag seukuran dengan boneka yang ia beli

Lalu pandangannya beralih kedepan dengan kedua kaki yang melangkah ntah kemana, Yang pasti ia masih ingin berada di mall ini, Untuk membeli keperluan lain, walaupun tanpa ada iqbaal disisinya.

"Beli apa lagi ya? Mumpung aku disini, Jadi nanti aku gausah bolak-bal--" Ucapannya terputus karna kedua matanya menangkap seseorang yang ia kenal. Kedua matanya menyipit untuk melihat lebih jelas

"Iqbaal?"

Ia melangkahkan kakinya dua langkah agar pandangannya lebih jelas, Untuk memastikan apa yang ia lihat ini benar adanya. "Iya itu iqbaal, Ngapain dia dicafe ini? Terus perempuan itu siapa?"

(namakamu) terdiam. Tubuhnya menegang tatkala ia melihat perlakuan manis iqbaal pada wanita yang bersama dengan suaminya itu. Kedua tangannya mengepal kuat, Airmatanya menetes.

"Ternyata ini kesibukan kamu baal? shh!  Sanking sibuknya kamu gak bisa untuk luangin sedikit waktu buat aku, istri kamu sendiri?" Lirihnya dengan suara yang tercekat

(namakamu) menjatuhkan paper bagnya, Ia menepis tangisannya yang semakin menjadi. "T-tapi kenapa giliran nemenin wanita itu, Kamu rela luangin waktu kamu baal?"

"(Namakamu)!!"

"iya baal,"

"Kemana aja sih?!" tanya iqbaal dengan kerutan dikeningnya

(namakamu) tersenyum, "Aku abis dari belakang, Kamu darimana baal?"

Iqbaal menghela nafasnya, "Aku abis ketemu sama chandra. Kamu buatin aku makanan, Laper!"

Tangan kanan (namakamu) terulur untuk mengelus sejenak bahu kiri iqbaal, Lalu ia mengangguk kecil, "yaudah aku siapin dulu ya,"

"Ehh-- tunggu dulu!" Iqbaal mencekal tangan (namakamu)

"Kamu abis nangis?"

"Hah? Eng--enggak.."

Iqbaal terdiam-- lebih tepatnya menatap lekat pada (namakamu). Membuat yang ditatap risih, "Eugh-- yaudah baal, aku siapin makanan dulu ya? Katanya kan kamu laper,"

"yaudah sana,"

(namakamu) mengangguk lalu ia membalikkan tubuhnya, Ia melangkah perlahan menjauh dari iqbaal. Bersamaan dnegan itu airmatanya menetes, "Jangan nangis (nam), Jangan.. Kamu pasti kuat," 

bersambung...

fact If u want to know : Gue nangis sambil ngetik ini. Soalnya sebelum gue ngetik, Gue bayangin dulu ini adegan.







 𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐫𝐢𝐬 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang