4. Devan

58 11 5
                                    

Happy Reading...
.
.
.
.
.
.
.

Pagi telah tiba sinar matahari memasuki kamar seorang pria dan mengenai wajah tampannya, tetapi pria tersebut enggan untuk membuka matanya. Sesosok gadis kecil berumur 7 tahun datang menghampiri pria tersebut.

"Bang Devan... Bangun udah pagi!" Teriak gadis kecil tersebut sembari melompat-lompat di atas tempat tidur.

Gadis kecil tersebut terus melompat-lompat dan berteriak mencoba membangunkan pria yang bernama Devan itu, tetapi pria itu tidak terusik sedikitpun.

"Bang Devan bangun nggak! Nanti Clara bilangin Mama loh kalau bang Devan nggak mau bangun!" Ancam gadis kecil itu yang bernama Clara.

"Aduh Clara jangan gangguin Abang dong! Abang masih ngantuk!" Sahut Devan masih menutup matanya.

"Makanya abang bangun dong! Mama bang Devan nggak mau bangun!" Teriak Clara.

"Clara Bisa diam gak! Kalau nggak Abang nggak Beliin es krim!" Ancam Devan.

"Clara nggak akan diam sebelum Abang bangun, biarin Abang nggak beliin Clara bisa minta beliin mama! Lagian Abang taunya ngomong aja tapi nggak pernah beliin!"Sahut Clara sebal.

"Aduh kalian pagi-pagi gini jangan ribut dong!" Kata wanita paruh baya yang tak lain mama Devan dan Clara.

"Ini ma... bang Devan dari tadi Clara bangunin tapi nggak mau bangun." Adu Clara.

"Devan ayo bangun ini udah jam 06:30 pagi loh, emangnya kamu nggak sekolah?" Kata Sang Mama sembari bertanya.

"Hah...Apa kok nggak bangunin Devan dari tadi sih!?" Sahut Devan terkejut.

"Nggak dibangunin kata Abang! Salah Abang sendiri Clara bangunin nggak bangun bangun!" Kata Clara sebal.

Devan pun segera pergi ke kamar mandi tanpa menggubris perkataan adiknya tersebut, sedangkan mama dan adik nya keluar dari kamar menuju meja makan.

Devan Pov

Setelah mendengar perkataan Mama aku bergegas mandi, setelah itu memakai seragam sekolah dan mengambil tas serta sepatu lalu keluar kamar.

"Ma... Devan berangkat dulu ya!" Kataku setelah sampai di meja makan.

"Nggak makan dulu? Ini udah mama siapin sarapan loh!" Kata mamaku.

"Nggak usah ma... nanti aja di sekolah soalnya bentar lagi masuk, Papa udah berangkat?" kataku sembari bertanya.

"Oh ya udah kalau gitu, papa barusan aja berangkat ke kantor." Sahut mama.

"Makanya kalau Clara bangunin bangun jadi kesiangan kan abang!" Celoteh Clara.

"Heh...Anak kecil diam aja, ngoceh aja terus kerjanya!" Kataku.

"Daripada Abang udah gede masih dibangunin, ingat umur dong bang!" Sahut Clara.

"Kamu itu kerjaannya nasehatin orang terus ya, kamu sendiri ngapain masih santai di sini bukannya pergi sekolah!" Balasku.

"Ehh...Clara sih santai aja ya, sekolah Clara kan libur hari ini! Jadi Clara bisa temenin Mama hari ini." Sahut Clara sombong.

"Kamu itu..."

"Udah udah kok kalian jadi pada ribut, kamu juga Devan! Katanya mau berangkat sekarang!?" Kata Mama melerai kami.

"Oh iya ya kan jadi lupa, gara-gara Clara sih!" Kataku sambil melihat Clara, yang sudah melotot ke arahku.

"Ya udah ma... aku berangkat dulu ya?" Kataku sambil menyalami tangan mama.

"Iya hati-hati jangan ngebut di jalan!" Pengingat mama.

"Hati-hati di jalan Bang nanti kalau ada semut biarin nyebrang dulu baru Abang lewat." Ucap Clara bercanda padaku.

"Ngapain juga nungguin semut nyebrang segala, kayak nggak ada kerjaan aja" kata ku pada Clara, sedangkan Clara sudah tertawa sendiri tadi.

Setelah sampai di bagasi aku bergegas pergi ke sekolah menggunakan motor kesayanganku. Tak lama kemudian aku pun sampai di sekolahku dan memarkirkan motor kesayangan ku di parkiran.

"Huh...Untung belum masuk." Kataku sambil bernafas lega.

Aku pun turun dari motor dan bergegas pergi ke kelas. Saat menuju ke kelas aku tak sengaja menabrak seorang cewek, otomatis cewek itu jatuh begitu pula aku. Kudengar gadis itu meringis kesakitan, dan akan protes tetapi aku lebih dulu berbicara.

"Heh, lo kalau jalan pakai mata dong, lihat nih gue jadi jatuhkan" kataku. Aku tahu kalau aku yang salah tapi gengsi mau minta maaf.

"Hei... harusnya gue yang marah sama lo, kenapa jadi lo yang marah lagian dari zaman nenek moyang yang ada jalan tuh pakai kaki, bukan pakai mata!" Kata cewek itu.

'Bener juga ya kata dia Mana ada sejarahnya jalan pakai mata, jalankan pakai kaki. Nggak mungkin kan kepala di bawah kaki di atas, dunia terbalik kali' kataku dalam hati.

Karena tak mau kalah aku pun membalas perkataan cewek itu.

"Lo yang salah! Siapa suruh jalan di tengah jalan, lo itu halangin jalan gue" sahut ku.

"Emang ini jalan nenek moyang lo apa, sampai lo bilang gue halangin jalan lo segala, lagian ini jalankan besar." Katanya tak mau kalah.

'Kayaknya nih cewek murid pindahan, soalnya aku baru lihat ni cewek di sekolah ini.' Kataku dalam hati sembari memperhatikan cewek itu.

"Terserah gue dong mau bilang apa, lagian lo siapa sih? Kok gue baru lihat lo disini? Ah nggak penting lu siapa, malas gue berdebat sama lo!" Ucap ku tak tau harus berkata apa lagi.

"Siapa juga yang mau berdebat sama lo, habisin waktu gue aja!" Katanya.

Aku pun segera pergi setelah mendengar nya dan bergegas ke kelas karena bel baru saja berbunyi tanda masuk.
.
.
.
.
.
.
.
Part 4 sampai disini dulu. Jangan lupa vote 🌟dan komennya💬! Part selanjutnya menanti😅 jadi sabar ya!

Bye....😄😊



DIARY NAURA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang